7. Hashira

233 42 2
                                    

Waktu terus berlalu, dan kutukan yang diderita Karuya semakin membebani tubuhnya. Meskipun begitu, dia tetap berusaha tersenyum, menyembunyikan rasa sakitnya dari semua orang, terutama dari Muichiro. Karuya sadar bahwa Muichiro sekarang adalah seorang Hashira, salah satu pilar terkuat yang akan melindungi umat manusia dari ancaman Muzan. Dia tidak ingin Muichiro terganggu oleh kondisinya.

Muichiro, meskipun telah menjadi Hashira, sering memikirkan Karuya. Setiap kali ia merasakan sedikit memori masa lalu yang samar, bayangan Karuya selalu muncul di pikirannya. Namun, ingatannya tetap terbatas, dan dia merasa ada bagian penting dari dirinya yang hilang.

Sementara itu, di kediaman Ubuyashiki, keadaan Karuya semakin memburuk. Kutukan mulai menyebar lebih cepat, dan meskipun tubuhnya yang kuat mampu menahan sebagian besar efeknya, kekuatan itu mulai memudar. Amane dan Kagaya sering memantau kesehatannya dengan cemas, mencari cara untuk memperlambat penyebaran kutukan.

Suatu malam, Karuya yang terbaring lemah di tempat tidurnya memandang langit-langit kamar. Dalam keheningan malam, pikirannya terbang kembali ke masa-masa ia bersama Muichiro. Ia merasakan kedekatan mereka yang begitu kuat meskipun sekarang jarang bertemu. Namun, yang paling menyakitkan baginya adalah kenyataan bahwa Muichiro semakin melupakan segalanya-termasuk kenangan mereka.

"Aku akan baik-baik saja..." gumam Karuya pelan, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Namun, jauh di lubuk hatinya, dia tahu bahwa waktunya semakin sedikit.

Di hari berikutnya, Karuya bangkit dengan kekuatan yang tersisa. Ia memutuskan untuk menulis surat kepada Muichiro. Dalam surat itu, Karuya menulis dengan hati-hati, menyampaikan pesannya dengan lembut.

"Muichiro, sahabatku, mungkin saat kau membaca ini, aku sudah tidak bisa lagi berdiri di sisimu. Tapi aku ingin kau tahu bahwa aku selalu mempercayaimu, bahwa kau akan menjadi Hashira terhebat. Kau selalu menginspirasi dan memberi kekuatan bagi kami semua. Maafkan aku karena tidak bisa lagi bersamamu dalam perjalanan ini. Tapi aku yakin, suatu hari kau akan ingat semuanya-semua yang kita lalui bersama. Jangan pernah menyerah, Muichiro. Dunia ini membutuhkanmu."

Setelah menulis surat tersebut, Karuya memanggil Amane dan memintanya untuk memberikan surat itu kepada Muichiro jika sesuatu terjadi padanya.

---

Sementara itu, Muichiro yang sedang dalam misi bersama rekan-rekan Hashira, merasakan firasat yang aneh. Setiap kali dia bertarung melawan iblis, pikirannya sering kembali ke masa lalunya-bayangan samar tentang seseorang yang dekat dengannya, namun sulit diingat. Pertempuran yang berat dengan salah satu iblis bulan atas membuatnya semakin terfokus untuk memulihkan ingatannya, tetapi setiap kali mencoba mengingat, semuanya seperti kabur.

Setelah misi itu selesai, Muichiro menerima panggilan untuk kembali ke markas Ubuyashiki. Dia tidak tahu bahwa ini adalah pertemuan penting yang akan mengubah hidupnya.

Ketika dia tiba, Amane menemuinya dengan tatapan sedih namun penuh kasih. "Muichiro, ada sesuatu yang harus kamu tahu. Karuya..." Amane berhenti sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

"Ada apa dengan Karuya?" tanya Muichiro dengan nada serius, firasat buruk semakin kuat di hatinya.

Amane mengeluarkan surat yang ditulis Karuya. "Dia menulis ini untukmu. Bacalah, dan kamu akan mengerti."

Dengan tangan gemetar, Muichiro menerima surat itu dan membuka isinya. Kata demi kata yang tertulis membuat hatinya terasa berat. Ingatannya tentang Karuya tiba-tiba kembali seperti banjir, mengalir deras di pikirannya. Tawa mereka, perbincangan panjang, dan semua janji yang mereka buat bersama. Muichiro merasa seolah waktu berhenti sejenak saat dia menyadari bahwa sahabatnya, orang yang begitu berarti baginya, sedang berjuang melawan sesuatu yang tidak bisa dia lawan.

TAKDIR [Kimetsu no yaiba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang