Aku tengah menyiapkan anggur untuk tamu yang datang pada saat Bibi Song memanggilku. “Hei kau, kemarilah!”
Lekas aku mempercepat langkah. Sesampainya di hadapan Bibi Song yang sedang bersama seorang pria dengan balutan pakaian ungu-hitam aku membungkuk, memberi penghormatan.
“Dia hanya seorang pelayan, Tuan. Apakah Tuan tidak ingin wanita yang lainnya saja?” ucap Bibi Song sembari melirikku sinis. Ditatap seperti itu membuatku merasa dikerdilkan. Aku lantas menunduk.
“Tidak. Aku mau ini saja,” jawab pria tersebut. Aku tak berani menatapnya sebab jika aku lihat sekilas perawakannya, ia memiliki tatapan setajam elang dengan guratan amarah yang sepertinya selalu muncul dan bercokol menjadi wataknya. Bibirnya semerah delima. Namun, bibir tipis itu menekuk ke bawah saat aku pertama kali melihatnya. Ia tampak jutek dan garang dengan pakaian gelap yang dikenakannya.
“Apa Anda yakin, Tuan? Saya memiliki banyak perempuan cantik dan pastinya dapat memuaskan Anda.” Bibi Song masih bersikeras. Memang aku tidak secantik perempuan kebanggan Bibi Song. Aku juga tak pandai memuaskan pria dengan tubuhku yang tak molek dan tidak sintal ini. Bibi benar, mengapa pria ini begitu keras kepala memilihku yang berstatus sebagai pelayan rendahan di rumah bordil ini?
“Apa kau ingin membantahku hah?!” Kilatan ungu muncul dari sosok pria di hadapanku. Sekilas aku melihat cahaya itu keluar dari cincin yang dikenakannya.
“Ti-tidak, Tuan. Maafkan hamba. Baiklah jika Tuan menginginkan gadis ini.” Bibi mencekal tanganku. “Aku akan mendandaninya terlebih dahulu.”
“Hm, cepat lakukan!”
Bibi membawaku ke ruangan belakang. Ia mengambil salah satu baju hanfu merah muda yang tampak begitu cantik.
“Cepat kau pakai baju ini!” ujar Bibi sembari mengulurkan baju itu padaku.
Aku mengganti pakaian kumalku dengan hanfu yang terasa lembut di tubuhku. Bahannya berkualitas tinggi. Aku sering melihat anak-anak kesayangan Bibi Song mengenakan pakaian sejenis ini.
Setelah mengganti pakaian, aku keluar ruangan, menemui Bibi Song. Saat aku tengah merapikan sedikit untaian rambutku, Bibi Song tampak mematung. Air mukanya seperti menatap tak percaya ke arahku. “Kau ... bagaimana kau bisa secantik ini?”
Mendapatkan tanggapan mengejutkan dari Bibi membuatku tak nyaman. Lantas aku hanya tersenyum kikuk untuk menanggapinya.
Bibi menyeretku ke ruangan sebelumnya. Kami menemui pria itu kembali. “Maaf telah membuatmu menunggu, Tuan. Ini adalah gadis yang Tuan inginkan.”
Mata hitam itu menatapku lekat-lekat. Aku yang ditatap seperti itu bergerak gelisah, menunduk, berusaha agar tidak bertemu tatap dengannya.
“Bagus sekali,” ucapnya dengan suara yang sedikit berbeda dengan sebelumnya. Kini suaranya terdengar lebih berat dan seperti tengah menahan sesuatu. “Jadi, berapa harga yang kau inginkan?”
“5000 koin emas, Tuan.”
Hah? Apa aku tidak salah dengar? Bukankah itu terlalu mahal untuk harga pelayanan rendahan sepertiku?
“Harga yang bagus.”
Transaksi jual-beli itu berjalan lancar. Kali ini kegugupan kembali menyergap. Aku dirundung perasaan gelisah setelah Bibi Song mengatakan agar aku menurut pada tuanku dan jangan bertingkah laku sembarangan.
Sekarang aku tengah mengikuti tuanku yang berjalan sempoyongan di depanku. Sebenarnya aku agak mengkhawatirkannya. Bagaimana jika nanti ia tersandung batu dan terjerembab?
Kekhawatiranku menjadi kenyataan. Tuanku yang tak kuketahui namanya tersandung batu, dengan kecepatan yang aku tingkatkan sedikit, aku berhasil menangkap pundaknya yang hampir jatuh ke depan.
“Tuan, apa Anda tidak apa-apa?”
“Tidak, terima kasih.” Aku menghela napas lega. Tuan segera berdiri seperti semula, tetapi seperti ada yang aneh.
Gawat!
Apa yang kulakukan tadi?
“Kau berada di belakangku, bagaimana bisa kau mencapaiku dengan waktu yang tepat?”
Tamatlah riwayatku .... []
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherry Blossoms That Bloom On The Full Moon
FanficJiang Cheng menemukan bunga yang sangat indah pada tengah malam ditemani bulan purnama yang bersinar terang di sebuah rumah bordil. Jiang Cheng x You Fanfiction