bab 1

189 29 4
                                    


|h o m e v i b e s|

6 tahun lalu

Lembar pertama : suasana kediaman baru.

Mobil hitam SUV berhenti didepan pekarangan rumah yang asri, waktu yang ditunggu akhirnya datang juga, seorang gadis berumur semampai dengan gesit melompat dari arah kursi penumpang, meninggalkan saudari-saudari lainnya.

"jangan larian cal! Jatoh nanti. " teriakan dari arah mobil masuk ke pendengaran gadis menjelang remaja itu, calula memonyongkan bibirnya kedepan dengan ekspresi cemberut.

"orang exited juga, gak sabar deh dekor kamar aku. " ucapan calula dibalas kekehan oleh kelima saudarinya, kecuali salah satu gadis yang sebelumnya sudah tidak berniat untuk nimbrung.

Wajah masam amara tertangkap di pandangan rana, membuat gadis jakung mendekati salah satu saudari nya.

"udahlah ra, coba terima hal baru aja gimana? Mungkin rumah kita yang sekarang lebih bagus daripada di LA. " ucap rana meyakinkan amara dari perasaan tak terima yang ia rasakan, amara memang tipikal orang tidak terlalu tertarik dengan hal baru, terkadang ia tak bisa menerima hal-hal sama sekali belum ia rasakan sebelumnya.

Ini salah satu.

"amara masih ngambek? Aelah gitu doang lebay lo. " tatapan tajam menjadi tajam, diarahkan ke saudari satunya-ayona, menunjukkan wajah meledek terkesan membuat amara semakin emosi.

"awas ya lo, gue balas nanti. "

"mamiiiii, liat tuh ayola... Ngeledekin aku! " mala yang mendengar keributan dari belakang memberikan gesture untuk diam, karena ayah mereka yang sedang menelfon seseorang.

"kak, lo udah mastiin boneka sama ps5 gue masuk kan? Jangan bilang lo lupa. " calula membuka cakap dengan andira yang daritadi diam saja, tanpa mengeluarkan suara. Andira membalasnya dengan tangan berbentuk 'oke.

Setelah sepuluh menit vino berbincang dengan pemilik rumah ini, akhirnya mereka bisa masuk kedalam untuk istirahat dan membenahi rumah baru mereka.

Ketujuh gadis disana masuk dengan perasaan berbeda-beda, ada yang senang, exited, dan biasa saja.

Calula berlarian kedalam dan memeriksa setiap sudut bangunan minimalis, dua puluh tahun pernikahan vino dan mala. Akhirnya mereka mampu membeli rumah impian setelah bertahun-tahun mengindah dikediaman mertua alias orang tua vino.

Vino pemuda blasteran indonesia-amerika, yang menikah dengan mala. Wanita asal sunda, mala berbahagia di negara asal suaminya setelah menikah, mereka dikaruniai tujuh anak yang syukurnya adalah darah daging asli. Namun kebanyakan mengikut di darah mala, untuk rencana pernikahan. Mereka sementara seatap dengan mertua di los angeles, karena keuangan yang masih di proses.

Akhirnya, impian sepasang suami istri ini terkabul. Mereka bisa membeli rumah di jakarta, minimalis namun tetap terkesan elegan dan bernuansa eropa.

Aras mengucek matanya, merasakan kantuk mendera. Dia benar-benar lelah seharian duduk di kursi pesawat. Untungnya mereka sudah sampai, sehingga gadis ini bisa cepat-cepat istirahat.

"aras, jangan bobo dulu. Mami sama papi mau bicara sama kalian semua. "

Ketujuh gadis yang tadinya sibuk, langsung terfokus dengan ranah ibu mereka.

"kenapa mi? "

"ini kamarnya ada delapan, mami sama papi udah ngusulin kalo kamar utama bakal ditempati sama kita. Sisa Tujuh kamar boleh kalian bagi. Tapi mami pikir lebih cepet kalau kita aja yang atur, gimana? " perkataan mala di cerna oleh anak-anaknya, vino juga setuju akan opini yang mengiring mala.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOME VIBESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang