Jalan setapak menuju gerbang seakan lebih panjang dari biasanya, setiap langkahku menyentuh tanah yang pernah kita injak bersama. Sekolah ini masih penuh warna, dengan cat yang sama dan dinding yang tak berubah, tapi semua terasa hampa, seperti lukisan tanpa makna.
Nyatanya, sekolah kini tak lagi sama. Tak pernah kulihat lagi motor yang selalu terparkir dengan gagahnya, berderet dengan barisan motor lainnya. Tak pernah lagi aku lihat kau berjalan di lorong sekolah. Tak pernah lagi ku dengar tawa mu yang mengema di cafetaria.
Sejauh apapun aku berusaha untuk menoleh ke belakang, semuanya tak lagi sama. Tak ada lagi dirimu yang dulu pernah berkata "Tak apa, ada aku yang selalu di belakangmu."
Sekarang, tak pernah lagi aku menoleh ke arah jendela, dimana kamu akan berjalan melewati koridor sekolah saat akan menuju ke ruang kelasmu lagi. Semuanya terasa berbeda.
Namun tak akan pernah aku lupakan dimana hari kau mulai menyapaku tanpa ragu, tak akan pernah aku lupakan hari dimana kau mulai mengobrol denganku tanpa malu. Aku hiraukan semua rasa disaat kita sedang bertemu.
Aku berharap sekali lagi pada semesta, untuk mempertemukan kita sekali saja sebelum benar benar berpisah. Ingin sekali aku berkata, "senang bisa mengenal sosok sepertimu, semoga kita bertemu dalam kesempatan kesempatan indah lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
AMBANG WAKTU
Teen FictionAkan aku ceritakan sebagaimana kisahku dipentaskan, diagungkan, dalam karya abadi yang tak akan kunjung usai. ☞ Mohon maaf bila ada kesamaan dalam tokoh atau cerita ☞ Cerita ini hanya karangan saja ☞ Tidak ada unsur copied dalam cerita ini ☞ Cerita...