III

521 71 29
                                    

"Eughh, jam berapa berapa sekarang?" aku mengambil hp dan melihat jam. "Ternyata baru jam 5 toh. Sumpah nyenyak banget gw tidur tadi malam" ucap Karin dengan senyum sumringah di wajahnya. Aku masih memikirkan sikap manis dari manusia bernama Freyan yang sekarang menjadi kakakku. Bagaimana bisa seorang yang dingin bak kulkas 10000 pintu bisa bersikap sangat manis kepada orang yang baru dia kenal dan sekarang sudah menjadi adiknya. Aku masih bergelut dengan isi pikiranku yang terus menerus membicarakan tentang Freyan. "Dah ah, daripada mikirin tu orang bikin gw gila mending sekarang mandi, trus bangunin dia." aku langsung menyambar handukku dan menuju ke kamar mandi untuk melakukan aktivitas menyegarkan tubuhku. Setelah 40 menit, aku keluar dari kamar mandi dan menuju ke lemari untuk mengambil seragam sekolahku. Setelah mengenakan seragam, aku langsung keluar kamar dan menuju ke kamar kak Freyan untuk membangunkannya.

***

Tok tok tok

Suara ketukan pintu dari luar membuatku terbangun dari tidur nyenyak. "Kak Freyan, bangun kak udah jam 6." panggil seorang gadis dari luar kamarku. "Eughh, iya dek, kakak udah bangun." balasku kepadanya sambil mengubah posisi tubuhku menjadi duduk di pinggir kasur. "Oke kak, Karin turun duluan yaa kak"ucapnya. "Siap." Aku langsung berdiri dari kasur, mengambil handuk dan langsung menuju ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhku.

Sekitar 10 menit, aku keluar dari kamar mandi dan langsung menuju lemariku untuk mengambil seragam sekolah. Setelah selesai, aku langsung keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. "Pagi yah, ma, dek" sapaku kepada keluargaku. "Pagi Rey/kak" ucap mereka bersamaan. Aku langsung duduk di sebelah Karin. Posisi kami masih sama seperti posisi duduk kami berempat saat makan malam kemarin. Kami sarapan dengan khidmat tanpa ada yang berbicara. Setelah selesai sarapan, aku dan Karin berpamitan kepada kedua orang tua kami untuk berangkat sekolah. "Ma, yah aku sama Karin berangkat sekarang ya." ucapku kepada kedua orang tuaku. "Iya Rey hati2 ya bawa motornya jangan ngebut2." balas ayah. "Siap bos. Yuk dek." Aku langsung menarik tangan Karin agar mengikutiku ke garasi. "Nih pake helm dulu." Aku memberikan helm kepadanya. Aku melihat Karin sedang kesusahan mengaitkan pengait pada helm tersebut, aku yang melihat itupun hanya bisa tersenyum. "Kalo gak bisa, bilang yaa adekku sayang." ucapku sambil membantu mengaitkan kait helmnya. Aku bisa melihat wajahnya kebingungan, nampak polos, cantik, dan lucu. "Dah yuk naik sini, tar telat lagi." Aku mengulurkan tanganku untuk tumpuan dia naik keatas motor. Karin pun mengangguk dan naik ke atas motor. Aku langsung saja menarik tangannya untuk memeluk pinggangku. "Pegangan kayak gini, tar jatuh kalo gak pegangan." Aku langsung mengendarai motorku keluar dari garasi untuk menuju ke sekolah.

***

"OMG, ayolah jantung jangan dag dig dug teruslah, ayo bisa kerja sama yuk" gumamku sambil memeluk kakakku di motor. Aku masih tidak habis pikir dengan kejadian di garasi tadi. Bagaimana seorang Freyan bisa melakukan hal seperti itu? Apakah perempuan bernama Flora yang menjadi pacarnya diperlakukan seperti itu juga tiap hari? Aaaa aku pengen jadi pacarnya dia. "Dek kita dah sampe nih." Tanpa aku sadari ternyata kami sudah sampai di parkiran sekolah. "Eh udah sampai ya kak?" tanyaku kebingungan dan diangguk olehnya. Tanpa kami berdua sadari ternyata ada makhluk berbadan kecil yang menghampiri kami. "Udah kali peluk meluk kakaknya." aku yang mengerti maksud dari gadis tersebut langsung melepas pelukan tersebut dan turun dari motor. "Eh Flora, kamu baru sampai sayang" ucap Freyan sambil mengelus pipi gadis yang bernama Flora yang aku sebut sebagai tuyul. "Iya Rey aku baru aja sampe, tadi barengan Marsha." balas tuyul itu.

"Apasih nih tuyul pake tiba2 dateng, gak bisa apa liat orang seneng. Ah ini gimana pula cara bukanya aghhh." aku masih mencoba membuka pengait helm tetapi tidak bisa terbuka. "Kan udah aku bilang, kalo gak bisa jangan sungkan minta bantuan ya sayang" ucap kakakku tercintah sambil membukakan pengait helmku. "Hehehe lupa kak" balasku sambil tertawa pelan. Aku bisa melihat perubahan wajah si tuyul itu, muka yang awalnya tersenyum lebar berubah menjadi kecut dan kesal. Hahahaha satu sama tuyul jalang.

US?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang