1. Kelahiran Karuya

404 64 3
                                    

Suara tangisan bayi menggema disatu ruangan, dan terdengar sampai luar ruangan. Seorang laki laki yang masih muda menghela nafasnya lega ketika mendengar kabar bahwa istrinya dan anak pertama mereka baik-baik saja.

"Syukurlah." ucap lelaki itu—Ubuyashiki Kagaya sambil tersenyum. Kagaya berdiri dan memasuki ruangan, lalu mendekati Amane yang sedang menggendong bayi laki laki yang baru lahir.

Kagaya mengelus punggung Amane yang sedang manatap lembut anak pertamanya sambil tersenyum, dan tabib kembali masuk kedalam ruangan untuk memberi informasi penting soal bayi yang baru lahir itu.

"Bayi tersebut memiliki ketahanan yang kuat, mungkin saja dia bisa menahan kutukan Ubuyashiki dan mengulur waktu agar kutukan itu tidak menyebar cepat di tubuhnya." ujar tabib.

Mata Amane dan Kagaya sedikit melebar mendengar itu, apa itu artinya bayi ini sedikit spesial?

Amane dan Kagaya saling berpandangan lalu tersenyum teduh menatap bayi mereka. "Selamat datang, Ubuyashiki Karuya."

***

"Karuya! Sudah Kaa-san bilang jangan memakan permen lagi, astaga.."

Terlihat Amane yang mengomeli Karuya yang sedang menyembunyikan permen miliknya. Amane tak habis pikir, bagaimana bisa Karuya sangat menyukai permen?

"Ta-tapi.. Kemarin Ruy kan tidak memakan permen!" balas Karuya yang sangat memakan permen. Tanpa berpikir apapun lagi, Karuya langsung melahap semua permen yang dia sembunyikan agar permennya tidak di ambil.

"Anak ini..! Hah.." Amane menghela nafasnya lelah dengan tingkah Karuya.

"Sudahlah Amane.." suara seseorang yang sedang duduk tenang sambil meminum teh.

"Tapi Oyakata-sama, kalau dibiarkan-" Amane tidak sanggup melanjutkan ucapannya, Kagaya tersenyum menanggapi itu.

"Tidak apa-apa. Lalu, ada masalah apa anakku?" tanya Kagaya kepada Himejima Gyomei yang duduk dengan kedua tangannya yang menyatu.

"Oyakata-sama, saya hanya ingin menyampaikan bahwa kediaman Tokito berhasil ditemukan." ucap Gyomei.

"Kalau begitu, biar saya saja yang mengunjungi mereka, Oyakata-sama." ujar Amane mengajukan diri. Sedangkan Karuya, anak itu menatap polos Gyomei yang badannya sangat besar.

"Baiklah, aku serahkan kepadamu Amane."

Karuya mendekati Gyomei dan menunjuk dada Gyomei yang membuat ketiga orang itu menatap Karuya. Amane menangkap Karuya yang sudah bersikap tidak sopan.

"Karuya, itu tidak sopan." teguran halus dari Amane.

"Nii-san kuat." ucap Karuya tiba-tiba kepada Gyomei. Mendengar itu Gyomei tersenyum.

"Senang mendengar itu dari anda Karuya-sama-"

"Tapi kenapa Nii-san memilih mati setelah melawan Musan Musan itu padahal Nii-san masih bisa selamat?" pertanyaan dari Karuya itu membuat suasana seketika menjadi hening.

"Gyomei."

"Saya mengerti, Oyakata-sama. Saya berjanji tidak akan menyebarkan kemampuan Karuya-sama kepada orang lain termasuk Hashira lainnya." ucap Gyomei yang berjanji.

"Karuya, katakan kepada ibu. Apa benar, nanti Kita akan melawan Muzan?" tanya Amane menatap Karuya serius.

"Mereka mati." hanya itu balasan dari Karuya. Kagaya, Amane dan Gyomei tidak mengerti apa yang dimaksud dengan siapa itu 'mereka' yang dikatakan oleh Karuya.

"Karuya, bagaimana kamu bisa tahu masa depan?" kali ini Kagaya yang bertanya. Karuya menggelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Ruy tidak tahu.. Ruy hanya melihat. Saat melihat, Ruy juga melihat bayangan aneh." jelas Karuya.

TAKDIR [Kimetsu no yaiba]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang