"bawa adik kalian ke panti asuhan, atau buang saja" ucap wanita paruh baya.
"Ini lagi berduka, Oma jangan bicara yang tidak-tidak" ucap Arsan sambil memandang ibu dari papanya.Sejak tadi wanita paruh baya itu terus mencari masalah, keinginannya untuk mengusir si bungsu di keluarga sangat kuat. Dengan alasan, gadis itulah penyebab kematian kedua orang tua mereka.
Walau belum dapat ikhlas, tapi adik bungsu mereka bukan lah penyebabnya. Tidak ada yang mau ditinggalkan orang tua termaksud Senja."Asal kalian tahu dialah penyebabnya, dialah yang membuat orang tua kalian meninggal. Dasar gadis pembawa sial" cibir sang Oma membuat tujuh cucu laki-lakinya menoleh.
"Senja gak bikin orang tua kami meninggal, semua udah takdir" jawab Dava yang naik pitam, sejak tadi Juan menahan amarahnya.
"Karena dia itu memang gadis pembawa sial" ucap wanita itu kembali.
"Maaf Oma, Juan gak mau marah. Lebih baik Oma tinggalin kami" setelah mendengar itu, sang Oma pergi. Juan mengusap wajahnya kasar.🌻🌻🌻
Di rumah sakit Senja sudah mulai sadar, ia menggerakkan tangan sebagai isyarat kepada seorang suster yang menjaga.
Malam yang damai di iringi hujan, perlahan gadis itu membuka mata setelah dua hari terlelap."Ada yang sakit?" Tanya dokter itu.
"K-kaki da-dan ke-kepala saya dok" ucap senja masih terbata-bata.
"Untuk sekarang gunakan kursi roda ya! Karena tulang pada kaki sebelah kanan retak" ucap dokter itu, Senja merasa kaget.
"M-mama sama papa mana dok?" Tanyanya karena sejak tadi dia tidak melihat.
"Maaf dek, orang tua kamu tidak dapat di selamatkan"
"Hah?!" Senja menatap tak percaya "gak mungkin, aku mau keruangan mama papa"senja berusaha turun, namun ditahan membuat ia memberontak dan terjatuh.
"Jangan seperti ini" ucap sang dokter. Senja masih terus berontak diiringi Isak kesakitan. Tak ada pilihan lain, selain membuat gadis ini tertidur dengan obat bius.
"Biar kami pindahkan ke ruang rawat inap dok" ucap suster🌻🌻🌻
"Duhai rembulan.. tahan dulu matahari datang..malamnya indah tak ingin cepat berakhir sudah.. tolong gemintang... Senangi hati ini jangan dulu pulang... Biar semua melihat aku dan kamu berseri...memohon waktu berhenti.. untuk mengerti aku dan kamu begini begitu'' suara nyanyian terdengar kala matahari terbit, nyanyian diiringi dengan tangis.
Pagi baru menyapa tapi senja sudah terbangun diiringi air mata, ia menyanyikan sebuah lagu yang biasa dinyanyikan orang tuanya. Sambil memeluk dirinya sendiri, ia bernyanyi diiringi tangis. Merasa bersalah karena kepergian orang tuanya, andai saja hari itu ia tidak meminta dijemput orang tuanya lebih memilih supir tidak akan seperti ini kejadiannya.
Sampai saat ini belum ada tanda-tanda yang mengunjunginya. Apa ia dibenci? Kalimat itu terus berputar sambil ia terus menangis."El.." panggil seorang pria yang merebut atensi gadis yang telah lebih satu jam untuk menangis.
"Mas Juan" ia menatap dengan lirih Abang tertuanya.Juan memeluk adik bungsunya, bagaimana terpuruk dia adiknya masih butuh baju sandaran. Setalah Oma mereka pulang, Juan mendapat kabar bahwa si bungsu telah sadarkan diri.
"Mas, yang dibilang pak dokter tadi gak benar kan??" Senja masih tidak yakin, Juan hanya membalas dengan kecupan di kening gadis itu.
"Yang ikhlas ya dek!" Ucap Juan dan kembali mengecup kening gadis itu.
"Mas bohong kan?" Senja berharap ini hanya sebuah kejahilan mereka.
"Yang ikhlas ya!" Hanya itu yang mampu Juan ucapkan."Ma, pa, ternyata seberat itu harus menjadi kepala keluarga" batin Juan
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA TERAKHIR AWAN
Teen FictionSenja El Zanitha Terkadang beberapa luka ada obatnya dan ada waktu yang menyembuhkan, namun tanpa ada yang sadar beberapa luka tidak dapat disembuhkan. Meninggalkan bekas tak terlihat dan tak dapat hilang. Gadis dengan luka yang mendalam, membia...