5.

187 19 9
                                    

🐻🌻

Tanpa melihat kondisi jalan yang begitu ramai, Mark semakin menambah kecepatan mobilnya menuju apartement yang Haechan tempati dengan dirinya.

Pemikiran Mark sudah kalut, tidak memikirkan apa yang akan terjadi, bisa saja dia kecelakaan pada saat itu. Yang ia pikiran hanya Haechan.

Mark harus bertemu dengan Haechan dan meminta maaf atas kesalahannya, bahkan jika Mark disuruh menciun kaki Haechan, akan Mark turuti asal Haechan tidak pergi meninggalkannya.

"Haechan sayang... " gumam Mark yang keluar dari mulutnya hanya mengucapkan dua kata, sampai ribuan kali.

"Haechanahh maaf, hukum aku Haechan, pukul aku, tapi tolong jangan pergi" ucapan Mark berucap untuk terakhir kata nya, mobil sudah berhenti di tempat parkir yang berada di apartement mereka.

Tanpa babibu, Mark langsung keluar dari mobil, bahkan mobilnya belum terparkir dengan baik.

Mark terus berlari hingga didepan lift, lift itu langsung terbuka. Mark segera masuk lift dan menutup lift itu dengan cepat. Sesampainya di lantai 27, Mark masih berlari menyelusuri lorong-lorong menuju kamarnya. Hingga tepat berhenti di kamar no 127.

Sunyi, gelap, tidak ada tanda-tanda orang bernafas di dalam sana. Mark menyalakan saklar lampu dan berharap Haechan pasti tidur dikamar.

Mark membuka pintu kamar mereka, Kosong, itu yang ia dapat. Bahkan kasur masih tertata rapi, aroma parfum Haechan bak wangi lavender juga masih ada diruangan itu.

Mark mulai mencari Haechan pikirnya apa dia di kamar mandi? dan DAMN!! Kamar mandi terbuka, Mark tidak menemukan sosok Haechan disana.

"Sayang.." panggil Mark diseluruh ruangan kamar.

"Haechan??" masih hening tidak ada tanda-tanda orang di ruangan itu, hingga sorot mata Mark berhenti ke arah Rak Lemari Baju mereka, sedikit terbuka.


Apa Haechan lupa menutupnya.

Mark mendekat ke arah Rak Baju itu.

Baju mengapa tidak ada semua.

Mark membuka Lemari itu.

Kosong.

Baju Haechan yang kosong.

Mark segera melihat tempat penyimpanan koper di dalam ruangan itu.

Koper dia masih ada tetapi..

Koper Haechan yang tidak ada.


Mark lemas seketika, ia tidak tau harus apa sekarang. Haechan pergi meninggalkan nya? dia kemana. Mark harus apa sekarang.

Ya tuhan hukum saja Mark. Dia telah membuat Mataharinya pergi. Matahari yang selalu menyinarinya dari susah maupun senang, sekarang sudah tidak ada lagi.

"Haechanaaa.. hikssss maaf, maaf, maaf" hanya itu yang bisa Mark ucapkan saat ini.




🐻🌻




Hari makin berganti, laki-laki manis yang sekarang terduduk di Bandara menunggu jemputan yakni orang tuanya. Haechan bernafas lega, dia bisa kembali ke tanah kelahirannya, ia sudah sangat merindukan orang tuanya, sudah hampir 5 tahun tidak bertemu dan kontak hanya melalu telepon itupun jarang.

Seorang pria dan pria cantik dari kejauhan melambai-lambai ke arah nya, membuat senyum itu semakin merekah, bak menghilangkan semua rasa sakitnya. Mereka semakin dekat, dan Haechan berdiri untuk menerima pelukan dari mereka.

"Anak Mae sudah dewasa ya nak" pria cantik itu menangis, ia sangat merindukan anak kecil nya itu.

Dulu Haechan hampir tidak diizinkan pergi ke Canada oleh Mae nya. Tapi Daddy Haechan yang ikut meyakinkan suame nya

Daddy Haechan seorang Pengusaha Kecil tapi cukup terkenal di Korea. Johnny, Daddy Haechan yang selalu mendukung dirinya saat ingin melangkah maju, Johnny sangat menyayangi Haechan begitu juga Mae nya.

Mae Tenlie Pria cantik berdarah Thailand sangat menyayangi mataharinya, sering disebut fulsun kecil oleh Mae nya, karena dulu memang Haechan benar-benar kecil dan sedikit jahil. Ten sangat menyayangi Haechan lebih dari apapun.

"Mae.. Haechan capek" ucap Haechan membuat Mae tersenyum, ia tau kenapa anaknya seperti ini, karena dari tadi dia berangkat untuk transit ke Korea Haechan sudah menelepon orangtua nya dan bercerita tentang apa yang terjadi di Canada, serta menyuruh untuk menjemputnya.

"Kamu punya rumah sayang, ada Mae sama Daddy disini, siap menerima kamu,  anak Mae hebat, mana senyumnya anak Mae hm" ucapan itu membuat Haechan tersenyum, memang benar Haechan punya rumah selain Mark, Haechan masih memiliki orang tuanya yang sangat menyayangi Haechan lebih dari apapun.

"Ayo kita pulang, mau di gendong daddy Bear?" ejek Johnny membuat Haechan terkekeh.

"Aku sudah besar daddy, malu sama Mae hihi" saut Haechan tak kalah seru.

"Iya nih, daddy kamu setiap hari nangisin kamu lo sayang waktu dirumah, kangen kamu katanya" ucap Mae mengejek suaminya.

"Ehhh siapa yang nangis!! enggak ya kamu ngarang banget" tolak Johnny dengan rasa malunya.





🐻🌻









bentar lanjut nanti




Lukaku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang