🕵️♀️👨💼
Klarisa membuka kedua mata, ia terkejut karena suasana sepi. Sedikit meregangkan tubuh dengan mengangkat kedua tangan ke atas juga memijat lehernya membuat Klarisa relaks.
"Sepi amat?" gumamnya masih duduk di kursi meja makan. Diliriknya jam dinding, sudah pukul sebelas malam. Lama juga ia tertidur.
Laptop sudah dalam keadaan tertutup, tapi ada lembaran berkas yang tergeletak di dekatnya.
Klarisa mulai membaca sambil menggulung rambut panjangnya ke atas. Saat ada point penting informasi, stabilo segera ia ambil dari dalam tas kerjanya.
"Mbak Klarisa, sudah bangun?" tegur Siti. Klarisa menoleh ke sumber suara dari arah belakang--dapur.
"Eh, iya, sudah, Bi. Darka mana?" Ia letakkan stabilo di atas kertas.
"Sudah tidur. Mbak Klarisa belum makan malam, Bibi siapkan, ya." Siti meletakkan segelas air putih, Klarisa ingin menolak tapi perutnya perih karena belum makan sejak siang.
Siti kembali ke dapur, menyiapkan masakan untuk Klarisa makan. Bukan Klarisa jika hanya duduk diam, ia rapikan laptop juga berkas-berkas tadi ke dalam tas, lantas menemui Siti di dapur.
"Lho, kenapa ke sini, tunggu aja di meja makan, Mbak," ujar Siti sambil meracik isian soto daging sementara kuah sedang dipanaskan.
"Nggak apa-apa. Bibi ... sudah lama kerja di sini?" Klarisa menyandarkan tubuh ke pintu kulkas.
"Sudah. Dari Mas Taka, Mbak Ajeng dan Mas Darka bayi."
Setia banget, ya, batin Klarisa.
"Mbak Klarisa pengacara?" Siti menghentikan meracik isian soto, ia menatap Klarisa sejenak.
"Iya, tapi masih baru. Belum banyak jam terbang," cengir Klarisa.
"Masa, sih? Kalau pengacara baru nggak akan seulet Mbak Klarisa."
Klarisa berdecak, "Bibi tau dari mana?"
"Bibi nggak tau, cuma itu komentar Mas Darka yang Bibi simpulkan."
Kuah soto sudah mendidih, Siti menuangkan ke dalam mangkok. Sedangkan Klarisa hanya diam.
"Mas Darka itu ... nggak sembarangan suka komentarin kerjaan orang lain karena dia nggak suka dikomentarin juga. Kalau dia berkomentar, tandanya dia perhatikan dengan baik. Ayo, Mbak, kita ke ruang makan. Mbak Klarisa tidur di sini, ya, kamar tamu sudah Bibi rapikan juga." Siti berjalan membawa nampan berisi semangkuk soto dan nasi pada piring.
"Saya pulang aja, Bi, setelah makan," tukas Klarisa.
"Jangan gitu, Mbak ... bahaya perempuan pulang sendirian malam-malam gini. Di kamar tamu ada baju ganti, Bibi siapkan juga. Itu punya Mbak Ajeng yang memang ditinggal di sini, untuk dalaman baru semua. Jangan khawatir." Siti meletakkan piring juga mangkok ke atas meja.
"Di sini, kami selalu sedia baju atau dalaman buat tamu yang mendadak harus menginap. Perintah Bu Bellona. Biasanya ada kaos dan celana panjang, tapi karena belum Bibi belikan, jadi Mbak Klarisa pakai baju Mbak Ajeng. Ayo makan, Mbak Klarisa butuh tenaga untuk perang di pengadilan." Siti menuangkan air putih dari dispender ke dalam gelas.
Dari arah tangga, Darka turun. Ia memakai celana pendek dan kaos putih polos. Matanya sayu yang ditebak Klarisa ia terbangun dari tidurnya.
"Mas Darka mau makan lagi?" tawar bibi.
"Enggak, Bi. Haus." Darka mengabaikan keberadaan Klarisa, ia membuka kulkas showcase yang ada disudut ruang makan. Bibi sudah mengisi stok minuman banyak di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnetize ✔
RomancePlayboy yang tidak mau menuruti kemauan orang tuanya untuk berhenti bermain-main dengan hidupnya terutama wanita. Usianya masih 21 tahun namun karena latar belakang keluarga pebisnis ulung, ia berhasil lulus kuliah lebih cepat dan sudah punya bisni...