Bab 2 Pertemuan pertama
Telentang menatap langit kamar, Mara kembali mengingat satu persatu kenangannya bersama Dipa. Pertemuan pertama yang terasa seperti hanya ada dalam cerita film. Suara lembut yang terdengar tenang tapi menggoda menggoda. Wangi tubuh yang memberi efek menenangkan. Sikap sopan yang terkadang terlalu berhati-hati membuatnya merasa dilindungi. Semua hal yang membuat Mara merasa dicintai, membuat sosok Dipa sulit untuk diabaikan. Dengan penampilan layaknya eksekutif muda, tubuh tinggi dan ramping mampu menarik perhatian kaum hawa. Termasuk dirinya. Menjadikan Dipa kandidat terbaik untuk menjadi suami.
"Ya ampun ... maaf," ucap Mara melihat tumpahan dressing salad di kemeja pria di sampingnya. "Saya benar-benar minta maaf, enggak merhatikan jalan." Mara gugup menunggu pria itu mengangkat kepalanya. Ia melihat penampilan pria itu dan membayangkan berapa banyak yang harus ia keluarkan untuk mengganti kemejanya. Tanpa disadari, ia menggigit bibir bawahnya, seperti kebiasaannya selama ini. "Saya ganti biaya laundry atau ganti harga kemejanya. Moga-moga enggak terlalu mahal," katanya lagi meski kalimat terakhir diucapkan dengan bergumam.
Pria yang masih menunduk mencoba untuk mengurangi kekacauan yang dibuatnya membuat Mara semakin salah tingkah. Ia sudah meminta maaf, bahkan menawarkan untuk mengganti kemeja, tapi pria itu masih setia menggosok cipratan mayonaise di bagian dadanya. "Saya masih bisa cuci—" Mara terkejut ketika pria itu tiba-tiba berhenti. Ia menoleh ke kiri dan kanan mencari sesuatu, tapi mata itu masih tertuju padanya.
"Mas ... mas nya enggak apa-apa?" tanya Mara sambil melambaikan tangan di depan wajah pria tanpa nama tersebut. "Mas nya pasti kaget karena ternyata aku lebih kacau, ya," ucapnya berusaha mencairkan suasana.
Beberapa saat lalu, ia mengisi piringnya dengan setumpuk salad buah dan sayur. Namun, sayangnya ketika Mara membalik badan tanpa melihat, ia menabrak seseorang yang berjalan ke arahnya. Sebagian besar dressing salad mewarnai gaun hijau sage yang dipakainya. Sayangnya, dressing itu pun telontar hingga membuat kemeja biru pucat pria itu menjadi berantakan.
"Saya benar-benar minta maaf. Kalau boleh, saya minta nomor telepon Mas," pintanya. Mara berusaha tersenyum meski saat ini jantungnya berdegup kencang memikirkan berapa banyak yang harus ia keluarkan karena kecerobohannya.
Pria yang beberapa saat lalu membuatnya takut, kini tersenyum padanya. "Sebagai ganti kekacuan ini," kata pria yang memiliki senyum indah itu. "Gimana kalau makan malam sama saya."
Bukan suatu hal baru bagi Mara ketika tiba-tiba seorang pria asing merayunya. Terkadang, ia mendapati itu setiap kali ia berada di tempat umum. Meski hingga saat ini, tak ada satu pun yang membuatnya berhasil memberikan nomor telepon. Berbeda dengan pria di depannya saat ini. Rasa bersalah mengacaukan kemeja—yang terlihat mahal—ditubuhnya, membuat Mara tanpa ragu menyebutkan sebaris nomor teleponnya.
"Bukannya lebih mudah kalau saya ganti biaya laundry atau beli kemeja baru aja, ya, Mas?"
Pria yang hingga detik itu belum memberinya nama, hanya mengedikkan pundak. "Pranadipa." Mara menatap tangan yang terulur padanya. "Setidaknya saya harus tahu nama perempuan cantik yang nabrak, dong!"
Jejak senyum di bibir Dipa membuat Mara harus mengigit bibir. Mencegah senyumnya terlontar. "Asmara. Mara," koreksinya. Meski sinar mata Dipa membuatnya menyadari kesalahannya.
"Ini namanya bukan dipanah Aamara, tapi ditabrak Asmara. Dan saya enggak menyesali itu." Senyum di bibir Dipa membuat Mara tak bisa berkutik. Ada sesuatu dari caranya tersenyum membuat Mara tertarik.
"Dek!" suara panggilan di belakangnya membuat Mara mengalihkan pandangannya. "Udah?" tanya Ayahnya.
"Bentar, Yah," jawabnya. "Saya harus pergi. Chat saya untuk tagihan laundry, ya, Mas. Sekali lagi, saya minta maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tamat (PROSES CETAK - DIHAPUS SEBAGIAN)
RomanceAsmara Putri Aldyansah tidak menginginkan cerita cintanya berakhir di kata tamat. Meskipun Dipa-pria yang selama tiga tahun bersamanya-akan melangsungkan pernikahan dengan orang lain. Satu-satunya yang Mara inginkan adalah kata bersambung untuk ceri...