Air mata

18 9 0
                                    

tepat seminggu yang lalu, dan tepat di tanggal mereka menginjak tiga tahun pacaran, Narumi akhirnya memutuskan hubungannya dengan kekasih nya Farezeel. Laki - laki yang ia anggap akan jadi yang terakhir di hidup nya. Narumi dan Farezeel sudah menjalani hubungan sejak mereka duduk di kelas tiga SMA. Mimpi - mimpi yang Narumi impikan bersama Farezeel lenyap begitu saja semenjak Narumi tau bahwa Farezeel sepertinya tidak bisa seumur hidup dengan Narumi.

Farezeel tidak menyakiti fisik Narumi, tidak sama sekali. akan tetapi mental dan batin Narumi begitu hancur bertubi - tubi. Laki - laki itu tidak pernah selingkuh, tapi emosi yang gampang meledak, sifat manipulatif nya, angkuh, bohong, bahkan merasa selalu benar membuat Narumi berfikir dua kali jika harus seumur hidup dengan Farezeel.

Namun tak bisa di pungkiri Narumi sangat amat menyayangi Farezeel. setiap gadis itu menangis dan cerita ke teman - temannya akan tingkah laku Farezeel yang tidak pernah berubah dan tidak sadar akan perlakuan nya itu, membuat teman - teman Narumi geram akan tingkah laku mantan kekasih nya, tapi Narumi terus membela Farezeel, bahkan sampai berfikir takut jika Farezeel tidak dengan nya lagi nanti laki - laki itu bagaimana?.

Bodoh. Narumi tau Narumi bodoh akan hal ini, namun ia denail akan hati dan pikirannya saat itu, bahkan sampai detik ini. Namun kali ini, ia sudah mantap memutuskan hubungan nya dengan Farezeel walau ia ada sedikit ragu kalau keputusannya ini tepat atau tidak.

"Nar, lo udah mutusin Rezeel?." Ucap Ramila. sahabat sejak SMP Narumi. membuat Narumi tersentak kaget dari lamunannya yang sedari tadi hanya mengaduk - aduk segelas es kopi di tangannya.

kini mereka sedang duduk di sebuah cafe yang cukup terkenal disana. mereka memang sudah janjian ketika Narumi libur kerja, mereka akan hangout hanya untuk sekedar main atau bertukar cerita.

Narumi menaruh gelas es kopi itu di atas meja dengan pelan, "Sudah, seminggu yang lalu." Jawab gadis itu sekenanya.

Ramila menyipitkan matanya, "Kenapa lo sedih? bukannya harusnya lo seneng putus dari laki - laki yang nyakitin lo?."

"Mil, gua gak tega mutusin Rezeel, nanti dia sama siapa kalo gak sama gua? nanti siapa yang mau dengerin keluh kesah dia Mil? orang tua nya aja gak sepeduli itu sama dia."

"Nar, gua udah muak denger kalimat lo yang selalu bilang 'nanti dia sama siapa kalo gak sama gua'. lo sadar gak sih akan ucapan lo? liat badan lo? lo kurus karna ngebatin soal dia. gua, bahkan temen - temen kita yang lain malah lebih kesian sama lo, mental lo tuh ancur sama dia Nar." Ucap Ramila sedikit kesal akan ungkapan denail sahabat nya itu.

"Tapi tadi pagi gua di samperin dia Mil, dia mohon - mohon sama gw Mil, sebelum gua tadi ketemu lo..." Ungkap Narumi sembari tertegun.

"Apa?! lo di samperin itu orang?! gila ya dia." Kaget Ramila sembari menggelengkan kepalanya pelan tidak habis pikir, "Terus dia ngomong apa aja sama lo?." Sambung Ramila.

"Dia mohon - mohon ke gw, wajah nya benar - benar kusut, benar - benar kaya kehilangan arah, dia ngajak balikan tapi gua gak mau, dia ternyata udah nungguin di depan rumah gua Nar, akhirnya gua paksain buat pergi dan bawa motor ngebut ninggalin dia sendirian disana." Jelas Narumi.

"Dia bawa kendaraan?."

"Enggak, dia benar - benar sendiri, berdiri di depan rumah gua. Dari gua keluar rumah, buka gerbang, ngeluarin motor, bahkan sampe gua tinggalin dia."

"Nar, dari dulu lo udah bolak balik mutusin dia terus nyambung lagi bahkan perilaku dia tetap sama, mohon - mohon sama lo akhirnya nyakitin lo lagi, itu tuh salah satu manipulasi dia ke lo Nar." Ramila mencoba menyadarkan Narumi, "Lo lupa gimana dia ngatain lo bodoh, gak punya pikiran, bahkan maki - maki lo pada saat lo butuhin dia?, lo lupa gimana dia bohongin lo habis - habisan?, lo lupa juga gimana dia gak menghargai hal - hal kecil tentang lo? lo lupa juga di saat lo ngajak dia buat mencari hal - hal baru respon dia selalu gak enakin yang ujung - ujungnya gua yang nemenin wujudin hal - hal baru yang lo mau itu?, apa bahkan lo lupa juga gimana dia nyalahin temen - temen lo dan anggap kita - kita ngehasut lo?." Sambung Ramila dengan menggebu - gebu yang membuat Narumi berfikir setiap ucapan - ucapan yang Ramila ucapkan.

DIA SI ANAK BENGKELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang