1. Ketua Ospek

51 10 1
                                    

==============================

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


==============================

Ghani Antariksa.

Sebuah nama yang tidak bisa dilupakan oleh seorang gadis yang kini sedang menatap foto-foto masa SMA yang dipajang indah di tembok kamarnya.

Gadis itu melepas kalung berliontin bunga matahari dari lehernya lalu disimpannya ke dalam sebuah kotak kecil. Kalung pemberian dari mendiang Ghani yang sudah dipakainya selama tiga tahun. Ini hari pertamanya berkuliah.

Gadis itu tersenyum getir mengingat perkataan yang terus terngiang hingga tiga tahun ini. 'Pasien bernama Ghani Antariksa, waktu kematian pukul 01.00 dini hari'.

Potongan rambutnya sudah tidak sama. Kini Andien memilih untuk memanjangkan rambutnya. Ia akan menjalani suasana barunya dalam hidupnya sambil menikmati kenangan bersama Ghani yang masih melekat di hatinya. Gadis berpakaian kasual itu pun keluar dari kamarnya, ia menutup pintu kamar yang bertuliskan KAMAR ANDIEN, COWOK DILARANG MASUK.

Langkah kakinya berjalan menuju ruang makan, di sana sudah ada ibu dan ayahnya yang tengah bercengkrama dan menyantap sarapan pagi. Ibu Andien menampakkan senyum indahnya ketika melihat puteri cantiknya duduk ikut bergabung bersama mereka.

"Manisnya anak Mama, ini hari pertama kamu masuk kuliah, kan?"

Andien mengangguk semangat. "Iya, Ma. Pakaianku engga norak, kan, ya , Ma?" tanya Andien sedikit mengecilkan suaranya.

"Norak dari  mana? Cantik gitu kamu." Andien tersenyum malu-malu saat ibunya memujinya.

Kedua mata Andien terbelalak saat melihat ada menu makanan kesukaannya terhidang di atas meja. "Perkedel!"

Ayah Andien pun tersenyum dan mengambilkan beberapa perkedel untuk ditaruh ke piring Andien. "Makan yang banyak, Mama kamu kebetulan bikin banyak perkedel hari ini khusus buat kamu hari pertama masuk kuliah biar semangat."

"Makasih, Ma." Andien berucap ke arah ibunya sambil menyentuh hangat tangan ibunya. Ibunya pun tersenyum senang.

Selesai sarapan, Andien bergegas memakai sepatu putih, ada gambar bunga matahari kecil di sampingnya. "Pa, Ma, aku berangkat ya. Makasih sarapannya!" seru Andien sedikit berteriak.

"Semangat, Andien, ini suasana baru dan petualangan baru buat kamu." Supir Andien yang kerap disapa Pak Josep menyemangati Andien. Pak Josep diketahui sudah bekerja sebagai supir Andien dari gadis itu masih kecil. Tentu saja keduanya sudah saling mengenal dekat satu sama lain. Bahkan Pak Josep sudah menganggap Andien seperti anaknya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A SUNFLOWER ADMIRERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang