Prolog
Orang bilang, manusia harus sampai pada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kasih sayang dan kesetiaan. Namun, mereka tidak mengatakan tentang perasaan bersalah yang mengikuti di belakangnya. Seperti yang Mara rasakan ketika memandang dua orang dengan senyum lebar di bibir mereka saat ini. Perasaan yang ditahannya semenjak berita pertunangan itu terdengar satu bulan lalu, kini kembali menyeruak. Mengisi hati dan mengaburkan pandangan.
Dari sudut ballroom tempatnya bersembunyi, Mara mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Mencari sesuatu untuk mengalihkan pikirannya, tapi sialnya pandangan matanya kembali ke wajah Dipa. Pria yang hampir tiga tahun menjadi tempat Mara bersandar, selain kakaknya Anjas dan Bagas, Ayahnya.
"Serasi, ya?" Mara mengangguk tanpa mengatakan apapun atau melihat siapa yang mengatakan itu. Ia menegakkan punggung dan mencoba untuk tersenyum tanpa mengalihkan pandangan. "Dipa ganteng, tinggi, sukses. Caca cantik. Kalem. Lembut, dan itu yang Dipa butuhkan dalam hidupnya." Mara masih diam menatap dua orang yang terlihat sibuk menerima ucapan selamat dari setiap tamu undangan. Menghalau semua pengandaian yang kini kembali muncul di kepalanya.
"Kamu Mara, kan. Maranya Dipa yang selama ini dia gadang-gadang bakalan jadi istrinya!" Mara menggeser tubuh dan menolah ke arah pria yang saat ini menatapnya dengan kerling jahil di wajahnya. "Enggak perlu kaget, gitu. Aku bisa ngenalin wajahmu meski dari jauh."
"Maaf," kata Mara berusaha menekan gugup yang muncul. "Kamu siapa, ya?"
"Telung tahun runtang runtung, tibake kawine karo wong liyo." Mara melipat tangan di depan dada berusaha untuk menahan amarah yang kini memenuhi dada. "Jangan marah. Aku hanya mengatakan yang semua orang katakan."
Saat itulah ia medarkan pandangan dan menemukan beberapa sepupu Dipa yang meliriknya dengan penuh selidik. Seolah bisa membaca pikiran setiap orang saat ini, ia kembali menatap pria asing di sebelahku. "Sebenarnya kamu siapa, sih?!"
Pria yang menggunakan batik lengan panjang itu menatapnya tajam, meski ada senyum tersungging di bibirnya. Mara tak pernah bertemu dengan pria yang menarik dan mengintimidasinya di waktu yang bersamaan seperti saat ini. Membuatnya merasa ada sesuatu yang aneh. "Aku pria yang akan mencegahmu untuk merusak apa yang sudah digariskan untuk Dipa dan Caca!" Ancaman itu membuat mata Mara membelalak. "Jadi, apapun yang ada di kepala cantikmu saat ini," kata pria itu melarikan jari telunjuk di depan wajah Mara. "Lebih baik kamu pikir ulang, Asmara!
New day ... new story
Kita marathon lagi, yuk
Publish setiap hari, pagi hari--seperti biasanya.
Tapi enggak sampai ending ya guys ... karena endingnya hanya di buku cetak.Mas Ninu di pending dulu, karena kita ketemu Mamas baru.
Yang pengen baca Mas Ninu, bisa ke KK
Daaaan ... Insya Allah, bulan ini ada cerita baru di KK.
Cerita baru dengan banyak bumbu 21+Love, ya!
shofie
KAMU SEDANG MEMBACA
Tamat (PROSES CETAK - DIHAPUS SEBAGIAN)
RomanceAsmara Putri Aldyansah tidak menginginkan cerita cintanya berakhir di kata tamat. Meskipun Dipa-pria yang selama tiga tahun bersamanya-akan melangsungkan pernikahan dengan orang lain. Satu-satunya yang Mara inginkan adalah kata bersambung untuk ceri...