xxiii {end}

4.4K 728 1.1K
                                    

Maroon 5 - Just a Feeling

sebelumnya bentar dulu ya sblm baca gue ngakak wkwk HARRY SYLES Mashallah
terlalu semangat nulis jadi typo kan :) udh gue benerin kok hanjer

udh g ush diingt lg, gw mlu tau g.


---------



"Ma, Mama kenapa nggak ngasih tau sih, kalau yang di luar itu Harry, bukan Aidan?!"

Aku menggerutu kesal seraya berbolak-balik di kamar Mama, karena saking gugupnya serta masih dalam keadaan nggak percaya, aku memilih pergi dari hadapan Harry lalu menuju kamar Mama kemudian memastikan semuanya.

Dan ternyata memang benar, Harry Styles yang aku tunggu-tunggu adalah sepupuku sendiri.

"Mama nggak tau, Man. Mama kira itu juga Aidan, lagian Mama terakhir liat Harry pas masih umur lima tahun, kamu kebanyakan sepupu, sih." ucap Mama menjelaskan sembari mengoleskan sesuatu di wajahnya. Aku mendesah, "Ngomong-ngomong Harry ganteng, ya."

"Ih, Ma?!" jeritku. Sempat-sempatnya Mama mengucapkan hal tersebut. Tapi kalau dipikir-pikir emang iya, sih. Eh, bener, Harry emang ganteng! Rambutnya itu, loh. Keriting-keriting kayak Indomie.

"Terus dia mau ngapain ke sini?"

Mama menghela napasnya kasar, "Dua hari yang akan datang, Harry ada turnamen di Texas. Jadi, ya dia tinggal di sini."

"What?!"

"Yaudah, kamu ngapain sih? Itu sepupu kamu, sana keluar!" Bentaknya, dan aku menjambak rambutku pusing. Maksudku, aku nggak mungkin ngajak dia ngobrol--dia orang yang bikin aku baper dan--entah, ini terlalu rumit. Pake banget.

Mak, bantuin.

Emang Harry mau ngobrol sama aku, ya? Paling dicuekin.

Setelah menutup pintu kamar Mama pelan-pelan, dugaanku salah aku pikir Harry bakal nyuekin aku namun nyatanya ia menyerukan namaku. "Amanda!" aku mendongak, "sini duduk bareng gue, ngapa lari, sih?"

Iyalah, gue shock, pea. Menghela napas, karena aku nggak mau terlihat gugup banget apalagi salah tingkah di depannya, jadi aku kembali berjalan menuju ke arah-nya dan duduk di tempatku semula.

"Lo cantik juga, ya," ia tersenyum, aku bisa ngeliat jari-jarinya yang bergerak menyisiri rambut keritingnya ke belakang. Oh, ya Tuhan.

"?!?!"

"Et, serius. Jangan pasang tatapan horror gitu, ah." Lagi, dia tersenyum dan aku baru menyadari satu hal kalau suaranya serak-serak gimana gitu.

Aku menggigit bagian bawah bibirku. Ya, ampun mukanya itu, lho. Anjir banget dah, ngapa Harry ganteng begini!

"Lo bawa hape, nggak?" Tanyaku, berusaha mencairkan suasana.

Harry merogoh saku celana-nya namun nggak menemukan apa-apa. "Kaga, elah takut banget gue boongin soal itu."

Oh, dia ingat juga rupanya. Aku mendesah panjang lalu menyandarkan punggungku.
Ini benar-benar gila, aku masih setengah nggak percaya. Maksudku, kenapa harus sepupu? Kenapa bukan anak teman Mama? Kenapa bukan tetangga lama Mama? Kenapa harus ada sangkut pautnya antara 'keluarga'?

"Har, gue bener-bener gak nyangka kita sepupuan, maksud gue, perjuangan gue nungguin lo itu jadi sia-sia." Aku memang termasuk salah satu orang yang suka blak-blakkan terhadap suasana apapun. Keturunan Bokap kali, ya. Dia kalau ngomong, ya blak-blakkan juga.

Namun reaksi Harry hanya tertawa, "Kok lo malah ketawa gitu?" tanyaku.

Sembari menatapku ia berbicara, "Yaudah, takdir 'kan? Kita sepupuan, gak ditakdirin pacaran apalagi bersama." pandangannya kembali tertuju pada layar televisi.

Escuse me? Apa dia nggak bisa berpikir dulu sebelum berbicara? Jujur aja, entah aku yang terlalu drama di sini atau emang ini benar-benar bikin nyesek, tapi dadaku kayak langsung sesak mendengar kalimat tersebut.

"E-emang kenapa kalau pacaran? Kan nggak ada hubungan darah juga." Ceplos ku begitu aja. Lagian percuma kalau aku bilang aku malu, udah keucap juga. Gak bakal bisa ketarik lagi.

Harry terdiam lalu mendesah kecil, "Ya, apa lo gak bakal ngerasa malu karna pacaran sama keluarga sendiri?"

Lagi, dengan enteng dia mengatakan hal tersebut? Sekarang aku berani menyimpulkan bahwa Harry benar-benar tipe orang yang nggak bisa menghargai perasaan orang lain. "Okay." jawabku.

Aku terdiam merenungi tentang kenyataan yang baru saja aku alami. Aku sedih, apa dia juga ngerasa hal yang sama?

Seharusnya sebelum aku baper terhadap siapapun, aku harus tau silsila keluargaku sendiri. Dan sekarang? Bahkan untuk sekedar mengeluh aja percuma, nggak bakal merubah apapun.

Namun, secara mengejutkan Harry menarik tanganku, menggenggamnya agak kuat, namun pandangannya masih sama seperti tadi, yaitu menatap layar televisi. "Karna gue sayang lo, makanya gue gak mau nyakitin lo. Kalo kita pacaran, gue gak mau ntar lo merasa malu karna pacaran sama keluarganya sendiri, jadi..." Dia tersenyum dan menoleh ke arahku, "gini aja lebih enak."

Seakan ingin menguatkanku batinku, ia meremas tanganku. "Gue seneng, seenggaknya kita bisa deket tanpa harus pacaran." dia berucap lagi.

"Lo bahagia, ya?"

Harry mengangguk, "Ternyata emang bener, kebahagiaan itu soal bagaimana kita menyikapi kenyataan yang ada."

Dan aku refleks melepaskan genggamannya.

Pertanyaanku; apa dia nggak bisa ngeliat kekecewaan dalam diriku? Apa dia nggak bisa ngeliat aku yang berusaha sekuat tenaga menahan air mataku supaya nggak tumpah gitu aja? Apa dia nggak nyadar aku berharap lebih ke dia?

Aku nggak bisa terus-terusan kayak gini, menahan kekecewaan akibat tau fakta bahwa kami sepupuan, sementara dia menganggap bahwa seolah-olah ini cuma hal sepele, nggak ada yang perlu dibuat sedih.

Aku mana tahan.

Di detik selanjutnya aku berdiri dan berjalan menuju kamar, "Lo mau kemana?" Tanyanya.

"Tidur." Ucapku tanpa menoleh sedikit pun.

"Oh, okay. Night, sister."

"You too, brother." Dan disitu aku netes, bahkan dia sama sekali nggak nanya apa aku baik-baik aja atau gimana.

Sembari melangkah menaiki tangga aku berpikir. Jadi, apakah ini hasil dari perjuanganku yang baper setiap hari gara-gara mikirin dia, nungguin dia, khawatirin dia, nge-spam dia kayak orang yang bener-bener ngerasa kehilangan?

Dan diakhir cerita, aku cuma dianggap sebagai sebatas sepupu?



p.s.

Sengaja sister-brother, karna kalo cousin aneh af wkwk.

lol iya gue tau cheesy af tapi mau digimanakan lagi yak wkwk

pelajaran buat kita: jangan terlalu gampang baper sama cowok, karna kita harus siap nerima kenyataan yang ada diwaktu nanti.

baper emang boleh, tapi ada batasnya. jangan keterusan, yang ada makan hati mulu tiap hari.

HA !!! APASIH APA?!

Bye guys <3

tinder [hes]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang