14. Ke Amerika

16 4 0
                                    

Ya, semuanya berjalan seperti normal. Orang-orang tetap pergi bekerja, dan jam tetap berdetak. Rachel bilang, Felix tidak mau dunia orang-orang di sekitarnya berhenti hanya karena kondisinya. Itu akan sangat membuatnya merasa sedih. Jadi, semua orang berusaha bersikap normal, untuk Felix, walau ia tidak disana.

Minho tiba-tiba menghubunginya setelah beberapa hari hilang kabar, pasca malam ia menangis kemarin. Dia bilang ingin bicara sebentar. Namun, yang ia katakan sungguh di luar dugaan.

"Aku akan ke Amerika," katanya, membuat Seungwan nyaris menjatuhkan ice americano yang ia minum pagi itu di kantin perusahaan.

Seungwan saja tidak terbesit untuk menyusul Felix ke Amerika.

"Kau begitu menyayanginya?" Minho terdiam. Sorot matanya entah menuju kemana, tetapi terlihat kosong dan sedih.

"Kurasa, kami sepasang kekasih di kehidupan sebelumnya," kata Minho tanpa ekspresi wajah yang berarti.

"Berhentilah bicara omong kosong. Kau tidak percaya agama." Seungwan jengah saat tiba-tiba Minho membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan agama. Masalahnya, kadang pria itu bicara soal reinkarnasi, kadang soal Sinterklas, pernah juga bicara soal ka'bah atau tembok ratapan orang Yahudi, tetapi terkadang pergi ke kuil juga.

"Pokoknya aku akan ke Amerika."

"Kenapa bilang padaku?"

"Menurutmu kenapa?" Hening sesaat, Seungwan tahu maksudnya. Dia hanya pura-pura bodoh.

"Kau ingin aku ikut?"

Minho mengangguk ragu, "Aku belum pernah bepergian ke luar negeri."

"Kau tidak akan hilang juga jika pergi sendirian. Kau sudah dewasa. Tidak ada yg akan menculikmu," ketus Seungwan.

"Kau lupa aku tidak bisa bahasa inggris?"
Demi Tuhan!

Sialan! Seungwan kira pria itu akan bilang, "Kau harus bertemu Felix," atau "Kita harus mendampinginya dalam masa-masa sulit," yah pokoknya semacam itu. Namun, di luar dugaan. Tujuannya adalah karena butuh tour guide.

"Baiklah, baiklah." Seungwan bangun darib
kursinya, "Aku akan mengurus cutiku. Mari berkabar lagi nanti."

Minho juga berdiri, lalu ketika Seungwan membungkuk mengambil tasnya yang ia letakkan di bawah, "Terimakasih Seungwan-ah." Minho berkata penuh harapan dan kelegaan.

Seungwan sedang tidak melihat wajahnya, tetapi ia bisa mendengar suaranya sedikit bergetar. Terdengar nyaris putus asa.

🌸

Semuanya memang tampak normal di siang hari. Makan, bekerja tertawa, sebagaimana mestinya, mereka berusaha 'hidup'. Namun, malam adalah saat kebenaran datang tanpa bisa dihindari.

Ketika dunia mulai tertidur, saat lampu kota mulai meredup, Minho meraung hingga ketiga kucingnya terbangun.

Sementara itu, di tempat lain, Seungwan menatap langit-langit kamar. Matanya merah, tapi tidak ada air mata yang keluar. Ia sudah terlalu lelah untuk menangis. Seungwan tidak menangis, tetapi dia tidak pernah bisa tidur semenjak tau Felix sakit. 

"Apa aku akan sakit juga kalau begini terus?" gumamnya, lalu bangkit dari ranjang dan membuka kulkas. Ia mengambil sebotol alkohol dingin dan meneguknya. Setidaknya, ini bisa membantunya tidur.

Minho, di sisi lain, hanya menatap dinding kamarnya yang kusam. Salah satu kucingnya yang berwarna coklat, Sonie,  menghampiri dan tangan kecilnya menyentuh pipi Minho.

"Miaw."

Minho membelai kepala kucing itu. "Andaikan kami juga punya sembilan nyawa sepertimu."

Minho masih berusaha untuk tertidur, sebelum teleponnya berdering, itu Seungwan.

Minho meraihnya dan mengangkat panggilan. "Yoboseyo?"

Tidak ada suara dari seberang, hanya napas berat.

"Oh, apa kau sudah tidur?" suara Seungwan terdengar lemah.

"Tidak," jawab Minho. Ia mengerutkan dahi. "Apa kau minum-minum lagi?"

Seungwan menghela napas.

"Ayo kita berangkat akhir pekan ini, ke Amerika."

Minho terdiam sejenak. Ia menutup matanya, membiarkan kata-kata itu meresap dalam pikirannya.

🌸🌸🌸


Tbc



Apa kabar? Akhirnya bisa update lagi... semoga work ini bisa selesai liburan ini...

Pendek dulu yh hehe mungkin ntar malam update lagi, semoga.  Aku pengen cepet kelar ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tears In Heaven (Bromance & Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang