Sudah tiga minggu berlalu, dan Berto masih belum menemukan cara untuk menembus keamanan gedung tempat Meridia tinggal. Lelaki itu gelisah, ia khawatir pada keadaan Meridia, tetapi juga tak bisa melakukan apa-apa karena Sylus. Bajingan itu terlalu kuat. Berto tak sanggup melawannya.
Berto beruntung karena Sylus melepaskannya, tetapi ia juga sial karena Sylus melihat apa yang ingin ia ketahui lewat matanya. Monster itu punya kekuatan aneh di mata kanannya, yang membuat Berto tak berdaya saat melihatnya. Sylus sudah mengetahui semua yang terjadi pada Meridia, termasuk soal kebohongan Berto bahwa jantung Meridia mengeras karena mencintai orang yang tak mencintainya.
Sylus mencintai Meridia. Lebih dari itu, ia sangat terobsesi padanya, seakan-akan Meridia adalah tujuan hidupnya. Alasan jantung Meridia mengeras sebenarnya karena patah hati. Berto tak tahu sudah berapa banyak Meridia terluka karena orang tua angkatnya yang sebelumnya, karena jantung Meridia sudah mengeras jauh sebelum bertemu Sylus.
Prosesnya menjadi lebih cepat karena Sylus, karena ia menyerahkan sepenuh hatinya untuk Sylus dan terluka berkali-kali lipat karena hal yang Berto sendiri tak tahu apa. Karenanya, Berto menyimpulkan bahwa Sylus tidak mencintai Meridia. Awalnya ia berkesimpulan begitu, sampai ia melihat sendiri sikap Sylus. Namun, bagi Berto semua itu tak ada gunanya, karena ia tak bisa mencintai Meridia dengan benar.
Mereka hanya menyakiti satu sama lain, dan yang lebih buruk, Meridia mungkin kehilangan nyawanya jika bertahan dalam hubungan yang sudah tak sehat itu. Tidak, Berto sebenarnya berniat mundur, tetapi bagaimana ia bisa mundur jika sisa hidup Meridia hanya enam minggu atau bahkan sudah berkurang karena ulah Sylus?
"Berto."
Berto membulatkan matanya saat ia melihat Rafayel dan calon istrinya, Estella. Lelaki itu dengan sopan membungkuk hormat pada keduanya.
"Yang Mulia, kenapa Anda masih ada di sini?"
"Estella memaksaku membantumu sekali lagi," kata Rafayel.
Berto melirik Estella yang tersenyum canggung. Padahal, Estella tidak mengenalnya, tapi mengapa?
"Aku tidak bisa membiarkannya mati begitu saja," kata Estella pelan. "Juga, kudengar dari Rafayel bahwa ia tak pernah bertemu dengan keluarga yang benar-benar mencintainya."
"Intinya, Estella ingin membantumu," sambar Rafayel cepat. "Jadi, bersiaplah. Besok, kita akan membawa keponakanmu."
Perasaan lega campur bersyukur membuat Berto menitikkan air matanya. Ia sudah hampir putus asa memikirkan cara bagaimana mengeluarkan Meridia dari gedung itu. Syukurlah. Syukurlah ia mendapatkan bantuan dari Rafayel dan Estella.
"Terima kasih, Yang Mulia! Terima kasih, Nona. Saya tidak akan melupakan kebaikan kalian."
***
Meridia terbangun lagi setelah tertidur selama hampir empat hari. Ia duduk sambil bersandar di kepala ranjang dengan wajah pucat dan tubuh yang dingin. Matanya menatap hampa ke luar jendela, seakan menunggu sesuatu. Sylus tak mau tahu apa yang Meridia tunggu, tapi Meridia tak akan pernah bisa pergi dari sisinya.
Tangannya terulur, menggenggam tangan kecil Meridia yang terasa ringkih. Berat badan Meridia berkurang drastis, Sylus bisa melihat pipinya semakin tirus dan tangannya yang sudah kurus itu semakin kering. Meridia terus tertidur dengan napas yang sangat lemah. Sylus berulang kali selalu memastikan bahwa napas Meridia masih ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tricked [Sylus' Fanfiction]
FanfictionWritten in Bahasa Indonesia. Mengandung adegan dewasa!