VI

292 54 7
                                    


Setelah mengantar Marsha pulang, Freyan dan Karin langsung pulang menuju kerumah mereka. "Adek sama kak Rey pulang" teriak Karin saat memasuki rumah. "Ih adek gak usah teriak2 dong, udah malem lo ini" balas Shani yang menghampiri mereka berdua. Karin hanya membalas dengan cengiran saja. "Wah mama, liat banyak ya belanjaan kalian, gimana seru gak tadi jalan2 bertiga sama Marsha" ucap shani. "Seru banget ma, tadi kita belanja dulu trus, main ke timezone trus makan, pokoknya pas main tadi seru banget, nih liat aku dapet boneka pinguin dari main capitan, kak Rey yang dapet, kalo Marsha dapet boneka panda" jelas Karin. Shani hanya tersenyum senang melihat penjelasan dari anak perempuannya itu. "Dek, kakak naik duluan ya, ini barang kamu" ucap Freyan dengan wajah datar dan suara dingin, dan langsung pergi ke kamarnya. "Kakak kamu kenapa dek?" tanya Shani kepada Karin. "Gak tau mah, tadi pas balik dari toilet, sikap kakak tiba2 jadi dingin ma, trus langsung ngajak pulang." jelas Karin. "Oala gitu, mungkin lagi ada pikiran paling si kakak" jelas Shani. "Ga usah terlalu dipikirkan masalah kakak, kamu ke kamar gih istirahat, pasti capek kan tadi pas jalan2nya." "iya ma aku capek banget, tapi seru. Yaudah aku ke kamar dulu ya ma, muach" balas Karin dan langsung mencium pipi Shani. Shani tersenyum melihat kelakuan anak gadisnya tersebut.

Tetapi, senyuman Shani tiba2 berubah menjadi mengerikan. Wajah yang semula tersenyum cantik dan anggun, tiba2 berubah menjadi datar, dingin dan disertai seringai seperti ingin membunuh seseorang. "Hihihihi sepertinya rencanaku untuk menghancurkan hidup anak laki2ku berjalan sangat mulus, selanjutnya mari kita buat dia angkat kaki dari rumah ini untuk se-la-ma-nya, hahahahaha" gelak shani sambil berjalan memasukki kamarnya. Tanpa Shani sadari ternyata ada seorang gadis yang menguping perkataannya tadi. "Hah maksud mama apa ya?" gumam Karin bingung. "Ngancurin hidup anak laki2nya? Buat dia angkat kaki? Apa yang dimaksud mama itu kak Rey? Kalo misal iya, kok bisa. Kenapa mama jahat banget sih, padahal kan kak Freyan gak jahat sama kita, kok mama gitu sih" lanjut Karin dengan air mata yang sudah turun dari pipinya. "Aku gak bakal biarin itu terjadi, aku sayang sama kak Freyan, dan apapun rencana mama bakal aku halangi, dan mama gak bakal bisa misahin aku sama kak Freyan, kayak dulu aku dengan kak Rito" ucap Karin sambil berjalan menuju ke arah kasur untuk tidur.

***

Skip senin

Freyan dan Karin sudah sampai di sekolah. Setelah membantu Karin turun dan mematikan motor, mereka berdua dihampiri oleh seorang gadi bertubuh kecil, yang langsung memeluk tubuh Freyan. "Rey aku kangen sama kamu, maafin aku ya, karena kejadian sebelumnya" ucap Flora sedikit menangis. "Lepasin gw, gak usah peluk2 gw lagi, dan jangan pernah muncul di depan muka gw lagi, inget itu" balas Freyan tegas dan melepas paksa pelukan Flora dengan sedikit mendorongnya, yang menyebabkan Flora terjatuh. Flora yang terjatuh meringis kesakitan. "Awh, shesh, Rey kamu apa2an sih." "kak Rey, kamu apa2an sih kasar banget sama Flora." ucap Karin sambil ingin membantu Flora berdiri, tetapi tangannya ditahan oleh Freyan. "Udah gak usah kamu bantu dek, biarin aja dia kayak gini, emang pantes cewek kayak dia digituin" balas Freyan sambil menarik tangan Karin untuk menuju ke kelas. Karin yang bingung hanya bisa mengangguk patuh, karena takut melihat wajah Freyan. Mereka berdua berlalu pergi meninggalkan Flora yang masih terduduk disana.

"Freyan kenapa sih, kok berubah banget, sikapnya juga jadi aneh" gumam Flora sambil berdiri. "Aduh sakit banget" Flora pun berjalan dengan sedikit pincang menuju ke kelasnya. Sesampainya di kelas Flora langsung menuju ke bangkunya. "Flo, kok lu jalannya pincang gitu sih, abis kenapa lu?" tanya gadis yang satu bangku dengan Flora. "Hehehe tadi kepeleset di depan Rev" ucap Flora kepada gadis itu. Gadis tersebut bernama Reva Angelica Putri. "Lah, kok bisa?" ucap gadis didepan meja. "Ya bisa lah Van" balas Flora kepada gadis yang bernama Vani Safira Cleodora. "Eh Flo, lu dah minta maaf belum sama itu" ucap seorang gadis sambil menggerakkan kepalanya yang menunjuk ke arah Freyan. "U-udah kok tadi, tapi dia masih g mau maafin gw" ucapnya kepada gadis yang bernama Lulu Arina. "Yaudah tar aja, sapa tau tar dia mau maafin ya gak" ucap Vani. Flora hanya mengangguk sebagai jawabannya. Selama pelajaran Flora selalu melihat ke arah Freyan, tetapi berbeda dengan Freyan yang selalu melihat ke arah keluar jendela.

US?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang