PROLOG

1 0 0
                                    

Diluar jendela kaca mobil, radiasi mulai mengancam nyawa tim Alpha. Tim Alpha adalah satu-satunya militer yang masih memberontak dari kekuasaan klona dan A.I. Namun dengan keheningan yang mulai pudar, suara-suara mesin aneh mulai berdering dan suara-suara yang seharusnya tidak didengar muncul.

Letnan Ahmad Zain memeriksa monitor kontrol di hadapannya, mencari jawaban dari kebisingan ini. Titik-titik cahaya di layar, yang biasanya mewakili layar monitor cctv dan komunikasi, perlahan memudar satu demi satu. Menyadari bahwa keberadaan Alpha mulai terdeteksi.

"Kita kehilangan kontak dengan Tim Beta, Letnan!"ujar seorang pria dibelakangnya.
Sersan Sasongko mulai menegang. Memunculkan keseriusan di wajahnya, menampilkan ekspresi serius yang tak pernah lepas dari layar monitor dihadapannya.
"Sepertinya kita tidak sendirian disini, Letnan!"

"Ubah koordinat menjadi 3.6.6, hindari alamat IP monitor ini untuk peretasan."ujar Letnan Zain.

"Mustahil, sistem utama telah diretas oleh anomali yang menyerang Malware. Ini bukan sekedar kegagalan sistem."ujar seorang teknisi.

Zain menelan ludah, rasa takut perlahan merayap. Ini bukanlah kegagalan teknis biasa. Sesuatu yang lebih besar sedang terjadi—sesuatu yang memang ditakutkan, namun tidak pernah dipercayai. Kini, ketika Alpha terisolasi, dengan hanya layar-layar monitor yang menyaksikan, mereka harus menghadapi kenyataan bahwa mungkin mereka tidak lagi sendirian di pabrik tua.

"Cari titik masalah kesalahan malware-nya. Sersan Sasongko, lindungi Prajurit Febri untuk perlindungan ekstra. Biarkan Febri mendeteksi kerusakan."perintah Letnan Zain.

"Letnan, kita kehilangan Tim Beta. Tidak mungkin kita terus bertahan disini hanya untuk mengetahui semua hal ini adalah kesalahan sistem!"bantah Sasongko.

Letnan Zain hanya menelan ludah. Berharap keputusan yang diambil adalah hal tepat. Tetapi yang ditakutkan sekarang bukanlah penyerangan sistem monitor dan komunikasi, tetapi lokasi mereka sudah terdeteksi. Menimbulkan kecemasan dan tekanan tinggi diruangan itu.

"Komunikasi dengan para penyintas terputus"ujar Febri.

Ekspresi Letnan Zain mulai menimbulkan kecemasan. Membuat keputusan bahwa mereka harus bergerak dan mulai keluar dari pabrik tua ini.

"Letnan, salah satu Malware mulai terhubung kembali. Menciptakan denah 3 lantai dibawah kita. Terdapat 1 ruangan terisolasi dibawah sana."jelas Febri.

"Arahan, Letnan."ujar Sasongko.

Letnan Zain meneguk ludah, berharap keputusannya tepat. "Lanjutkan misi, cari projek Cornelia dan hentikan perbudakan para klona. Kita harapan terakhir umat manusia."

"Diterima!"ucap Sasongko dan Febri.

Bermodalkan senapan AK-47 dan Laras panjang di masing-masing individu, mereka melanjutkan misi untuk mencari keberadaan "Cornelia", yang merupakan induk dari klona.

TETTTTT

"Sial! Semua, mundur!"perintah Letnan Zain.

Penyerangan dari para makhluk yang mengenakan helm gas, melontarkan berbagai peluru dan gas beracun ke arah Alpha. Alpha yang mulai terpojok memutuskan untuk mundur dan memblokir jalan menuju pintu keluar. Menciptakan misteri terbesar di bumi mengenai sumber klona dan A.I.

"LETNAN!"teriak Sasongko.

Letnan Zain yang mulai terpisah dari regu nya mengeluarkan senapan Laras panjangnya, mengarahkan tembakan pada para makhluk itu.

"Pergilah, jalan antara kita telah terblokade. Jika kalian berhasil keluar, sampaikan pada para penyintas, bahwa umat manusia masih bisa hidup. Berjuanglah! Ini perintah!"teriak Letnan Zain.

Sasongko yang geram melihat pengorbanan Letnan Zain, terkejut ketika melihat makhluk itu muncul dihadapan Febri dan memotong lengan kirinya Febri.

"ARGH!"teriak Febri.

Sasongko lantas mengeluarkan belati dan melemparkannya pada makhluk itu. Membopong Febri dengan semua kekuatan yang tersisa.

"Aku harap, ini semua adalah hal yang benar dilakukan."ujar Letnan Zain, mengeluarkan remot bom yang telah Alpha dan Beta tempelkan di setiap sudut pabrik tua ini.

"Berjuanglah, demi umat manusia."

PARANOIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang