Bianca mencoba tenang setelah Farrel mengerjainya. Lagi. Pagi-pagi Bianca sudah mendapat kejutan dari Farrel. Cicak karet yang Farrel letakan di kolong meja Bianca sukses membuatnya berteriak. Farrel dkk tampak puas dan senang melihat Bianca yang ketakutan. Elmo, yang kaget dibuatnya langsung mengambil cicak karet itu dan melemparnya ke arah Farrel dkk. Mereka hanya cekikikan melihat reaksi Bianca. Setelah beberapa menit mencoba tenang, Bianca kembali ke tempat duduknya tanpa sepatah kata apapun. Ia melihat ke arah Farrel dengan ekspresi datar.
"lo gapapa?" tanya Elmo, sabil sesekali melirik ke arah Farrel yang masih tertawa
"iya. Cuman kaget doang tadi" jawab Bianca tenang
"lo bisa takut juga ya? Gue kira selama ini lo ga takut apa-apa hahahaha"
"gue juga manusia kali. Lo kira gue apaan ga takut apa apa"
Banu baru saja datang dan terkejut melihat Bianca sedang duduk manis di tempatnya. Banu menanyakan kondisi Bianca dan Bianca meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. Farrel berjalan melewati mereka berdua, "udah gue bilang dia gapapa. Jatoh doang lebay banget kalo sampe ga masuk sekolah". Banu tak menanggapi ucapan Farrel dan berjalan menuju mejanya.
Bagaimana bisa Farrel yang sedari tadi tertawa terbahak-bahak berubah menjadi sosok yang dingin dan tak bersahabat?
Bel berbunyi menandakan jam pelajaran matematika telah berakhir. Aku dan murid cewek lainnya bergegas menuju ruang ganti untuk mengganti baju dengan pakaian olahraga. Aku tak yakin kakiku yang baru sembuh ini mampu menopang tubuhku selama pelajaran olahraga berlangsung. Setelah semua selesai kami langsung menuju lapangan dan melakukan pemanasan. Baru awal pemanasan kakiku mulai terasa nyeri. Tapi aku berusaha untuk berjalan se-normalnya.
"Bi, lo ga kenapa napa?" tanya Elmo sambil memegang bahuku
"gapapa kok El" aku berjalan ke arah ujung lapangan untuk menghindari shootingan-shootingan bola basket dari teman-temanku. Aku membungkuk sambil menahan lututku. Nyeri ini semakin bertambah seiring aku menginjakan kakiku di tanah.
"BIANCA AWAS" teriak salah seorang temanku dan saat aku mendongak bola basket jatuh terkena kepalaku dan sontak aku terjatuh.
"Bi lo kenapa sih? Ada yang sakit?" Elmo menghampiriku dan langsung membopongku berjalan ke pinggir lapangan.
"kaki gue sakit El" rintihku sambil menggigit bibir bawahku
"harusnya lo ga usah ikut olahraga. Gue temenin lo disini" Elmo mendudukanku di pinggir lapangan
"sebentar, gue ke uks mau ambil salep dulu" aku hanya mengangguk. Kulihat Banu berlari menghampiriku. Wajahnya terlihat cemas
"kaki lo masih sakit ya gara-gara gue kemaren" katanya melihat ke kakiku.
"sebenarnya udah sembuh. Tapi kambuh lagi sakitnya"
"pulang sekolah biar gue yang nganter lo pulang terus gue bawa lo ke tukang pijat"
"ga usah. Kemaren udah di pijat paling nanti malam sembuh"
"gue cuman mau tanggung jawab. Udah ga usah batu gue ga mungkin ngapa-ngapain lo kok" ujarnya meyakinkanku. Aku sangat ingin menolak, tapi mau tidak mau aku harus menghargai usahanya untuk bertanggung jawab. Aku mengangguk ke arahnya. Ia tersenyum puas dan kembali ke tengah lapangan.
"ngapain Banu nyamperin lo?" Elmo datang setelah beberapa detik Banu pergi.
"gue pulang sama Banu hari ini" Elmo mengerutkan alisnya mendengar pernyataanku
"kok bisa?" aku menceritakan kejadian tempo hari. Elmo langsung membelalakkan matanya dan menoleh ke arah Farrel. Ia langsung berdiri hendak mendatangi Farrel namun aku langsung menahan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing last forever
Подростковая литератураBianca Amanda Savanna, cewek yang perasaannya susah ditebak dari raut wajahnya, selalu menampakan ekspresi datar setiap kali berpapasan dengan siapapun, bahkan dengan orang yang selalu mengganggunya terkecuali orang-orang yang akrab dengannya. Berba...