Chapter 3

163 25 3
                                    

Pengantin?. Satu kata berputar di pikiran Book. Ia masih belum mendapatkan petunjuk akan siapa orang ini. Kenapa sejak tadi berbicara akan hal yang tidak ia pahami. Book mendapatkan senyuman dari pria rupawan itu, yang terlihat olehnya ia bagaikan seorang pria pemeran sebuah opera dengan penampilannya yang seperti itu.

"Ini memang sudah sangat lama."

Ia berkata, Book merasakan sentuhan lembut di tangannya yang sejak tadi pria itu genggam. Tangannya yang kini jari manisnya dihiasi sebuah cincin yang bertahtakan ruby merah.

"Pernikahan.. Kau istriku, hanya saja.."

Ia menghentikan ucapannya, lalu perlahan ia melepaskan tangannya dari Book. Book yang kepalanya diliputi berbagai pertanyaan menatap bingung pria itu dengan sepasang mata hazelnya dan memperhatikannya saat pria itu berdiri dari duduknya.

"Takdir memang mengatakan jika beratus-ratus tahun kemudian kau akan kembali padaku."

Katanya lagi dengan ucapannya yang membuat Book semakin tidak memahami.
Pria itu berjalan ke arah api unggun. Book dapat melihat jelas punggung kokoh milik pria itu.

Suara kucuran air terdengar disaat pria itu menuangkan air hangat dari sebuah teko dari berbahan tembaga pada sebuah gelas yang ada di genggaman tangannya.

Ia kembali melangkah setelah selesai dan ia kembali mendekat pada Book yang sedang terduduk dengan kedua kakinya dihangatkan oleh sebuah selimut tebal. Lalu, ia sedikit terkejut disaat itu memberikan segelas air itu padanya. Book menatapnya seakan gelas itu adalah sebuah benda yang mencurigakan.

"Hanya air hangat. Kau tidak perlu takut."

Book menoleh, ia membulatkan sepasang pupil indahnya karena ia seperti kedapatan telah mencurigainya. Pria itu menyunggingkan senyumnya lalu ia kembali duduk di tepian tempat tidurnya. Dengan ragu, Book akhirnya menerimanya meskipun ia enggan dan ia perlahan mencicipi air itu. Seketika, tubuhnya terasa lebih hangat karenanya.

"Mungkin kau sedang berpikir jika aku bisa membaca pikiranmu."

Book dibuat tersedak, hampir saja gelas itu jatuh dari tangannya. Tetapi, dengan cepat pria itu membantunya dan menaruh gelas itu sedikit jauh dari Book.

"Bagaimana anda mengetahuinya?" Tanya Book dengan gugup. Ia memalingkan wajahnya kemudian, seperti tak sanggup menatap pria itu.

"Responmu sama seperti saat itu. Ini seperti kebahagiaan bagiku."

Pria itu bukannya menjawab namun ia berkata hal lain, dan yang lebih mengejutkannya adalah disaat pria itu semakin mendekat pada Book dan menyentuh tengkuknya. Book seketika dibuat semakin gugup dan terkejut tentunya.

"Kau memang istriku. Kita pernah mendambakan hidup bahagia selamanya."

Ibu jarinya menyusuri pipi Book yang terasa halus. Book hanya bisa terpaku karenanya.

"Dan meskipun dunia sudah berubah, aku tetap mencintaimu."

Ucapnya lagi, dan Book tersentak saat tangan kekar pria itu meraih pinggangnya. Book sedikit menoleh kemana tangan pria itu menyentuhnya.

"Aku merindukanmu, sayang." Ia mendengus seperti sedang memikirkan suatu hal.

Book menelan sulit salivanya, dan dalam pikirannya ia harus bersikap dan berkata seperti apa untuk merespon pria ini. Karena jika ia berkata jujur bahwa ia tidak mengerti akan apapun, pasti pria ini akan kembali marah padanya.

"Aku tidak akan marah."

"Maaf karena sebelumnya aku marah padamu."

Refleks, Book berusaha menjauh. Pria ini seakan benar-benar bisa membaca pikirannya.

"Kau tidak bisa menyembunyikan apapun dariku, sayang."

Jelasnya, dengan tatapannya yang lembut. Tatapannya tidak seperti saat pertama kali bertemu yang menyimpan banyak amarah dan kekecewaan.

"Mungkin kau memang tidak mengingat apapun. Lebih tepatnya kau belum mengingatnya."

Rasa takut Book perlahan memudar, apalagi disaat menatap sepasang mata itu yang menampakkan kesedihan. Dengan mengikuti kata hatinya, Book mendekat pada pria itu dan ia mengangkat tangannya dan menyentuh paras tampan itu. Terlihat senyuman di paras tampannya dan Book merasakan hangat tangannya yang berukuran lebih besar dari miliknya saat menyentuhnya.

"Kau memang tidak pernah berubah, istriku. Alasanku mencintaimu ialah karena indahnya rupamu dan juga hatimu."

Book merasakan kecupan di telapak tangannya. Pria itu menoleh menatap paras Book yang merona karenanya. Meskipun Book tidak mengerti akan apapun, tetapi entah kenapa hatinya mengatakan bahwa pria ini bukanlah seseorang yang harus ia takuti. Dan ada perasaan yang tidak bisa Book jelaskan akan tentangnya.

______________

Di musim dingin, cahaya mentari seakan tidak menampakkan sinarnya, masih terlihat hujan salju yang turun diluar sana. Cuaca seperti ini memang sedikit menghalangi aktivitas apalagi bagi seorang turis yang berasal dari negara tropis seperti Book. Book membuka kedua matanya, dalam benaknya ia memimpikan suatu hal yang terasa begitu nyata. Tetapi pikirannya kembali berubah disaat ia melihat langit- langit dari atap berbahan kayu itu.

Ini adalah sebuah kabin, semalam bukanlah sebuah mimpi. Dengan cepat, ia mencoba untuk bangkit dari tidurnya. Namun, saat ia melakukannya tubuhnya terasa berat dan rasanya begitu hangat. Ia mendengar dengkuran napas, dan suhu tubuh yang menghangatkan tubuhnya. Apalagi ia merasakan bulu yang terasa kasar menyentuh kulitnya.

Dengan gugup, Book sedikit beranjak dengan tubuhnya yang terasa tertahan. Lalu sepasang pupilnya membulat disaat ia melihat seekor hewan berukuran besar yang menindih tubuhnya. Itu adalah seekor serigala yang berukuran sangat besar melebihi ukuran tubuhnya dengan warna keabuan.

Book memang memelihara seekor anjing jenis Siberian Husky bernama Atlas di rumahnya. Tetapi yang saat ini sedang tidur dengannya bukanlah Atlas namun ini benar-benar seekor serigala.

Perlahan, Book berusaha mendudukkan dirinya. Dan ia melakukannya dengan hati-hati agar seekor serigala itu tidak terbangun dari tidurnya.

Ia yang berprofesi sebagai dokter hewan memang tidak membuatnya merasakan takut. Apalagi serigala itu nampak jinak dan ia terlihat begitu damai saat tidur bersamanya. Book membiarkan serigala itu tidur di pangkuannya. Lalu, ia menyentuh kepalanya dan mulai mengusapnya dengan lembut.

Ia memandangi serigala itu dengan sepasang mata indahnya, dalam benaknya apa mungkin jika serigala ini adalah milik pria itu. Karena di negara seperti ini memungkinkan bagi seseorang untuk memelihara seekor serigala.

Lalu, ia memperhatikan sekitar kabin bermaksud untuk mencari keberadaan pria itu. Tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan orang lain disana.

Dengan masih mengusap serigala itu dengan lembut, ia mencoba mengingat kejadian semalam. Memang jika ia sempat berbincang dengan seorang pria yang ia belum tahu namanya meskipun ia terus menerus mengaku sebagai suaminya.

Semalam Book merasakan seperti luluh pada pria itu. Tak ada lagi rasa takut yang menyelimutinya, bahkan Book membiarkan pria itu memeluk tubuhnya hingga ia tertidur. Akhirnya, ia teringat. Kejadian semalam membuat kedua pipinya merona. Pria itu seakan melindungi dirinya dan membuat dirinya merasakan kenyamanan.

Seekor serigala itu membuka kedua matanya. Book melihat jika serigala itu kini beranjak lalu menatapnya.

"Selamat pagi, sayang. Seperti biasa kau selalu cantik meskipun setelah bangun tidur sekalipun."

Serigala itu berucap dan hal itu tentu membuat Book terkejut karenanya.

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Werewolf's GroomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang