Aku terlelap, April sudah terlewat, bulan kelahiranmu--bulan kelahiranku juga. Bulan itu sudah terlewat waktu. Sudah berapa lama jam itu berdentum dengan ragu, seolah hal menyenangkan yang kamu kasih ke aku waktu itu tidak ingin tertinggal walau sedetik saja. Mungkin tidak juga. Mengapa harus ada pertemuan kalau ada perpisahan? Namun aku mengerti sekarang bahwa kita berjarak. Katamu jarak itu tidak menyulitkan. Tidak sama sekali.
Saat kamu ke rumah dan mengajakku ke tempat yang aku suka, kamu selalu minta maaf karena gak bisa lama-lama nemenin aku. It's okay itu bukan masalah, tapi yang jadi masalah kenapa kamu malah bilang kalau jarak itu menyulitkan sekarang. Kamu tahu kan kalau aku masih bertahan untuk nunggu. Walaupun entah itu sampai kapan. Selama kamu masih berada di Indonesia, aku masih bisa menepis bahwa jarak itu tidak menyulitkan. Mungkin aku harus nunggu sampai kuliah kamu rampung. Sampai kamu bisa jemput aku lagi untuk pergi ke tempat yang kita suka.
Tapi setelah sehari ulang tahunku, kamu malah kasih pernyataan yang buat aku sedih dan bingung. Bahkan lebih menyedihkan lagi saat kamu bilang, "maaf ya, selama sama aku kamu ga senang, maaf gak bisa selalu nemenin, lebih baik kamu harus cari yang lebih dari aku, yang selalu ada buat kamu. Aku gapapa."
Tidak. Kamu pernah bilang bahwa kita harus saling nunggu. Tapi setelah lebaran usai, kamu pamit ke aku untuk balik ke kotamu. Ada bagian dimana kamu menyatakan kalimat yang tidak ingin kudengar lagi, "kalau ada laki-laki yang datang dan bisa buat kamu jadi lebih baik dan senang, aku gapapa."
Kamu pikir segampang itu?
Kamu selalu mikirin bahwa kamu tidak bisa kasih apa yang aku mau. Padahal itu gak benar. Kamu malah bikin aku jadi bingung. Kamu ngomong gitu karena ngasih kode buat selesai apa kamu nunggu jawaban dari aku yang harusnya kamu sudah tahu jawabannya; tidak!
Tetapi nyatanya aku kalah. Jarak mengalahkanku, realita mengalahkanku soal keputusanku--bahwa aku akan nunggu kamu. Aku menyerah, sampai akhirnya kita memilih selesai.
Dari situ aku mulai mengiyakan perkataanmu--bahwa jarak itu menyulitkan. Meski diusahakan sekalipun tetap tidak akan sampai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Takut Lupa (Kumcer)
Short StoryAku takut lupa. Tapi aku ingat kamu pernah bilang, "Tulis saja."