Senyum lepas Ayah

0 0 0
                                    

Khai memandangi diri didepan cermin. Malam ini akan menjadi malam paling bahagia untuk Raya,sang Bunda terus saja tersenyum sepanjang membantu dirinya bersiap-siap. Lelaki itu menghampiri Bunda didekat meja rias,berjongkok mensejajarkan tinggi bunda yang duduk dikursi roda.

"Bunda manggil Sheira?"

Perhatian keduanya beralih ke pintu kamar dimana ada Sheira berdiri disana. Perempuan itu melangkah masuk setelah Raya mengangguk, meletakkan kotak ditangan tadi diatas ranjang. Sheira tampak bingung, Raya menatapnya dengan mata berkaca-kaca,sedangkan Khai meliriknya sejenak lalu kembali menunduk.

"Ada yang salah,Bund?"Raya menggeleng,perempuan setengah baya itu menyuruh Sheira mendekat "Bunda pangling lihat kecantikan kamu."puji Raya membuat hati Sheira sedikit tergelitik. Benar kata Terra,sedikit polesan akan memberikan pandangan berbeda pada wajahnya. Awalnya gadis itu menolak sebab Rei pasti akan marah melihat wajahnya dipolesi make-up,cukup sedikit polesan saja tidak masalah,namun Terra mengatakan dia hanya akan memberikan  polesan sesuai keinginan. Tetapi ia tak menyangka Raya akan memujinya seperti itu.

Kulit Sheira tak bisa dikatakan putih,dia tipikal gadis dengan kulit kuning langsat. Dengan begitu Terra lebih mudah menyesuaikan tone pada kulit wajah sepupunya.

"Tolong ambilkan sepatu Bunda di lemari,Nak."titahnya pada Sheira.

"Biar Sheira yang pakaikan."Gadis itu berjongkok,membuka pansus yang masih terbungkus rapi didalam kotak setelah mengeluarkannya dari dalam lemari. Sheira sempat tertegun saat Raya mengusap kepalanya dengan lembut,Gina sering melakukannya. Tak ingin mengacaukan suasana bahagia ibu dan anak itu,Sheira undur diri setelah berhasil memasang pansus di kaki Bunda.

"Sepertinya pihak perempuan sudah datang,Bund."beritahu Sheira saat Rei mengisyaratkan keluarga besar Miranda sudah sampai dari arah tangga. 

"Saya dulu sering meminta pendapat kamu tentang banyak hal. Jadi saya ingin mendengar pendapat kamu tentang saya hari ini."

"Seperti Bunda yang kagum liat Abang, Shei juga begitu." kata Sheira. Untuk pertama kali akhirnya Khai bisa mendengar sebutan itu lagi untuknya. Mereka berpisah saat berada diruang tamu,Shei mendekati Terra yang duduk stand-by bersama Rumaya,lain hal dengan Rei yang ikut duduk disamping Khai dan keluarga besar lainnya.

Tak hanya Terra disana,ada Tama duduk agak jauh dari perempuan itu. Sadar akan kehadiran Sheira yang akan mendekat,lelaki itu melambaikan tangan menyuruh Sheira duduk di sampingnya. Namun Sheira seolah tak peduli dengan kehadiran Tama,dia memilih duduk disamping Terra daripada harus mendengar setiap ocehan lelaki itu.

Acara doa selesai,dilanjutkan dengan acara tukar cincin yang biasanya akan dipasangkan oleh ibu mempelai lelaki dan perempuan secara bergantian. Namun bukan itu yang menjadi pusat perhatian Sheira sekarang,senyum Ayah merekah sempurna saat cincin dipasang oleh Bunda melingkar dengan indah dijari manis Khai. Gadis itu tersenyum,selama ini Sheira baru bisa melihat jelas bagaimana senyum tanpa dibuat-buat itu ditunjukkan Rei pada semua orang termasuk dirinya.

"Kalau gue diposisi itu,apa Ayah akan bahagia?"lirihnya tanpa sadar

"Bisa jadi lebih bahagia daripada hari ini." Sheira menoleh pada Terra disamping, melihat senyum kakaknya membuat Sheira sedikit lega meski sadar jikalau dirinya tidak akan pernah membuat keputusan seperti itu.

Sheira mengambil beberapa potong kue dari dapur untuk diberikan pada Tama. Lelaki itu enggan mengajak orang mengobrol atau sekedar basa-basi. Bahkan Terra pun memaksanya untuk lebih terbuka namun diacuhkan begitu saja. Acara tukar cincin sudah berakhir beberapa menit lalu dan dilanjutkan dengan acara makan bersama pihak keluarga dan tamu undangan yang hadir.

"Gue baru tau kalau Khai itu sepupu lo." Sheira meletakkan kue dipiring Tama dan duduk disamping pria itu "Kayaknya hubungan lo sama dia gak begitu baik."kata Tama

Sheira setuju dengan hal itu,ternyata Rama cukup peka dengan keadaan sekitar "Cukup panjang kalau dijelaskan.Intinya lo gak perlu tau apa yang terjadi."ucap Sheira sambil melirik lelaki itu tajam

Tama terkekeh "Gue dapat undangan pernikahan dari Khai,padahal kita hanya sebatas kenal. Dan kita pun gak sedekat itu."Dia ingat Khai memberi undangan bewarna gold itu saat mengantar motor Sheira kerumah lalu secara tak sengaja bertemu Khai saat itu juga "Mungkin karena gue itu teman lo?"tanya Tama memastikan

Sheira mengangkat bahu,sebenarnya bisa saja sebab lelaki itu mengetahui jika Tama hanya satu-satunya teman yang dia punya. Tak rugi hanya untuk mengundang satu orang untuk hadir kan? Begitulah isi pikiran Sheira saat ini.

"Sebenarnya ini menjadi pertanyaan gue dari tadi,perempuan itu beneran calon istrinya Khai?"Sheira mengangguk,lelaki itu seperti mengingat sesuatu "lo ingat perempuan yang ada club hari itu?"tanya Tama sekali lagi.

Sheira tidak tau siapa yang dibicarakan Tama. Dan apa katanya tadi? Club? Sheira bahkan tak pernah sekalipun menginjakkan kaki ke tempat seperti itu.
Baru hendak protes,Rei memanggilnya untuk bergabung bersama mereka. Sepertinya sesi foto bersama keluarga akan dimulai.

"Nanti kita bicarain lagi."ucap Sheira sebelum meninggalkan Tama sendirian disana.

Tama tersenyum saat Sheira sengaja meliriknya,ia yakin perempuan itu penasaran dengan apa yang berlaku. Dia pun ikut bingung dengan apa yang terjadi sekarang. Sesi foto bersama keluarga sudah selesai,Sheira beranjak meninggalkan kerumunan dan bergegas mencari Tama. Namun suara Miranda lebih dulu mengintrupsinya.

"Sheira!"panggil Miranda saat kebingungan melanda hatinya tentang keberadaan sosok Tama.

"Bisa tolong fotoin kita berdua? Teman-teman Khai lagi pada makan semuanya."pinta Miranda agak sedikit ragu. Sheira mengangguk setuju lalu menerima handphone dari tangan gadis itu.

Sheira melirik pada kedua pasangan yang tampak malu-malu itu dari kamera ponsel,Miranda disebelah Khai hanya bisa tersenyum manis saat tombol kamera di pencet. Sorot kamera kembali memotret kedua pasangan itu untuk kedua kali,kali ini Sheira sedikit memberi arahan pada mereka agar saling berhadapan dengan posisi saling mengalihkan pandangan.

"Sekarang ganti posisi!"

Sheira mengangkat wajah dari ponsel,dia melirik kedua sejoli itu secara bergantian. Mereka tampak serasi,bahkan sangat cocok. Postur tubuh Miranda agak pendek dibandingkan Khai,kira-kira hanya sebatas bahu pemuda itu,saat keduanya saling melirik melempar senyuman,bunyi 'cekrek' langsung membidik ke arah mereka.

"Ayo tunjukin cincinnya!"seru Sheira terakhir kali.

Cekrek

Foto terakhir berhasil di ambil. Miranda terlihat senang melihat hasil jepretan dari ponsel miliknya,gadis itu menoleh ketempat Sheira berada,namun nihil gadis itu sudah tidak ada di sana. ia sedikit kecewa,belum sempat berterima kasih pada perempuan itu sebab telah membantunya.

Acara pertunangan Khai berjalan dengan lancar,keluarga besar lelaki itu turut mengantar calon besan mereka didepan pintu begitupula para tamu sudah dulu beranjak pulang. Rei lebih dulu undur diri,sebab Sheira sudah mewanti-wanti dirinya agar segera beristirahat. Bunda dan Paman pun ikut serta dan meninggalkan kedua sepupu itu diruang tamu.

Ting

Satu pesan masuk dari Rama

Gambar

Rama: lo ingat tempat ini?

Rama: Tempat kita ketemu sama berandal-berandal itu.

Kasih Untuk KhaizamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang