14. Crying

1.4K 163 43
                                    

Pagi itu, pukul delapan pagi, suasana di Apartemen Rora terasa tenang, meskipun hati mereka masih dipenuhi dengan perasaan pilu setelah mendengar cerita memilukan dari Ahyeon.

Namun, Asa yang baru saja selesai mandi, tahu bahwa ia harus segera pulang. Bundanya pasti sudah sangat khawatir, mengingat Asa belum kembali sejak acara semalam. Namun sebelum kekhawatiran itu semakin besar, Asa segera mengabari ibunya bahwa ia menginap di Apartemen Aurora semalam bersama teman-temannya.

Ruka dan Pharita juga sudah bersiap untuk pulang. Mereka sepakat untuk kembali ke Apartemen Rora sore nanti, tetapi kali ini mereka harus pulang terlebih dahulu untuk mengganti pakaian. Sementara itu, Ahyeon memutuskan untuk tetap tinggal di Apartemen Rora selama beberapa hari ke depan. Dengan Kai dan Jennie yang menunda kepulangan mereka, mereka khawatir jika membiarkan Ahyeon sendirian.

Aurora, yang khawatir, sudah menelepon Kai, ayah kandung Ahyeon, untuk memberitahukan agar dia mengizinkan Ahyeon tetap menginap di apartemennya.

"Aku pulang dulu yaa. Nanti aku izin sama Bunda untuk menginap di Apart Rora, aku hanya ingin mengambil beberapa pakaian di rumah," kata Asa sambil berpamitan kepada Ahyeon, memeluknya erat.

"Hati-hati di jalan, Eisa. Aku menunggumu, cepatlah kembali," jawab Ahyeon, membalas pelukan Asa dengan lembut. Ia berharap Asa tak terlalu lama meninggalkannya.

"Aku juga pulang dulu yaa, kami akan segera kembali. Aku dan Ruka tidak akan lama kok," sahut Pharita sambil memeluk Ahyeon.

"Aku juga pamit, Ahyeon. Rora akan menjaga kamu, jadi jangan khawatirkan apa-apa," Ruka berkata sambil mengelus lembut puncak kepala Ahyeon. "Rora, gue titip Ahyeon. Gue tinggal sebentar ya," lanjutnya, menatap Aurora dengan penuh harapan.

"Ya, ya, kalian semua bawel sekali," kata Aurora, sambil memutar matanya dengan malas. " Ayo, biar gue antar kalian ke lobby," tawar Aurora, namun mereka semua menolak, meminta Aurora untuk menjaga Ahyeon saja.

Mereka sepakat untuk merahasiakan kejadian semalam dari orangtua mereka, terutama kedua orangtua Ahyeon. Mereka berjanji akan bertanggung jawab sepenuhnya untuk Ahyeon, menjaga dan melindunginya, apapun yang terjadi.

Ruka, Pharita, dan Asa akhirnya meninggalkan apartemen Aurora. Kini hanya tinggal mereka berdua, Ahyeon dan Aurora, yang tersisa dalam kesunyian. Suasana yang tadinya ramai kini terasa sangat hampa. Ahyeon duduk di sofa ruang tamu, matanya kosong menatap ruangan yang luas. 

Aurora menghampiri Ahyeon, membawa secangkir susu hangat di tangannya. "Mau balik ke kamar nggak?" tanyanya dengan lembut, mencoba menawarkan kenyamanan.

"Lo belum tidur seharian. Tidur dulu sana, istirahat." Namun, bukannya menjawab pertanyaan Aurora, Ahyeon justru meminta Aurora untuk beristirahat. 

Aurora menggeleng, "Gue nggak ngantuk," katanya sambil duduk di samping Ahyeon, menyerahkan susu hangat yang masih mengepul. Ahyeon menerima itu dengan terima kasih. 

"Jangan bohong, muka lo nggak bisa bohong. Lo keliatan capek banget," Ahyeon menanggapi, mata Aurora yang lelah tak bisa disembunyikan. 

Aurora hanya tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya di punggung sofa, memejamkan mata sejenak. Tiba-tiba, suara lembut Aurora terdengar, "Maafin gue." 

Ahyeon menoleh, bingung dengan kata-kata itu. "Huh? Maaf untuk apa?" tanyanya, tatapannya semakin fokus pada gadis yang setahun lebih muda darinya.

Aurora menatapnya dengan mata yang penuh penyesalan. "Untuk hari itu, dan kejadian semalam," jawabnya, suaranya serak, hampir tidak terdengar. Ahyeon terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat apa yang dimaksud oleh Aurora. Saat akhirnya ingat, Ahyeon menarik napas panjang, sebuah hembusan berat keluar dari dadanya. 

Lowkey.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang