Chapter 2

242 31 7
                                    

Sebuah mobil baru saja mengalami kemalangan di sebuah hutan yang sepi ditengah badai salju yang menerpa. Dari dalam mobil tersebut terlihat beberapa orang yang baru saja mengalami kecelakaan itu nampak tak sadarkan diri.

Darah menetes dari pelipisnya setelah mobil yang mereka kendarai menabrak sebuah pohon besar yang berada disana. Kecelakaan itu terjadi tentu tanpa kesengajaan. Sang pengendara hanya menghindar untuk tidak melukai seseorang yang berdiri di tengah jalan.

Sepasang mata itu terbuka, salah satu penumpang yang berada di dalam mobil tersebut mendapatkan keajaibannya dikarenakan ia terbangun dari pingsannya.

Ia meringis kesakitan dan berusaha mendudukkan dirinya, lengannya terasa sangat sakit. Mungkin saja ia mengalami benturan disana, dan pelipisnya yang meneteskan darah terasa begitu pening akibatnya. Ia menoleh ke arah sampingnya, seorang wanita yang datang ke negara ini bersamanya, seseorang yang baru saja menyandang status sebagai istrinya.

"Mook." Ia memanggil dengan tubuhnya yang terasa nyeri dan juga suhu dingin dari badai itu yang dapat membekukan tubuhnya.

Ia melirik kesana kemari, ia lihat jika ini adalah sebuah tempat yang sangat sepi. Tidaklah mungkin akan ada kehidupan disana, karena itu nampaknya sebuah hutan yang membeku.

Tetapi, ia merasa jika dirinya sangat menolak untuk mendapatkan akhir dari kehidupannya di tempat yang asing ini. Ia masih ingin menjalankan kehidupannya seperti sedia kala.

Dirinya dengan susah payah membuka pintu mobil yang mungkin sudah mulai membeku. Sangat sulit terbuka, ia berusaha dan terus berusaha dengan sisa tenaganya. Hingga, pintu mobil itu benar-benar terbuka dan berhasil membuat dirinya keluar dari dalam mobil itu.

Dengan cuaca seperti ini, ia begitu pesimis. Karena sebagai seorang manusia biasa, ia tidak akan bisa bertahan cukup lama.

Ia berjalan dengan tertatih, mencari bantuan yang sangat tidak mungkin ada disana. Namun entahlah, dalam benaknya yang tidak ingin hidupnya berakhir di tempat ini, ia masih ingin berjuang meskipun ini adalah hal yang mustahil.

Sinyal dari ponselnya tidak bisa ia jangkau, cuaca buruk dan hutan ini tentu penyebabnya. Tubuhnya terasa menggigil, tapi meskipun ia berpikir akan kematiannya, menurutnya ini lebih baik dibandingkan ia harus menunggu kematiannya di dalam mobil sana. Dirinya bermaksud untuk mencari jalan keluar dari hutan ini. Pergerakan dari sebuah kompas yang ia gunakan dari ponselnya berputar tanpa arah, ia mengernyit akan yang terjadi disana. Ia berpikir sebenarnya ia sedang berada di tempat seperti apa, hutan yang membeku itu terasa begitu mencekam baginya.

Ia terus berjalan di tengah badai, ia juga tidak memikirkan akan kehidupannya seorang. Ia yang terbiasa melakukan pekerjaan dalam memberikan pertolongan, tentu ia memikirkan akan keselamatan istrinya dan juga seorang pengemudi yang baru saja ia temui di negara ini.

Langkahnya sudah cukup jauh dari mobil itu, meskipun ia tidak memiliki petunjuk untuk pergi kemana. Tetapi, ia menghentikan langkahnya secara tiba-tiba disaat ia mendengar suara seorang pria yang selalu datang ke dalam mimpinya.

"Book."

"Istriku."

"Akhirnya kau menemukanku."

Suara itu, rasanya begitu dekat. Tetapi ada yang berbeda disana, Book tidak lagi merasakan amarah dalam ucapannya. Book menoleh, ia melihat ke sekitarnya. Entah bagaimana, namun ia merasakan jika suara itu tidaklah muncul dari dalam pikirannya, namun suara itu seperti suara seseorang yang kini berada di hutan itu bersamanya. Jika begini, apakah dirinya tidak sedang sendirian di dalam hutan ini?.

"Sayang, aku sudah menunggumu begitu lama."

"Aku sangat senang saat kau telah kembali."

The Werewolf's GroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang