Chapter 9

3.4K 240 46
                                    

"Bisakah kau menurunkanku di halte saja ?" Ucap Ayura dengan menatap gedung perusahaan yang terlihat berdiri dengan megah itu.

Ayura menolehkan kepalanya dan menatap Devan yang menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

Pagi ini mereka berdua berangkat bersama ke kantor. Devan dengan segala caranya membuat Ayura mau tidak mau berangkat bersama pria itu.

Jika beberapa hari yang lalu Ayura berhasil kabur sebelum Devan bangun. Nyatanya tidak bisa pagi ini. Pria itu lebih dulu bangun daripada dirinya.

Alhasil Ayura tidak bisa berkelit lagi agar tidak berangkat bersama dengan Devan. Pria itu ternyata lebih berbahaya daripada yang dipikirkan Ayura sebelumnya.

Ayura masih sayang dengan dirinya dan tidak berniat memberikan gosip terkini lainnya untuk semua orang. Walaupun Ayura cukup yakin semua orang sudah mengetahuinya.

Cukup kemarin rasa bahagia Ayura mengambil alih dirinya dan mendekati Devan dengan segala kepercayaan dirinya.

Dan hari ini bukanlah hari dimana Ayura ingin menjadi pusat perhatian. Setidaknya ia ingin bekerja dengan tenang untuk beberapa hari ke depan.

"Aku bukan sopirmu" ucapan Devan membuat Ayura melototkan matanya.

Pria itu terlihat acuh tak acuh dan melewati halte bus yang diminta Ayura tanpa rasa bersalah.

Dengan santainya Devan memasuki halaman perusahaan dan membuat Ayura menatap pria itu dengan tatapan tak percaya.

"Basement. Ayolah, turunkan aku di basement. Aku tidak ingin jadi pusat perhatian" ucap Ayura dengan memegang lengan Devan erat.

Ayura berusaha menutupi wajahnya dari beberapa orang yang terlihat hendak masuk ke kantor.

Tidak terlalu ramai tetapi Ayura jelas tau mereka memiliki mata-mata yang akan mengintainya. Rasa panik Ayura membuat tangannya dengan refleks memegang lengan Devan lebih erat.

"Semua orang sudah menggosipiku, setidaknya biarkan aku tenang hari ini" cicit Ayura yang membuat Devan menatapnya Lamat sebelum menghela napas pelan.

"Kau menang" ucap Devan sebelum memutar mobil untuk turun menuju basement yang ditujukan untuk petinggi perusahaan.

"Cih, padahal aku mau pamer kalau punya gandengan" ocehan pelan itu terdengar dari mulut Devan yang membuat Ayura melirik pria itu.

"Hah ?"

Devan mengabaikannya dan hanya diam tanpa mengulangi ucapannya.

Mobil Devan berhenti pada tempatnya dengan mulus. Ini adalah kali pertamanya Ayura masuk ke dalam basement khusus petinggi.

Jelas berbeda dengan basement milih karyawan biasa. Di sini telah terpetak dengan baik dimana letak mobil para petinggi dan bisa dilihat jika Devan memiliki 3 space parkir yang langsung tertuju pada lift ruangannya.

Devan mengalihkan pandangan matanya pada Ayura dengan wajah datarnya. Sedangkan Ayura yang melihat hal itu seketika menunjukkan cengirannya.

"Terima kasih" ucap Ayura dan hendak membuka pintu mobilnya. Tetapi ternyata masih di kunci.

"Tidak ada sesuatu yang gratis di dunianya ini, Ayura" Suara Devan terdengar dan membuat Ayura menolehkan kepalanya langsung.

Menatap pria itu dengan tatapan ngerinya dan sebuah senyuman tipis terlihat di sudut bibir Ayura.

Inginkan dirinya jika itu adalah senyuman paling menarik yang pernah dilihat Ayura.

"Kau menagih ongkos padaku ?" Ucap Ayura langsung dan senyuman pria itu terlihat mengembang.

Trapped By Mr. GayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang