———Ketakutan akan pengkhianatan menggoroti jiwa dan pikiran Ebi sejak tadi. Peristiwa dimana salah satu orang yang ia percaya mengkhianatinya dengan berusaha membunuhnya bersama anggota D'clicker dalam sebuah peledakan besar.
Tom bahkan telah menyiapkan sebuah perangkap lubang besar yang sekali mereka jatuh akan kehilangan kesadaran.
Jebakan itu menandakan bahwa rencana peledakan tersebut telah direncanakan jauh hari. Mungkin bahkan sudah dari lama, Tom memiliki niat untuk berkhianat.
Di malam hari pada hari yang sama saat peristiwa itu terjadi, Ebi terduduk sendirian dibawah cahaya rembulan dengan ditemani angin yang menyisir surai ungunya.
Ebi mencoba menutup kedua kelopak matanya dan mulai merasakan angin yang terasa dingin. Sunyinya malam mulai terasa sebelum suara seseorang mengintrupsi kesunyian itu.
"Ebi." Suara yang familiar terdengar sampai ketelingan Ebi. Ebi merasakan sosok itu berdiri tepat dibelakangnya.
Tahu sosok itu siapa, Ebi mendongakkan kepalanya.
Netra hijaunya bertemu dengan netra kelam yang setenang lautan. Dalam penglihatannya ia melihat sosok yang merupakan orang pertama yang ia temui sejak terbangun dari dunia ini.
"Kagutam?"
Kagutam tidak menjawab. Sebaliknya memposisikan diri disamping Ebi dan ikut menutup kedua kelopak matanya.
Ebi menaikkan alisnya, bingung dengan sikap tak biasa dari orang disebelahnya. Tidak ingin ambil pusing, Ebi melirik pantulan dirinya yang ada di dalam air.
Ebi melihat sosok dirinya yang terlihat menyedihkan. Surainya yang berantakan dihempas angin dan netra hijaunya yang tak seterang sebelumnya.
Kagutam membuka salah satu kelopak matanya dan melirik kecil ke Ebi sebelum menutupnya kembali. "Bagaimana?"
Ebi menatap Kagutam bingung. "Apa?"
"Tentang ... Tom."
Tom ... Entah kenapa Ebi tidak suka mendengar nama itu sekarang.
Kagutam memperhatikan perubahan riak wajah Ebi yang menunjukkan ketidaksukaannya saat dirinya menyebutkan nama pengkhianat itu.
"Ck. Jangan menyebut nama si pengkhianat itu!"
Kagutam terkekeh pelan. " ... sepertinya kau membenci orang itu sekarang."
"Jangan tertawa!" Sungut Ebi tambah tak senang.
"Maaf maaf."
Keheningan menerpa keduanya.
Masing-masing dari mereka sibuk dengan isi pikirannya.
"Ebi, apa yang akan kau perbuat kalau anggota yang lainnya ikut berkhianat" Pertanyaan mendadak tertuju pada Ebi.
" ... "
Jujur saja Ebi tidak tahu.
Keheningan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Kagutam. Kagutam sekiranya bisa menebak apa jawabannya jadi ia memutuskan untuk mengganti pertanyaannya.
"Kalau gua yang berkhianat, gimana?"
! ! !
Atensi Ebi sepenuhnya teralihkan ke Kagutam. Ia menatap penuh kejut mendengar pertanyaan itu. Dan entah mengapa hal itu membuatnya marah.
"Jangan bercanda!!" Seru Ebi marah.
Kagutam ikut terkejut mendengar pekikan marah dari Ebi. Dia hanya berniat melihat reaksi apa yang diperlihatkan Ebi dan tidak memiliki maksud membuatnya marah.
Dahi Ebi berkedut marah. Ebi menggenggam kedua bahu Kagutam dan menatap tepat di netra kelam itu.
Sosok Ebi yang membelakangi sinar bulan menambah kesan yang aneh. Netra hijau Ebi kini terlihat bersinar bahkan menyiratkan amarah.
"Ebi—"
"Gua nggak akan pernah memaafkan mu kalau lo sampai berkhianat, Kagutam!! Jangan pernah berpikir untuk melakukannya!! Jangan berkhianat!! Jangan tinggalin gue sendirian disini!!"
"..."
Ebi merasakan nafasnya yang memburu. Seluruh badannya bergetar. Matanya memanas. Pandangannya mengabur ketika air menggenang di kelopak matanya.
Pada akhirnya tembok pertahanan yang berusaha ia bangun runtuh dihadapan Kagutam. Ebi menangis. Ia berusaha mengusap air matanya yang turun tapi tak kunjung berhenti.
Pada akhirnya, Ebi hanya bisa meringkuk didalam dekapan Kagutam, dan membiarkan air mata kesedihannya membasahi baju Kagutam.
Kagutam memandang pemandangan malam dan merasakan semilir angin yang dingin. Kagutam melirik Ebi yang menangis didekapannya.
Sepertinya ia sudah mendapat jawaban dari pertanyaannya tadi.
———
KAMU SEDANG MEMBACA
Brutal Series [oneshoot]
Short StoryKumpulan cerita Brutal Series [ Judul Sebelumnya : Brutal Hardcore II ] [ Judul Sekarang : Brutal Series ]