Attention - KaiBoy⚠ (Re-upload)

571 42 9
                                    

Itu bukan malam yang larut. Sewajarnya para mitra berkumpul guna melepas rindu. Tak terkecuali bagi seorang Kiboy. Memang berat berpagut hati berlabel sepasang kekasih oleh seorang model majalah papan atas ―Kairi― dengan segudang penggemar fanatik.

Satu diuntungkan, atau saling diuntungkan. 60% sedikit mengarah pada Kairi, mengingat sang kekasih; Kiboy, seorang pribadi yg cenderung cuek, acuh tak acuh. Tidak mengganggu gugat yang bukan ranahnya. Jadi ia tidak perlu mempertimbangkan sikap kikuk terhadap para penggemar.

Seharusnya ini menjadi kencan antara dua pasang kekasih setelah kian lama penantian. Namun Kiboy tidak mengira Kairi akan mengundang satu tamu lagi sebagai pelengkap. Irrad melengos canggung, bak pendatang yang tak diundang. Jadi Kiboy terus membengis geram seolah tahu Kairi tidak akan bertahan lama di sisi-Nya, bahkan enggan berucap sepatah kata pun.

Empat mata ―Kairi dan Irrad― bertemu; saling mengisyarat, sesekali memandang ke arah Kiboy. Nampak tak mengindahkan kehadiran dua sosok insan di atas meja yang sama, netra-Nya tidak akan pernah hanyut dari ponsel pada genggaman.

Dering ponsel mengalun dari sudut posisi sang kekasih, Kiboy tetap menghiraukan seolah tak terganggu. Hingga lantunan itu senyap, lalu kembali mengalun, lagi. Sepertinya Kairi tidak berniat untuk menjawab panggilan itu.

Kali ini berterus terang. Kiboy sedikit terganggu, jadi ia mengangkat dagu lalu menyadari empat mata berfokus pada-Nya sedari tadi.

"..."

"Ngapain? angkat tinggal angkat." ia memprotes, intonasinya mungkin sedikit bercampur emosi. Kairi tergopoh-gopoh meraih ponsel dengan gerakan kaku.

Kiboy kembali memfokuskan atensi-Nya pada ponsel, sesekali mencuri-curi subjek obrolan. Dugaan-Nya benar, dan untuk ke-empat kalinya, kencan manis ini berujung gagal, total. Seharusnya ia sudah sadar sejak kehadiran Irrad sejak awal.

Panggilan ditutup sepihak. Kairi melirik tipis pada sang kekasih, "..yang?", satu kalimat, seakan telah menjelaskan semua perihal. Kiboy bersenandung sebagai jawaban, tampak masih enggan bertukar tatap. Pekerjaan tetap pekerjaan, tapi bisakah manajer sialan itu berhenti menghubungi kekasih-Nya secara mendadak?

Kairi bangun dari singgasana, meninggalkan kecupan singkat pada bibir sang kekasih sebagai jaminan. "Nanti kalo mau pulang kabarin, ya? gua ga sampe 1 jam, kok."

Lagi-lagi bersenandung ringan, hanya mengeluarkan irama rendah. Surai-Nya diusak sepersekian detik, sebelum akhirnya Kairi meninggalkan tempat. Punggung-Nya perlahan samar.

Kiboy mengendus, meletakkan ponsel di atas meja. Faktanya, sejak awal ia tidak benar-benar menikmati objek elektronik tipis itu. Sampai-sampai lupa akan kehadiran Irrad, parasnya seolah bertanya fungsi darinya saat itu juga.

Hiraukan selingan sesaat.

"Eh, boy," sosok itu meringsut, "Kairi kan kerjaannya bareng ciwi-ciwi lain tuh, emang lu ga cemburu?", sepertinya orang ini sudah berani tuk membuka obrolan.

"Ngapain?" pertanyaan dilempar kembali. Seakan Kiboy tidak keberatan, terkesan santai pun cuek. Bohong, hal yang terucap berbanding terbalik dengan panas api cemburu. Padahal Kiboy bukan pribadi ekspresif yg pandai bermain perasaan. Justru rasa dongkol tersirat pekat pada paras-Nya.

"It's not like i fucking need his attention after all, but―" kalimat itu tergantung, terselip pada komentar resek dari Irrad, "nyenyenye, 'me when i lie' ass sound!"

Kiboy mendengus masam, ekspresi-Nya bersilih lara, "at least kasih waktu buat gua.." sambungan kalimat itu lebih terdengar seperti bergumam samar-samar. Bukan gengsi, ia lebih ke 'tidak mau menunjukan rasa cemburu berlebih'. Padahal keduanya tinggal di atap yang sama, namun Kiboy kerap merasa sebaliknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Oneshoot || Pro scene-MLBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang