09. Tekanan Dari Seorang Ayah

496 55 6
                                    

Sore hari ditandai dengan cahaya matahari yang lebih lembut dan lebih merah daripada cahaya terik siang. Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer memberikan efek keemasan yang hangat pada segala yang di sentuhnya.

Callie tengah menyiapkan beberapa minuman, tak lupa pula makanan-makanan ringan untuk di cemili. Ia menyiapkan semua itu untuk teman-temannya yang sudah sampai di rumahnya.

"Lama banget sih, Kel?" ucap Indira yang menghampiri Callie di dapur.

Callie menoleh pada Indira, "Mending bantuin gue bawain minumannya" Indira hanya menurut saja, lalu meraih nampan berisi minuman. Kemudian, mereka berdua berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Callie.

Saat sedang menaiki anak tangga, Indira menatap sekeliling rumah Callie, "Mommy sama papa lo kemana Kel? Ko sepi" tanya Indira, sebab ia tak melihat seorang pun di lantai dasar selain mereka.

"Ya pasti, papa kerja. Dan mommy, tadi sih bilangnya mau bikin kue bareng, sama bundanya Ella" jelas Callie. Indira mengangguk paham.

Sesampainya mereka di dalam kamar Callie, Indira dan Callie mendapati Lia dan Lyn yang tengah fokus menatap layar handphonenya masing-masing. Mereka berdua duduk tepat di bawah samping ranjang Callie, yang beralaskan karpet merah muda.

Beberapa detik mendengar langkah kaki yang memasuki indera pendengaran mereka, Lia dan Lyn mulai melepas pandangannya pada benda pipih itu, lalu beralih menatap pada Indira dan juga Callie yang sudah terduduk manis di hadapan keduanya.

"Kalian mau cerita apa, sih?" kesal Callie pada ketiga temannya itu, karena setiap mereka ingin menceritakan apa yang ingin di ceritakan, selalu saja ada alasan menanti-nanti kan untuk bercerita. Entah itu meminta Callie menyiapkan cemilan, merapihkan kamarnya, dan lain sebagainya.

Indira mencomot biskuit yang berada di depannya, lalu melahapnya. "Kenal Greesel ga?" tanya Indira terlebih dahulu pada Callie.

Gadis itu mengernyitkan dahinya. Kemudian, beberapa detik setelahnya, Callie mengangkat kedua bahu, sebagai tanda jawaban, bahwa ia tak tau. Tetapi, rasanya ia seperti pernah mendengar nama itu, entah kapan dan dimana.

Indira mulai bercerita tentang kedekatan Ella dan Greesel yang ia lihat tadi di sekolah. Ia menceritakan dengan sangat detail. Sedangkan Lyn dan Lia, mereka berdua hanya menambahkan atau menimpal beberapa kalimat yang Indira paparkan.

Callie mendengarkan cerita itu dengan seksama ... Entah mengapa, hatinya terasa memanas sedikit, dan juga beberapa detik, gadis itu mengepalkan tangannya geram kala mendengarkan hal yang teman-temannya ceritakan.

"Ohh" respon Callie hanya itu saja saat teman-temannya selesai bercerita. Biasa saja. Namun tidak dengan hatinya.

"Besok lo harus banget masuk deh. Kalau lo ga masuk, kayanya Greesel sama Ella bakal berangkat bareng, dan--"

"Ga peduli," potong Callie. Seketika, gadis cantik itu beranjak dari duduknya, dan berjalan ke arah kamar mandi.

Sementara Indira, Lia, dan Lyn, mereka saling beradu tatap saat Callie telah memasuki kamar mandi, mereka menyembunyikan tawanya melihat respon dari Callie. Mereka tau, bahwa temannya itu cemburu terhadap adik kelasnya.

Selang beberapa detik, Lia melirik pada Indira yang sedang menikmati cemilan. Tiba-tiba, terlintas sebuah pertanyaan di benaknya yang akan ia tanyakan pada gadis itu, "Kalau lo gimana, Dir? Udah jadian sama Amanda?" kata Lia seraya menoel lengan Indira.

Lantas, pertanyaan itu membuat Indira tersedak oleh biskuit yang di makannya. Dengan cepat, Lyn segera mengambilkan minum untuk Indira.

Hate Or Love [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang