Terjebak Nista 13

590 13 3
                                    

Vote dululah!

Seperti kaca yang telah pecah berkeping, tidak mungkin menyatu kembali. Begitupun Nelis, hatinya benar-benar hancur, sama seperti kaca. Dia baru saja siuman dan menyadari sedang berada di rumah sakit, sebab infus terpasang di lengan kanannya.

Dia ingin bangkit, mencabut jarum tersebut. Untuk apa memberinya obat, jika dirinya ingin segera mati. Ya, Nelis sudah menyerah dengan hidupnya. Dia terlalu hina untuk melanjutkan kehidupan yang diberikan Tuhan.

Tetapi tubuh itu terlalu lemah. Nelis bahkan tak sanggup menggerakkan tangan untuk mencabut selang infus. Sampai ketika pintu terbuka, menampilkan pria yang telah mengambil semangatnya.

Patra memandang khawatir. Dia cepat menyambar tangan Nelis yang hendak meraih selang infus di tangan kanan. Pria bermata tajam itu, menggeleng agar Nelis menghentikan pergerakkannya.

"Nel, kamu harus istirahat. Sekarang tidur lagi, ya," ucap Patra perhatian.

Sejak pertama, memang lelaki itu perhatian. Hanya saja, sekarang perhatiannya berubah karena rasa bersalah mendalam. Dia benar-benar menyesal. Wujud dari perasaan itulah yang membuat Patra terlihat amat khawatir.

"Biar, Bang. Kenapa bawa saya ke rumah sakit? Biarkan saya mat*, saya sudah tidak pantas hidup," suara Nelis bergetar. Tangisnya kembali pecah.

Patra menarik rambutnya kuat. Dia ingin marah. Memarahi Nelis yang sekarang lebih memilih mat* daripada melanjutkan hidup.

"Nel, kamu kenal orang ini?" Patra akhirnya menemukan cara. Dia menunjukkan sebuah akun Tiktok atas nama @Ramdanuy yang mencari Nelis di media tersebut.

Nelis menghentikan tangisnya. Ia segera meraih ponsel Patra. Tampaklah Ramdan mengunggah foto-foto Nelis semasa sekolah dalam video pendek.

"Bang Ramdan ..." lirih Nelis.

"Siapa lelaki itu?" tanya Patra pelan.

"Dia tetangga saya, Bang."

"Kamu mau saya hubungi dia?"

Mengingat kembali keadaannya seperti ini, Nelis menggeleng lemah. Dia tidak ingin membuat keluarganya makin khawatir. Lebih baik mereka tidak tahu. Ya, lebi baik begini. Lagipula, Nelis ingin pergi untuk selamanya.

"Jangan!" cegah Nelis. Dia membuang pandangan keluar jendela. Langit sudah menggelap di luar sana.

"Kenapa jangan? Sepertinya mereka mencari kamu?" tanya Patra ingin tahu.

"Saya ingin pergi, jadi untuk apa menghubungi mereka. Saya sudah malu, Bang. Sebaiknya Bang Patra juga pergi dari sini!"

Patra menghela napas. Dia menuruti keinginan Nelis. Namun, lelaki itu tidak benar-benar pergi, dia duduk di luar ruangan.

"Walau Nelis melarang, aku akan tetap mengabarkan keluarganya, bahwa Nelis baik-baik saja."

Akhirnya, Patra menghubungi nomor yang diberikan Didit tadi. Beberapa kali dering, tak ada jawaban si empunya. Sampai panggilan ketiga, barulah suara bariton terdengar dari seberang.

"Halo, siapa ini?" tanya Ramdan. Dia sedang bersiap-siap untuk berangkat. Truk fusonya sudah penuh dengan ribuan kelapa.

"Dengan Pak Ramdan? Saya Patra."

"Ya, saya Ramdan. Patra siapa, ya?" Dia merasa asing dengan nama tersebut.

"Saya orang yang menemukan Nelis, Ardanelis. Yang kabur dari Bayung. Dia orang yang Anda cari, bukan?" tanya Patra memastikan.

"Alhamdulillah, benar, saya yang mencari Nelis. Di mana dia sekarang?" Ramdan sumringah. Akhirnya, usaha lelaki itu membuahkan hasil.

"Ada di Jambi. Kerja sama saya karena kata dia tidak bersedia pulang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Terjebak NistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang