03. 삐그덕 (Walk)

13 3 3
                                    


Seseorang berpakaian serba hitam itu memasuki sebuah celah kecil dari balik air terjun.

Hanya dengan sebuah obor di tangannya sebagai cahaya penerangan, orang itu terus masuk ke dalam goa gelap dengan berani tanpa gentar sedikitpun.

Hingga pada akhirnya ia sampai di sebuah ruangan bawah tanah. Bau busuk sangat menyenang pada indra penciuman, tapi dia terus berjalan sesuai rencananya.

"Kau datang.."

"Yang Mulia," orang itu berlutut entah kepada siapa. Suara itu menggema di segala sisi, tanpa wujud rupa.

"Kau sudah menemukan tubuh untukku?"

"Belum, Yang Mulia, hamba belum menemukannya.."

"Aku menginginkan tubuh wanita itu, keturunan Dewi Chagaun." suara wanita itu semakin dekat.

"Itu sangat beresiko Yang Mulia."

"Mengapa seperti itu?"

"Maaf, saya tidak bermaksud menyinggung keagungan Yang Mulia. Tetapi, jika Yang Mulia gegabah menginginkan gadis itu, itu sangat beresiko tinggi."

"Jadi.. Kau punya kandidat yang tepat? Sudah berjuta-juta tahun aku hidup tanpa tubuh. Jiwaku tidak hidup, aku menginginkan tubuh.."

"Saya punya kandidat yang tepat, Yang Mulia. Saya yakin anda akan menyukainya,"

"Bawa dia padaku dalam waktu dekat!"

"Saya mengerti, Yang Mulia."

❦❦❦

Sudah hal biasa seorang ibu rumah tangga membereskan rumah, selagi seluruh anggota keluarga sedang keluar inilah kesempatan bagi mama Julian untuk bersih-bersih.

Rumah keluarga Isadora bukanlah rumah bak istana yang harus menyewa banyak pembantu untuk membersihkan rumah.

Rumah berlantai satu sederhana, yang dihuni oleh 5 anggota keluarga sudah cukup mengisi kehangatan keluarga tersebut.

Papa Anton sering berkata, bahwa yang menjamin kebahagiaan keluarga bukanlah uang ataupun harta. Melainkan sukacita melimpah dan tawa dari seluruh anggota keluarga.

Mama Julia bersenandung sambil menyapu dan mengepel seluruh lantai rumah sampai wangi. Dari mulai membersihkan kamarnya, kamar si sulung Toma yang paling berantakan, kamar putrinya yang sudah tanpi tanpa harus ia bersihkan lagi, dan yang terakhir kamar si kembar.

Wanita paruh baya itu masuk kedalam kamar anak kembarnya dengan membawa dua pasang seprai baru. Sudah rutinitas sebulan sekali seprai harus diganti.

Kamar dengan dua kasur di sisi yang berbeda itu sangat rapih, siapapun yang berada disana pasti akan merasa nyaman. Cat dinding berwarna biru langit menambah kesan sejuk pada kamar tersebut.

Mama Julia menarik seprai lama dari kasur si sulung Satrio, lalu menggantinya dengan yang baru.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, baru saja hendak keluar, mama Julian menghentikan langkahnya. Ia yakin, lantai yang baru saja ia injak mengeluarkan suara derit.

"Apa itu tadi?" ia kembali menginjakkan kaki pada lantai yang tertutup karpet berbulu tersebut.

Kreeett..

Karena rasa penasaran sudah menggerogoti dirinya, mama Julian pun menarik karpet itu, dah hanya melihat lantai putih biasa.

"Apa aku salah dengar? Tapi, aku sangat yakin mendengar suara disini. Ia terus menginjak-injak lantai tersebut.

Zraatt

"Aaaaa!!!"

❦❦❦

1. FRIENDSHIP SQUAD : The Golden Age Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang