08

587 103 24
                                    


Hawooooo... Tadi pagi pagi udah up nih sekarang aku up lagi 😚

Kali ini ada tantangannya tapi 😎 followers aku 700 malam ini juga (12/09) aku up 1 part lagi gimana? Tertarik? 😉





"Kalau kami terserah kata Djiwa saja" Rajif Sutirto tiba tiba kedatangan sepasang orang tua bersama putra mereka dengan niatan hendak melamar putrinya yang baru berusia 19 tahun

Djiwa berdiri di ujung anak tangga paling atas menyimak obrolan yang di lakukan orang orang dewasa tentang dirinya berharap sang Ayah tak melakukan apapun

Gadis cantik itu terus saja meremas jari jari tangannya gugup sesekali menggigit kukunya juga

Sementara di depan pintu seorang pria berdiri lengkap dengan seragam PDL nya terdiam kaku melihat gadis yang berniat ia nikahi sudah lebih dulu di lamar orang lain

'Ternyata ga jodoh ya? ' Alden tertunduk lesu menatap sepatu yang ia kenakan, pria itu menghela nafas berat sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam mobilnya meninggalkan kedua keluarga yang nampak serius itu

"Bundaaa... Djiwa kan ga mau" Djiwa memeluk pinggang ramping tantenya itu berharap mendapat perlindungan

"Bunda sudah ngomong sama Abi sama Ayah kok harusnya Abi sudah tau... Mba Djiwa duduk aja" Salsa juga merasakan kegugupan yang sama

"Abi dari tadi bilang terserah Djiwa terus padahal Djiwa ga berani ngomong kalau sama Kyai Husein" Harapannya sangat tipis jika berhadapan dengan tokoh penting pemilik pondok pesantren itu

"Ga enak sayang kalau kita langsung tolak beliau, mereka semua jauh jauh datang kesini dari Jawa Timur masa langsung begitu aja" Djiwa melingkarkan tangannya di pinggang Salsa dan meletakkan kepalanya di perut ibu dua anak itu

"Iiiiii... Makanya kalau sekolah itu sekolah aja jangan tebar pesona.. Anak Mas Rajif nih ngeselin banget" Nadya yang kesal dan gemas di saat bersamaan mencubit pelan lengan kanan Djiwa yang hanya pasrah

"Bukan Djiwa Mi" Djiwa semakin menyembunyikan wajahnya di perut Salsa

"Ayah masa besanan sama Kyai Mba Djiwa? Ngeri Ayah lama lama" Agung mulai ikut memanas manasi

Djiwa yang takut kembali naik ke kamarnya dan mengunci pintu rapat rapat lalu melemparkan tubuh rampingnya ke tempat tidur dan mulai menangis

"Mba... Djiwa... Buka pintunya" Suara Rajif mengetuk pintu dari luar membuat tangis Djiwa kian deras

"Mbaa... Di tunggu Kyai Husein di bawah" Rajif mengulangi panggilannya walau tak ada jawaban dari sang putri

Dengan langkah gontai Djiwa berjalan menuju pintu mau tak mau ia harus tetap membukanya bukan? Ia tak bisa terus terusan lari dari masalah seperti itu

"Kok nangis? Kenapa sayangnya Abi ini? " Rajif memeluk tubuh putri kesayangannya, parasnya yang seperti duplikat Nadya saat muda kerap membuat Rajif lemah dengan tatapan penuh air matanya

"Ga mau sama dia Bi" Cicit Djiwa si sela isak tangisnya

"Ga mau istikharah dulu? " Djiwa menggeleng keras benar benar tak mau memberi kesempatan sama sekali

"Anak Abi cepet sekali besar.. Cantik sekali seperti Ami.. Kesayangan Abi, nanti kalau ada laki laki yang nyakitin kamu ingat masih ada Abi ya Nak" Keluarga pesantren itu sempat kekeh menginginkan putri sulungnya ini saat di rasa tak mendapatkan kesempatan dan titik temu Rajif dengan tegas memutuskan bahwa tak memberi izin kepada mereka meminang putrinya

Aksara Nada DjiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang