Pukul 10 pagi, semua murid dari kelas 1 sampai kelas 3 berdiri mengerubungi tiga papan pengumuman. Semuanya berebut untuk membaca pengumuman tersebut.
"Pergantian bulan cepat sekali, bahkan aku belum menyelesaikan tugas. Kenapa sudah ujian saja" keluh jovian kepada Mateo dan lili.
"Kau ini sangat menantikan hukuman ya" sindir Mateo dengan wajahnya yang sudah tidak habis pikir dengan kemalasan jovian. Lili yang melihat ratu sedang berjalan bersama Mario sontak menyenggol lengan Mateo.
"Psstt, itu ada ratu" bisiknya di telinga Mateo. Mateo yang di senggol, matanya mulai mencari keberadaan ratu. Jovian yang penasaran juga mengikuti arah mata mereka berdua.
"Kalian sedang berbisik apa? apa yang sedang kalian rahasiakan? kenapa aku tidak di ajak" jovian terus saja berceloteh. Namun, Mateo dan lili tidak menanggapi jovian. Jovian memasang wajah merajuknya.
Saat berjalan ia tidak sengaja menabrak seseorang, "eh? Maafkan aku" ucapnya sambil menolong perempuan itu. Perempuan itu hanya tersenyum dan membersihkan roknya, dibantu oleh jovian.
"Kau serius tidak apa-apa? aku sungguh tidak sengaja, maafkan aku ya?" Bujuknya lagi sambil membersihkan rok Jia, saat Jia ingin berbicara Johan datang bersama jessa.
"Kau ini kami mencari mu" ucap Johan yang mengantongi kedua tangannya di dalam saku celana. Jessa yang baru saja datang langsung pergi saat dirinya melihat Surya berjalan kearah perpustakaan sekolah.
"Dia itu selalu saja, saat kembali akan menyalahkan kita kalau meninggalkan dia. Padahal dia sendiri yang pergi, begitu melihat Surya disekitarnya" sungut Johan.
"Eh jov, pelatih bilang kita akan bertanding sesudah ujian. Jangan lupa untuk latihan setiap pulang sekolah,"
"Untuk ujian, kau ruang berapa?" Lanjutnya.
"Aku berada di ruang 3, kalau kau?".
"Kita berbeda jauh, aku di ruang enam" jelas Johan dengan nada lesu, jovian terkejut sebentar. Lalu, ia tertawa puas.
"Kenapa kau di lempar jauh?" Johan hanya menggendikan bahunya bertanda ia tidak tahu.
"Kalau kau Jia?" Tanya jovian, kali ini Jia bisa menahan rasa salah tingkahnya itu terhadap jovian.
"A-aku, aku di ruangan 3 juga" jawabnya.
Ternyata salah, Jia tidak bisa menahan rasa salah tingkahnya itu. Ia sekarang gugup, keringat dingin bercucuran, wajah memerah saat bertatapan mata dengan jovian. Itu tidak disengaja saat ia menjawab, tatapan jovian sungguh menggoyahkan pertahanan dirinya.
Sungguh keadaan yang memalukan, Jia hampir pingsan saat ini. Ia terjatuh ke arah jovian, jovian langsung memegang pundak Jia agar dirinya tidak terjatuh. Begitu juga dengan Johan, ia juga memegang bahu jia dari depan.
Dengan sadar diri, Jia menjauhkan tubuhnya dari mereka.
"Ah, ma-maaf, a-aku, aku ti-tidak sengaja" Jia berlarian entah kemana, sebelum Johan menyusul, dirinya menepuk pundak jovian sebagai tanda perpisahan.
Johan mencari Jia di seluruh sekolah, dirinya sudah penuh dengan keringat karena berlari hingga nafasnya tersengal. Namun, ia belum juga menemukan Jia.
Jovian yang ditinggal oleh teman-temannya hanya bisa berjalan menuju kelas untuk tidur, sedikit pemalas. Tetapi ia tidak sepenuhnya begitu.
Entah dorongan darimana, jovian malan berjalan ke arah ruangan olahraga. Saat ia masuk, terlihat anak perempuan berambut panjang sedikit bergelombang menutupi seluruh wajahnya. Jovian pun menyentuh pundak gadis itu.
Ia sedikit terkejut karena yang jovian lihat adalah jia yang sedang menundukkan diri.
"Jia? Kau kenapa kesini?" Tanyanya penasaran.
Jia mengerjapkan matanya sebentar, "kau juga sedang apa disini?" Tanyanya balik.
Jovian menggaruk tekuk lehernya yang tidak gatal, lalu ia terkekeh.
"Sebenarnya aku juga tidak tahu, raga ku berjalan sendiri ke sini. Padahal aku ingin tidur dikelas karena sebentar lagi masuk" lalu ia duduk di samping Jia.
Jia yang baru saja menjauhi jovian, ternyata harus berhadapan lagi dengannya. Dengan sekuat tenaga ia menahan dirinya untuk tidak salah tingkah lagi.
"Kenapa dia tidak pergi?" Tanya Jia sendiri didalam hatinya.
"Kau," ucapan jovian terhenti sebentar sebelum ia menatap Jia .
"Kau kenapa selalu menjauh dariku?" Sungguh pertanyaan yang tidak bisa Jia jawab, mereka saling bertatap tatapan mata.
1 detik, 2 detik, 3 detik.
Jia sudah mencapai batasnya, lidah dan mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara.
"Aku..., itu..., a-aku, karena..." Lagi-lagi Jia menggerutuki dirinya sendiri, karena gagap di depan jovian.
"Oh? Jia? Jovian?" Perempuan berambut blonde itu masuk sendirian tanpa suara, ia sama terkejunya karena ada dua orang di sini.
Keduanya langsung berdiri, "ratu? Kenapa kau kesini?" Tanya Jia.
"Aku disuruh mengambil bola basket karena kurang dua, eh? Kau belum masuk kelas? Bell sudah berbunyi dari tadi" Jia memang terkejut karena dirinya tidak pernah telat masuk kelas.
jovian lebih terkejut karena sekarang kelasnya belajar matematika, ia berlarian dan meninggalkan Jia dan ratu yang menatapnya. Jovian sesekali mengahadap kebelakang dan melambaikan tangannya kepada kedua perempuan itu.
Tanpa Jia tahu, wajahnya kini sedang mengembangkan senyum yang lebar hingga gigi rapinya terlihat.
"Kau tersenyum lebar?!" Ratu terlihat berlebihan, tapi ini suatu kejadian langka yang dilihatnya. Jia memang tersenyum lebar kepada semua orang kecuali jovian, maka dari itulah ratu terkejut.
"Eh? Oh?, ti-tidak, aku..., aku, ayo kita masuk kelas aku terlambat" Jia mengalihkan pembicaraan.
![](https://img.wattpad.com/cover/372905937-288-k770259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINTYA (2007) [Hiatus!]
Teen FictionJia jenica adalah anak kecil yang mencintai seseorang dari usia 6 tahun, ia memendam rasa itu sendiri. pria yang dia kagumi tidak peka terhadap dirinya selama bertahun-tahun. Berawal dari menolong Jia jatuh saat belajar bersepeda di lapangan, sehing...