01

9 0 0
                                    

Senin, 09 November 2015

Ditaman, seorang gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu tengah duduk berdua dengan seorang lelaki yang juga mengenakan seragam sekolah yang sama persis dengannya. Keduanya terlihat hanya diam membisu, keduanya sama-sama menikmati hembusan angin sore yang menerpa wajah mereka sehingga membuat anak rambut gadis itu ikut menari-nari tertiup angin. Namun gadis itu dapat merasakan kegusaran pada sorot mata lelaki yang kini mengalihkan tatapannya, memandangi senyum manis yang terlukis diwajah gadis yang kini menatapnya dengan tatapan yang sangat meneduhkan.

"Sya," panggil lelaki itu dengan tatapan sendu, gadis itu terlihat bingung dengan sikap kekasihnya akhir-akhir ini. Gadis itu lalu tersenyum kecil dan  menyentuh punggung tangan lelaki itu sembari mengelusnya lembut,"Ada apa sayang?" tanya gadis itu seperti tahu ada sesuatu yang mengganggu pikiran lelaki itu.

Lelaki itu menghembuskan nafasnya kasar,"Aku rasa hubungan kita sampai sini aja yah, Sya."

Deg.

 Dadanya berdegup kencang, gadis itu kini  hanya diam membisu. Gadis berambut pendek itu menatap dalam manik kecoklatan milik lelaki yang sudah hampir beberapa tahun ini selalu menemani hari-harinya,  dan itu membuat tubuh gadis itu bergetar hebat. Namun, gadis itu enggan memperlihatkan kelemahannya didepan lelaki yang kini hanya ikut diam membisu tanpa berniat memeluknya. Gadis berpipi cubby itu berharap ini hanya mimpi, ia ingin seseorang segera membangungkan nya. 

Sedetik kemudian gadis itu terlihat tersenyum getir,"Rasanya ini bukan mimpi," batinnya. Gadis itu menundukan kepalanya, ia remas kuat-kuat jari-jemari tangannya. Segudang pertanyaan memenuhi relung pikirannya, namun saat ini semuanya terasa keluh. Ia tidak menyangka hubungan yang mati-matian ia pertahankan harus berakhir juga, gadis itu bangkit dari duduknya. Ia bersiap untuk pergi menyampirkan tas sekolahnya di bahu sebelah kanannya, "Oke, mulai sekarang sudah tidak ada hubungan apapun diantara kita, ku bebaskan kamu ingin bertingkah seperti apapun. Maaf jika selama ini aku terkesan jadi penghalang kebahagian mu Baskara!." tutur gadis itu sebelum melangkahkan kakinya.

"Apa kamu tidak ingin bertanya alasan aku memutuskan hubungan ini, sya?" tanya lelaki itu membuat gadis itu menghentikan langakahnya, ia kembali menatap wajah lelaki yang saat ini menatapnya dengan tatapan sendu. Gadis itu lantas menggelengkan kepalanya,"Tak perlu, alasan apapun yang kamu ucapankan sekarang tak akan mampu memperbaiki hubungan yang kamu akhiri. Terima kasih, semoga kamu bahagia." 

Lelaki itu kini menunduk, seribu penyesalan mungkin kini tengah menghinggapi dirinya. Gadis itu kembali melangkahan kakinya, namun lagi-lagi lelaki itu menghentikannya. Gadis itu merasa jengah mengapa lelaki itu selalu saja menghentikannya,"Apa kita bisa tetap bersahabat seperti dulu?" tanyanya lagi. Namun gadis itu mengedikan bahunya,"Aku tidak tau," jawabnya. Dan setelah mengatakan itu, gadis itu berlari tak ingin mendegar apapun yang lelaki itu katakan lagi. Ia berlari menjauh dari lelaki itu dengan beruai air mata yang kini sudah membasi pipinya, tangannya tak henti memukuli dadanya yang terasa amat sesak sekali dan gadis itu berusaha meremasnya kuat berharap rasa sesak itu segera menghilang. Namun ia salah, bukannya menghilang justu semakin sesak rasanya.

"Maafin aku Sya," batin lelaki itu saat ia menatap punggung gadis nya yang kini sudah tidak nampak lagi.

                                                                 ***********

Alisya Mahdiya Putri,  gadis cantik yang ayahnya nikahkan diusianya yang terbilang masih sangat belia. Namun lelaki setengah baya itu merasa jika keputusannya adalah keputusan yang paling tepat, ia tidak ingin putrinya terjerumus pada pergaulan bebas. Alisya meminta izin untuk melanjutkan pendidikan di Yogyakarta, sebab itu Mahardhika mengambil keputusan yang orang-orang anggap sangat gila. Mahardhika meminta lelaki bernama Azzam Malik Virendra untuk menjadi pendamping hidup putrinya, namun Alisya merasa ayahnya sudah tidak waras dengan meminta sahabat dekatnya untuk menikahinya hanya karna ia ingin melanjutkan pendidikan di Yogyakarta.

Takdir yang tidak direncankanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang