Satu minggu kemudian. Pada pagi yang cerah di hari minggu ini. Chika, gadis ini sedang duduk di kursi tanpa sandaran di ruang inap Freya. Chika hari ini akan menjaga Freya, ia bergantian dengan Christy, dan hari ini adalah jadwalnya untuk menemani Freya di rumah sakit.
Chika menatap lurus ke wajah Freya yang masih belum bangun dari komanya. Tatapan kosong nan datar, sembari ia juga menggenggam erat tangan adiknya itu.
Chika diam, namun pikirannya terus mengingat ucapan dari Eisa satu minggu yang lalu. Omongan Eisa membuat Chika terlalu kalut dalam benaknya, membuat gadis ini terus menerus kepikiran.
𝙵𝙻𝙰𝚂𝙷𝙱𝙰𝙲𝙺...
“O-Oma... Maaf.. maaf aku nggak bisa jaga Freya..” Christy menjatuhkan badannya, ia berlutut di hadapan Eisa. Rasa sesal yang amat besar semakin menggebu-gebu di hatinya.
Christy memegang kaki Omanya itu. Ia menunduk, lalu menumpahkan semua air mata penuh penyesalan jatuh begitu saja.
“M-Ma-Maaf ... Oma..” lirih Christy dengan suara seraknya, tenggorokannya menjadi kering akibat terlalu banyak menangis.
“Christy...” gumam Chika. Dirinya terkejut, sedikit menganga akibat tak menyangka Christy akan bersimpuh di kaki Omanya.
Chika yang melihat tindak Christy mulai menyadari sesuatu. Bahwa, Christy melakukan seperti itu karena Christy sangat menyayangi Freya, ia begitu sayang dengan Freya. Rasa kekesalan juga penyesalan pada diri Christy sangat terpancar di netra Chika, dan juga perasaan itu mampu membuat dirinya juga merasakan hal yang sama seperti perasaan Christy untuk saat ini.
Chika menghampiri Christy juga Eisa. Terlihat Eisa seakan tak acuh dengan apa yang Christy lakukan. Eisa hanya diam, tangannya terus menerus mengusap kepala Freya dengan lembut.
“Oma...” cicit Chika memanggil Eisa. Ia berjalan pelan, berusaha mendekati Eisa.
Eisa melirik Chika dari ujung matanya yang lancip. “Jangan mendekat, Chika. Menjauhlah.. ” titah Eisa membuat Chika menghentikan langkah pelannya.
“Mengapa kau di sini, huh? Tumben sekali.. Apa kau mau menyuntikkan sesuatu pada Cucuku karena perintah dari orang tua biadabmu itu?” ujar Eisa, suaranya begitu datar namun sangat mengintimidasi.
Chika terkejut dengan ucapan Eisa. Ia lalu menggeleng cepat, menolak perkataan Omanya yang sama sekali tidak akan ia lakukan. “Tidak, Oma ... aku menyesal sekarang..” Chika menunduk, ia bisa melihat Christy yang masih bersujud di kaki Eisa.
“Christy, bangun, jangan bersimpuh di kaki saya,” pinta Eisa tanpa melihat Christy yang berada di bawahnya.
Christy mengangkat kepalanya, air bening yang tak ada henti nya terus menerus keluar melewati kedua pipi mulusnya begitu saja.
“Oma...” gumamnya, ia pun berdiri. Chika dan Christy pun berdiri secara sejajar dan berhadapan dengan Eisa yang menatap lurus ke arah mereka berdua.
Eisa menarik napas dalam lalu membuangnya cukup panjang. “Kamu—” Eisa menunjuk Chika membuat sang empu mengerjab gugup dan ia cepat menyeka air matanya.
“Saya tanya sekali lagi. Mengapa kamu berada di sini? Apa kau mau mencoba meracuni cucuku yang tak bersalah ini? Jawab!” sambar Eisa secara beruntun penuh penekanan di setiap kata. Emosinya berusaha ia tahan, menahan untuk tidak menampar anak dari putranya ini yang berada tepat di hadapannya.
“O-oma ... aku minta maaf ... maaf atas semua apa yang aku lakukan pada Freya ...” parau Chika perlahan menundukkan kepalanya, ia mengigit bibir bawahnya sebab takut melihat lebih lama tatapan tajam dari Eisa.
Eisa mengangkat kedua alisnya, lalu tersenyum miring. “Wow..” Eisa bertepuk tangan. Ungkapan Chika sangat terdengar konyol di telinga Eisa.
“Baru menyesal sekarang kamu? Kenapa tidak dari dulu, hm? CUCU SAYA HARUS TERSIKSA TUJUH TAHUN LAMANYA KARENA KESALAH PAHAMAN DAN KEBODOHAN KELUARGA KALIAN!!” tegas Eisa menunjuk Chika juga Christy.
Mereka berdua terkejut mendengar suara Omanya yang tiba-tiba menjadi sangat tinggi. Chika juga Christy semakin menundukkan kepala mereka. Mata keduanya juga terlihat mengabur karena air mata yang berlinang.
“Maaf Oma ... aku—”
PLAK!
Belum sempat Chika melanjutkan ucapannya, Eisa lebih dulu menamparnya cukup keras. Mata Christy membulat sempurna, terkejut dan tidak menyangka jika Eisa akan menampar kakaknya. Sama halnya dengan Chika, dirinya tidak menduga jika Omanya langsung melayangkan seutas tamparan di pipinya. Sakit dan sangat perih, itulah yang dirasakan Chika.
“Ini adalah tamparan ... tamparan yang mewakili semua rasa sakit di tubuh Cucuku.” marahnya, giginya menggertak kencang.
Chika memegang pipinya, sangat panas juga perih. Dada Chika naik turun dengan cepat, dia kini susah mengatur tempo napasnya. Sehilir air turun lewat ujung mata kiri Chika yang mengalir begitu saja melewati bekas tamparan di pipinya.
“Itu bukan seberapa Chika. Itu masih 0,01% dari apa yang Cucu saya dapatkan. Bagaimana? Sakit? Atau mau nambah seperti apa yang kau lakukan pada ADIK mu sendiri?” tantang Eisa kemudian tersenyum remeh melihat Chika dan Christy menggeleng kuat.
“Oma.. cukup ... Kak Chika benar-benar menyesal atas apa yang dia lakukan, Oma. Tolong ... beri Kak Chika kesempatan,” tutur Christy meminta mohon pada Eisa. Ia menyatukan kedua telapak tangannya.
Eisa membuang napas panjangnya. “Kalau begitu ... buktikan jika kamu benar-benar menyesal, Chika! Buktikan jika kamu benar-benar tulus untuk memperbaiki diri,” ungkap Eisa sangat tegas. Perkataan Eisa membuat Chika ingin mengeluarkan sebanyak-banyak air mata. Ia berpikir, apakah ia diberi kesempatan?
“O-Oma ... ak-aku diberi kesempatan?”
“Ya. Buktikan jika kamu sangat menyesal dan buktikan jika kamu begitu tulus untuk menyayangi Freya, dan berusaha untuk memperbaiki diri.”
Mata Chika berlinang, ia masih tidak percaya atas jawaban yang terlontar dari mulut Eisa. Rasa lega memenuhi sekujur tubuh Chika, akhirnya ia diberi kesempatan. Pastinya ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk memperbaiki diri.
Bugh!
Chika menabrakkan tubuhnya pada Eisa, ia memeluk Eisa. Tangisan bahagia serta ucapan “Terima kasih” terus terucap berulang kali dari bibir Chika.
“Makasih Oma ... terima kasih banyak ...” lirih Chika semakin mengeratkan pelukannya.
Eisa tersenyum simpul, lalu matanya melirik Christy yang tersenyum begitu lebar serta mata yang berbinar akibat terharu. Usahanya kali tidak sia-sia, akhirnya Kakaknya itu sadar karena ucapannya yang mampu membuka hati Chika.
“Christy, kemarilah..” Eisa sedikit meregangkan pelukan Chika, lalu mengajak Christy untuk berpelukan bersama.
Christy pun berjalan kecil, mendekati Eisa dan Chika, lalu memeluknya tak kalah erat dari Chika juga Omanya.
𝙵𝙻𝙰𝚂𝙱𝙰𝙲𝙺 𝙴𝙽𝙳...
— 𝗧𝗕𝗖 —
Hmzzzz (´༎ຶ ͜ʖ ༎ຶ ')♡
Akhirnya tobat juga lo jambulll 😌🙏🏻Sekedar mau kasih tau aja.. kalau untuk kedepannya kemungkinan aku gak bakal update dulu, karena aku benar2 diterkam sama tugas.. 😌
Jangan lupa vote & komen ya, ya, yaa? Aku suka banget baca komenan² kalian tauu.. ada yang jengkel dan itu buat aku ketawa, ada yang mungkin sampe nangis dan itu bikin aku ga percaya, juga ada yang berteori dan itu buat aku kagum!
Pokoknya aku berterima kasih banget sama kalian! 😊 Makasih banyak ya! 🥹🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝗔𝗸𝘂 𝗕𝗶𝘀𝗮 𝗕𝗘𝗥𝗧𝗔𝗛𝗔𝗡? || 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘 𝐎𝐅 𝐅𝐑𝐄𝐘𝐀 ✔
Teen Fiction[ 𝗛𝗜𝗔𝗧𝗨𝗦 ] 𝗙𝗿𝗲𝘆𝗮𝗻𝗮 𝗘𝗱𝗷𝗮 𝗔𝘁𝗹𝗮𝘀 atau kerap kali disapa 𝗙𝗿𝗲𝘆𝗮 merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. 𝗙𝗿𝗲𝘆𝗮 adalah salah satu gadis yang kurang mendapat perhatian dari kakak pertamanya dan 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 kedua orang...