08. Boy's Camping

24 4 0
                                        

Tengah hari yang beku di musim dingin. Salju mulai memenuhi jalan-jalan dan beberapa petugas sedang mengeroknya dengan alat berat. Beberapa orang lainnya terlihat menaburkan kristal-kristal putih yang Seungwan duga itu Natrium Clorida.

Ia setengah berlari saat melihat tempat janjiannya dengan Felix sudah dekat. Gadis itu merasakan udara dingin menerpa kulit wajahnya. Felix mengiriminya pesan teks, katanya dia akan menunggu di tempat biasa untuk makan siang dan ada hal penting yang ingin disampaikan. Seungwan tidak mau membuatnya menunggu lebih lama.

Kling

Lonceng diatas pintu berbunyi saat Seungwan masuk. Membuat atensi Felix dan dua orang pelanggan lainnya terpusat padanya.

"Nuna!" Felix mengangkat lengan; melambaikan tangan. Lagi-lagi pemuda itu duduk di dekat jendela.

Kursi dekat jendela memang favorit semua orang. Tempat itu sedang sepi, sehingga alunan musik yang lemah dapat terdengar jelas. Bryan Adams, Everything I Do, I Do it For You.

"Apa itu? Yang ingin kau katakan." Seungwan penasaran, hal penting apa itu hingga tidak bisa disampaikan lewat pesan atau telfon saja.

"Mari makan siang dulu, aku lapar," kata Felix membuat rasa penasaran Seungwan semakin tak tertahankan.

Pelayan datang menyajikan makanan yang ternyata sudah Felix pesan sebelum Seungwan disini. Itu signature pasta dan lemon tea. Makanan yang sama dengan saat kencan pertama mereka.

"Beri tahu aku sekarang, apa itu?"

Felix mengalihkan atensinya dari makanan. Tadinya hendak mulai makan, tetapi sepertinya Seungwan sudah tidak bisa sabar lagi.

Felix tersenyum, "Nuna pikir soal apa?"

"Aku clueless, makanya aku penasaran."

"Ini hanya soal keberangkatanku ke Laos. Aku mendapat email dari UNICEF dan akan berangkat lusa."

Seungwan terkejut, "Mengapa mendadak sekali? Bukannya harusnya setelah natal?"

"Yah, itu cukup rumit."

"Kau bilang hanya 3 pekan kan? Akan langsung kembali ke Korea setelah itu, atau mampir ke Australia?"

"Nanaku sedang sakit di Australia, jadi aku akan mengunjunginya."

Seungwan mengangguk. Felix menghabisnya masa kanak-kanaknya bersama nananya. Jadi, sudah seharusnya dia mengunjunginya. Dia sudah lama tidak pulang ke Australia.

"Hanya itu?" Tanya Seungwan karena, apa ini? Bukankah hal seperti ini bisa disampaikan lewat pesan teks?

"Iya, aku hanya mau makan siang dengan Nuna. Besok, aku harus mengepak barang-barangku, dan lusa berangkat. Ayo habiskan sisa hari ini bersama." Felix tersenyum, Seungwan tersenyum.

Ya, seperti itulah Felix akan berbohong padanya.

"Kemarin, Rabu lalu, Minho Hyong memasak untukku." Perkataan Felix membuat Seungwan berhenti bernapas sepersekian sekon.

Benar juga, Minho itu kan penari terbaik di klub dance kampus mereka. Lalu, Felix juga bergabung di klub yang sama. "Jadi kami terhubung seperti itu, ya," kata Seungwan dalam hati.

"Minho, Lee Minho?" Seungwan memastikan sekali lagi.

Felix mengangguk, "Iya, Minho Hyong, mantan Nuna." Kali ini Seungwan benar-benar hampir menyemburkan minumannya.

"Oh, Nuna baik-baik saja?" Felix panik sembari mengambilkan tisu.

"Aku tidak apa." Seungwan kembali mengatur napasnya.

Tears In Heaven (Bromance & Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang