#O2

634 45 1
                                    

‧₊  
˚⊹
﹒₊ 
 ˚﹒

Jake terbangun dengan semangat yang tak tertahankan keesokan harinya. Ia membuka matanya dan segera merasakan energi positif mengalir dalam dirinya. Matahari yang masuk melalui celah-celah jendela kamar seakan menambah semangatnya. Dunia di sekitarnya tampak lebih cerah, seolah turut merayakan kebahagiaannya. Pikiran Jake langsung melayang pada pemberitahuan yang diterimanya semalam dari grup penggemar Heeseung, sang idola yang sudah lama ia kagumi dari kejauhan.

Pesan itu memberitahu bahwa Heeseung akan mengadakan Meet and Greet pada jam 4 sore nanti. Membaca pesan tersebut, mata Jake berbinar, seakan tak percaya dengan keberuntungannya. Tiket yang ia dapatkan beberapa hari lalu kini terasa seperti harta karun yang nilainya tak terhingga, memberi Jake kesempatan langka untuk bertemu langsung dengan orang yang selama ini hanya ia lihat dari layar kaca.

Sepanjang pagi, pikiran Jake dipenuhi oleh bayangan pertemuan itu. Ia membayangkan berbagai skenario tentang bagaimana pertemuan tersebut akan berlangsung, apa yang akan ia katakan, dan bagaimana reaksi Heeseung nanti. Jantungnya berdebar setiap kali membayangkan senyuman Heeseung yang selalu berhasil membuatnya terpesona. Pikirannya begitu sibuk memikirkan acara itu hingga ia hampir lupa sarapan, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Saat tiba di tempat kerja, kegembiraan Jake tak terbendung. Setiap kali ia melihat jam dinding di kantornya, perasaan tidak sabar semakin menguasai dirinya. Rasanya, jarum jam bergerak terlalu lambat, seolah waktu sengaja mempermainkannya. Bayangan bertemu dengan Heeseung mengisi setiap detik pikirannya, membuat tugas-tugas yang biasanya terasa membosankan kini diselesaikan dengan kecepatan dan ketelitian yang jarang ia tunjukkan.

Jake bekerja dengan semangat, menyelesaikan setiap pekerjaan dengan cepat, berharap bisa meninggalkan kantor lebih awal. Ia tahu betapa pentingnya datang tepat waktu, dan ia tidak ingin melewatkan satu detik pun dari acara yang sudah ia impikan selama ini.

Namun, tepat ketika ia hampir selesai dengan pekerjaannya, temannya, Sunghoon, datang menghampiri dengan tumpukan dokumen di tangannya. Wajah Sunghoon yang biasanya ramah tampak serius, membuat Jake merasa sedikit gugup. Sunghoon menatap Jake sejenak sebelum meletakkan tumpukan dokumen itu di mejanya.

"Jake, aku butuh kau selesaikan ini sekarang. Ini penting," kata Sunghoon dengan nada tegas, tanpa basa-basi.

Jake menatap dokumen-dokumen itu dengan perasaan berat. Ia bisa merasakan hatinya mulai tenggelam dalam kekecewaan. Di dalam dirinya terjadi pertentangan batin yang hebat. Ia sangat ingin menolak, ingin mengatakan bahwa ia memiliki rencana penting yang tidak bisa ditunda. Namun, ia juga tahu bahwa sebagai karyawan yang profesional, ia tidak punya pilihan lain. Tanggung jawab di tempat kerja adalah prioritas, meski hatinya menjerit untuk segera pergi.

"Sunghoon, aku punya rencana penting sore ini. Bisakah pekerjaan ini ditunda sampai besok?" Jake memberanikan diri untuk bertanya, suaranya terdengar memohon, meskipun di dalam hati ia sudah bisa menebak jawaban yang akan diterimanya.

Sunghoon menggelengkan kepala dengan tegas. "Maaf, Jake. Ini harus diselesaikan sekarang. Perintah dari atas, tidak bisa ditunda," jawabnya dengan nada yang menunjukkan bahwa tidak ada ruang untuk negosiasi.

Jake merasakan kekecewaan dan amarah membanjiri dirinya. Namun, ia tahu bahwa tidak ada gunanya berdebat. Dengan enggan, ia mengambil dokumen-dokumen tersebut dan mulai bekerja. Setiap menit yang berlalu terasa seperti siksaan.

Ia bisa membayangkan Heeseung sedang menyapa para penggemarnya, tersenyum dengan pesona yang selalu membuat hati Jake berdebar-debar. Namun, ia sendiri terjebak di kantor, dikelilingi oleh tumpukan kertas dan angka yang terasa dingin serta tidak bersahabat.

FAN SERVICE +. HeeJakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang