02

742 104 16
                                    




"Mama! " Pekik Djiwa terkejut mendapati Rinjani berdiri tepat di belakangnya

"Heh bocil" Kini suara lelaki terdengar keras di telinga kanannya

"Huaaa.. " Mata bulat Djiwa berkedip beberapa kali mendapati Arsen lah laki laki yang mengikutinya sejak tadi

"Apa sih Djiwa aneh banget.. Sini ayo masuk malah duduk di bawah gitu kayak tikus aja" Ajak Rinjani pada putri pertama pasangan Rajif dan Nadya itu untuk mulai berjalan memasuki kediaman Bapak Prabowo Subiyanto

"Bocil lebay bener" Lagi lagi Djiwa memandang Arsen kesal laki laki yang terpaut 2 tahun lebih tua darinya itu benar benar menjengkelkan terus terusan menarik bagian belakang bajunya

"Mama... Tolong singkirkan anak Mama yang rese ini, ngagetin mulu aja bisanya" Omel Djiwa pada Rinjani kesal terus saja di jahili Arsen

"Lama ga ketemu kok bisa badan lu tetep segini sih cil? Stunting lu ya? " Celetukan Arsen membuat Djiwa berteriak keras

"Mamaaaa... Liat Abang Acen, retur aja dia ke Gusti Allah" Tangannya terus saja ia gunakan memukul lengan kiri Arsen yang kekar

Arsen Tirtana Wijaya putra bungsu pasangan Indra Tirtana Wijaya dan Rinjani Chandra Dewi kini berusia 21 tahun mengenyam pendidikan di salah satu universitas negri nomor satu di Indonesia fakultas kedokteran

Sibuk dengan se gudang kegiatan masing masing membuat para "cucu" Presiden Indonesia ke delapan ini jarang bertemu lantaran sibuk mengejar mimpi dan cita cita masing masing juga terpencar di daerah daerah menjadi faktor utama mereka tidak bisa sering bertemu seperti saat masih kecil dulu

"Ya.. Astaga... Adek lepas ga? " Rinjani memelototi Arsen yang menarik kerudung Djiwa bagian belakang sehingga gadis itu kesusahan berjalan

"Lagian kerudung lebar bener.. Itu kalo di jemur barengan sama sprei kasur pasti ketuker" Djiwa melotot tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan

"Arsen" Indra memperingatkan putra bungsunya yang sama jahilnya dengan sang istri

Melihat sang Ayah dan Ibu di kejauhan, Djiwa berlari kecil mendekat ke arah kedua orang tuanya

Setelah beramah tamah dan melepas rindu dengan sang Kakek tiba lah mereka di sesi utama yakni buka puasa bersama

"Djiwa habis ini mau kemana? " Tanya Pak Prabowo melihat cucu perempuannya hanya Djiwa yang bisa hadir lantaran Skyla tengah menempuh pendidikan di luar negri

"Belum tau Kek kayaknya mau ambil jurusan bisnis" Jawab Djiwa santai sembari memakan ayam bakar khas Hambalang kesukaannya

"Bisnis bagus juga.. Politik juga bagus.. Kenapa ga ikut jejak Ami mu aja? Kayak Abang Arsen itu juga" Ucap Pak Prabowo memberi sudut pandang lain untuk Djiwa, sebagai orang tua yang mendukung penuh minat dan bakat anak anak mereka pasangan Rajif dan Nadya memberi akses dan dukungan yang luar biasa pada kedua buah hatinya

Kemanapun jalan yang akan di ambil Djiwa dan Raga mereka akan tetap mendukungnya namun sejauh ini Djiwa sama sekali tak menunjukan minat terhadap dunia kesehatan ia malah fokus pada dunia kuliner dan bisnis sepertinya putri pertama keluarga Sutirto itu ingin membuka sebuah cafe atau sejenisnya di kemudian hari

"Bagus itu... Gabung sama gua aja kebetulan gua butuh hmmm... Apa namanya... Hmmm rekanan praktek" Djiwa nampak tertarik dengan pembahasan yang terlihat serius ini

"Eh boleh itu... Ngapain emang tugasnya? " Jujur Nadya sedikit gembira melihat putrinya antusias dengan ajakan Arsen bergabung di dunia kesehatan

"Hmmm tugasnya ga ngapa ngapain diem tidur doang suerr... Kita biasa sebutnya cadaver" Rinjani yang duduk di samping Arsen dengan cepat memasukan dua potong timun ke dalam mulut putranya yang sembarangan berbicara itu

"Cadaver apaan sih Mi? " Djiwa yang polos termakan akal akalan Arsen yang jahil

"Searching Mbak searching" Djiwa menuruti Rizky membuka aplikasi serba bisa itu dan betapa terkejutnya ia saat google menunjukan hasil dari cadaver

Sontak saja Djiwa mengambil dua potong lagi timun di meja dan menjejalkannya di mulut Arsen kesal

"Ni orang ya.. " Ucapan Djiwa terputus saat Nadya memberi peringatan pada putrinya untuk bertindak sopan di depan pemimpin besar seperti Bapak Prabowo, se dekat apapun mereka menjaga etika di hadapan orang yang di hormati merupakan sebuah keharusan bukan?

"Amiii... " Rengek Djiwa pada sang Ibu, baru saja Nadya lengah Djiwa sudah mengambil tangan kiri Arsen dan mengigit bagian punggung tangannya keras membuat laki laki itu berteriak

Suasana ramai meja makan seperti ini di rindukan banyak orang tak hanya Pak Prabowo saja melainkan semua yang hadir di sana seolah mereka kembali ke lima belas tahun silam saat mereka semua masih leluasa berkumpul bersama

Kini Rajif sudah menjadi wakil menteri perdagangan RI dan Nadya tentu kembali mengabdi di rumah sakit, Agung menjadi salah satu Dewan perwakilan rakyat di Senayan, Rizky dan Arabella fokus menekuni bisnis yang di tinggalkan oleh mendiang Ayah Bella begitupun dengan Deril dan Renata yang tak jauh beda memilih menekuni bisnis orang tua sedangkan Indra kini berpangkat Mayjen menjabat sebagai Panglima Kodam III Siliwangi yang tentu saja momen penuh kehangatan bersama seperti ini sangat di rindukan setiap orang yang hadir

"Saya itu kangen sekali sama masa kecil anak anak ini.. Kalau meja makan saya penuh setiap hari begini pasti menyenangkan" Kelima 'Pangeran' yang hadir nampak menunduk sendu mendengar perkataan pilu dari orang yang mereka anggap sebagai Ayah sekaligus panutan bagi mereka

"Sespri yang sekarang juga bagus bagus kerjanya hanya saja kadang saya kasian... Mereka bekerja lebih berat dari masa kalian dulu, karna saya sudah jauh lebih tua jadi kerja mereka lebih berat" Tak ada satupun yang berani memecah keheningan itu

"Nanti siapapun yang libur tolong sering sering main kesini ajak Istri kalian, bawa anak anak juga.. Saya pasti di rumah.. Nanti cucu cucu juga begitu kalau lagi libur inget Kakek ya main sini ya" Di awali dari Rizky yang beranjak dari kursi memeluk Pak Prabowo hangat diikuti Rajif, Indra, Agung dan Deril

"Kakek tau ga? Djiwa lagi suka baking.. Djiwa mau ambil kuliah bisnis biar nanti mau buka cafe sendiri tapi sebelum itu Kakek mau kan cicipi setiap resep kue yang Djiwa buat? Nanti Djiwa anter kesini" Perkataan gadis cantik itu bagai menyiram air ke tanah yang kering, sangat menyenangkan dan menyejukkan

"Pakai dapur Kakek juga gapapa Nak" Ucap Pak Prabowo menghapus setetes air mata yang turun membasahi pipi beliau

"Atau lu jadi cadaver gua juga boleh, nanti gua prakteknya disini" Djiwa menoleh dengan cepat ke arah Arsen yang menatapnya dengan senyum lebar

"Diem ya calon Almarhum.. Banyak banyak istighfar ya ahli kubur" Ucap Djiwa tak kalah sengit sontak mengundang tawa dari setiap orang yang mendengarnya









Bersambung...










Aksara Nada DjiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang