1. Awal yang membosankan

45 13 26
                                    

Suara nyaring yang kutahu persis berasal dari alaram berbentuk kotak membuat pikiranku kembali dari alam bawah sadar. Tanganku bergerak meraba-raba benda berwarna putih itu mencoba menghentikan suara yang memekakkan telinga. Kalau saja kamar ini tidak bisa mengedapkan suara dengan maksimal kupastikan sudah ada tetangga yang berdiri tepat di depan pintu apartemenku sambil mengedor pintu dengan kencang memprotes keributan yang telah kubuat.

Seakan suara itu tak mau berhenti, terus saja memanggil diriku untuk segera menegakkan tubuh. Aku bangun. Kesal. Ya, aku kesal karena jariku tak bisa menekan tepat pada tombol off alaram itu. Tapi, aku lebih kesal karena menyadari bahwa aku terbangun untuk kembali melakukan rutinitas yang membosonkan dan sangat membosankan.

Alaram itu tak lagi mengeluarkan suara. Aku beranjak dari kasurku. Dengan tenaga yang belum terkumpul sepenuhnya, kakiku mengantarku menuju sebuah meja di bawah jendela. Meja yang seringkali menjadi tempat paling nyaman untuk menuntaskan segala isi kepala yang terlalu berisik. Kutarik kursi bergaya minimalis yang ada di depanku kemudian mendaratkan tubuhku disana sembari mengambil buku bersampul hitam.

Siap Kerja. Sarapan. Siap bekal makan siang. Kerja. Pulang. Makan malam. Istirahat.

Oke? Ini saja rutinitasku hari ni? Ah, lebih tepatnya, rutinitas ini lagi yang harus kulakukan? 

Kualihkan pandangan dari tulisan yang baru saja kutorehkan diatas kertas. Membalikan kertas kehalaman sebelumnya. Yap. Sama. Apa yang kutuliskan pagi ini sama seperti list rutinitas yang selalu kulakukan di hari-hari kemarin. 

Hembusan napas terdengar berat. Kupijat sebentar kening yang rasanya seperti tertarik kencang. Pernahkan kalian merasa bosan sebosan-bosannya dengan kehidupan kalian? Walaupun hidup kalian hari ini adalah hidup yang kalian impikan dan doakan di masa lalu, pernahkan kalian merasakan situasi membosankan itu? 

Jika pernah, terima kasih karena itu artinya kalian bisa merasakan apa yang kurasakan sekarang. 

Terbangun di pagi hari kemudian menyadari akan melakukan rutinitas yang sama setiap harinya. Menyiapkan diri pergi bekerja. Perjalanan menuju tempat kerja yang penuh dengan drama macet-macetan dan hiruk pikuk kota yang menyesakkan dada karena asupan oksigen yang sepenuhnya sudah bercampur bersama asap kendaraan. Ah, bisa kalian bayangkan betapa suntuknya pagi hari di ibukota.

Tak lupa rutinitas kantor yang penuh dengan drama dan dinamika deadline kerjaan. Kemudian kembali pulang dengan ditemani kemacetan di sepanjang perjalanan dan sesampainya di apartemen hanya diisi dengan makan malam dan hiburan sederhana lalu kembali tertidur dan esok paginya akan melakukan hal yang sama.

Huft. Mataku terpejam. Meringis dengan kenyataan hidup yang harus dilalui hari ini. Kutarik napasku pelan-pelan mencoba menenangkan diri.

"Tenang, Nay! Jangan dipikirkan. Jalankan saja."

Bisa kurasakan sirkulasi pernapasan kembali normal dan itu sedikit menenangkan diriku. Kubuka kembali mataku. Mencoba tersenyum walaupun batinku berteriak ingin keluar dari rutinitas kehidupan yang seperti ini.

"Okey. Selamat pagi dunia yang membosankan. Adakah hal menarik yang akan terjadi hari ini?" aku tersenyum miring, "ck, semoga saja hal menarik itu terjadi hari ini, yah." 

Kuselesaikan kalimat yang lebih seperti sindiran untuk kehidupan yang membosankan ini. Buku bersampul hitam itu segera kututup kembali meletakkannya di tempat semula. Dengan sedikit semangat yang masih kupunya hari ini, kudorong pelan kursiku mencoba berdiri penuh keyakinan berharap hari ini tidak berakhir seperti hari-hari kemarin. Berharap kisah ini juga tak seperti judul bagian pertama cerita ini. 

Membosankan? 

Ya, aku tau. Hidupku dan kisahku di awal part ini begitu membosankan. Apakah kalian yang membaca kisah ini bisa menebak apa yang akan terjadi di part selanjutnya? Akankan tetap membosankan? Atau sesuatu yang menarik akan terjadi? 

Jika kalian pikir cerita ini adalah cerita yang sudah dirancang, kalian salah besar. Aku bahkan tak tahu apa yang akan terjadi di part-part selanjutnya. Tak percaya? Lihat saja, aku bahkan tak menulis detail garis besar di bagian sinopsis cerita ini. Em, itu karna sejujurnya aku tak tahu bagaimana cerita ini akan berjalan.

Let this story flow like the notes in a song.

Mungkin ini ungkapan yang cocok untuk menggambarkan garis besar kisahku. 

Hai, perkenalkan namaku Nayara Anindya. Aku wanita pemilik kisah aneh ini. Salam kenal, selamat menjadi bagian dalam perjalanan hidupku. Mari sama-sama menjadi saksi dari segala drama kehidupanku, segala dinamika perkerjaan, impian, keluarga, dan tentuanya percintaan. Sudahkah kalian siap membaca kisah hidupku selanjutnya?

Nyanyian Pena dan JiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang