PERINGATAN! INI MERUPAKAN CERITA FIKSI, HANYA IMAJINASI, DAN BUKAN UNTUK DITIRU DI DUNIA NYATA!
Setelah terjangan kenikmatan yang dirasakan oleh Rara dan Abraham, mereka kini sudah membersihkan diri dan berbenah menyiapkan malam lamaran yang sejak awal dihebohkan oleh sang istri. Hidangan makan malam sudah tersusun begitu megah dan mewah disepanjang meja makan, Rara bahkan sampai bingung kenapa sang Ibu bisa sangat bersemangat. Padahal kan seharusnya dari pihak pria yang menyiapkan ini semua, namun ya sudahlah, ia lebih memilih memikirkan bagaimana caranya bersikap santai saat jantungnya justru berdegup kencang karena melihat sang ayah begitu tampan dan gagah malam ini.
Dibaluti dengan thobe putih yang begitu pas di tubuhnya yang besar, rambutnya yang hitam tersisir rapi dengan wangi yang begitu memabukkan mengguar kemana-mana. Sampai Rara dapat mendengar kasak-kusuk dari keributan sang Umi, beliau nampak sekali sibuk dengan mondar-mandir untuk menaruh segala makanan, bahkan melupakan Rara dan Abraham yang siap membantu, namun sepertinya beliau sedang asik di dunianya sendiri.
Abraham yang masih terfokus menatap putrinya yang tengah duduk manis, sangat anggun dan cantik dengan cadar yang menutupinya, membuat pikirannya semakin tidak beres, karena ia tengah memikirkan bagaimana caranya membawa kabur Rara dan mereka bisa hidup berdua tanpa memperdulikan norma dan etika.
Rara bak patung cantik yang terdiam menatap kedepan, sama sekali tidak menoleh pada sang ayah yang tengah memperhatikannya, Abraham menjadi bertanya-tanya apa lagi kesalahan yang ia lakukan, bukannya putri cantiknya itu sudah ia hajar habis-habisan sampai terkencing-kencing dan lemas, sekarang ia justru didiamkan seolah tidak ada disini.
Abraham menoleh pada pintu utama ketika suara mobil terdengar bersahut-sahutan didepan pagar rumahnya, membuatnya berdiri dan menghampiri sang istri, di tatapnya wajah Umi sebelum mengandeng tangannya dan membawanya kedepan bersama. Meninggalkan Rara yang termenung dengan jantung yang berdebar kencang.
Rara dapat mendengar suara salam dan tawa yang terdengar ramai memasuki rumah ini, membuatnya meremat tangan dan menoleh pada langkah kaki yang begitu kompak menghampirinya, jantungnya semakin tidak tenang. Rara dapat melihat segerombolan keluarga yang terlihat begitu bahagia dan bersinar, matanya jatuh pada sosok tinggi ditengah kumpulan itu, begitu tegas menatapnya, sehingga mampu membuatnya bergetar jatuh pada pesona pria itu.
Siapa lagi jika bukan sang ayah yang terlihat tanpa peduli oleh sapaan teman-temannya, berjalan lurus menatap putrinya bagai ia yang memang ingin melamar, padahal pemuda yang disampingnya itulah yang siap meminangnya. Rara jadi merasa tidak sanggup jika dihadapkan dengan sang ayah yang begitu luar biasa tampan malam ini.
Semuanya kembali normal dan nampak ramai dengan perbincangan hangat keluarga Adnan, Rara terdiam dengan kepala menunduk, gugup begitu menyerangnya sehingga Rara hanya bisa mematung, ia melirik pada ayahnya yang nampak tertawa dengan guyonan receh Zakar sang ayahanda Adnan yang terlihat sangat berkarisma. Rara menegak kala matanya bertemu pada Adnan yang sedari tadi memerhatikan dirinya, pipinya terasa panas sehingga Rara memilih merapatkan tubuhnya pada sang Umi.
YOU ARE READING
Maafkan Abi, Rara
FanfictionAbraham merasa tidak paham pada dirinya yang bernafsu pada putrinya sendiri? Mengapa bisa?