Born on Blood

5 3 0
                                    

Di tengah hutan yang gelap, terdengar suara jeritan bayi yang membutuhkan setetes air susu. Bayi laki laki itu menangis tepat di samping mayat seorang wanita yang dipenuhi luka gigitan predator buas.

Meski napasnya telah terhenti, wanita itu tetap memeluk erat bayi mungilnya yang ketakutan dan kedinginan, seakan naluri keibuannya tetap bertahan hingga akhir.

Bulan mengintip dari balik awan, cahayanya yang pucat menyinari tempat itu, memperlihatkan kengerian yang baru saja terjadi.

Angin malam yang dingin berhembus, menggoyangkan ranting-ranting pohon, seolah-olah mereka meratapi kepergian jiwa yang malang itu. Bayi tersebut terus menangis, suaranya semakin lemah, seakan tahu bahwa pelukan hangat yang biasa ia rasakan telah hilang untuk selamanya.

Namun, di tengah keputusasaan itu, dari dalam kegelapan muncul sepasang mata yang bersinar, memperhatikan pemandangan tragis itu. Sesosok bayangan mendekat, menyelinap di antara pepohonan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Bayangan itu berhenti tepat di depan tubuh tak bernyawa sang wanita dan bayi yang masih menangis dalam pelukannya.

Dengan hati-hati, pria itu berlutut dan menyentuh pipi bayi yang dingin. Sentuhan itu menghentikan tangisannya, membuatnya membuka mata dan menatap wajah yang asing namun penuh dengan kehangatan. Sosok itu, dengan penuh kelembutan, mengangkat bayi itu dari pelukan ibunya dan membawanya ke dalam jubah yang hangat.

Di bawah sinar bulan, wajah sosok itu terungkap-seorang pria dengan tatapan yang tajam namun penuh dengan belas kasih. Ia menarik napas dalam-dalam, seakan merasakan beban berat yang baru saja ia ambil alih.

"Takdirmu belum berakhir di sini, Nak," bisiknya lembut. "Kau akan tumbuh kuat, dengan semua cinta yang tersisa di dunia ini."

Dengan langkah yang tenang namun pasti, pria itu membawa bayi tersebut menjauh dari tempat kejadian, meninggalkan hutan yang kini kembali sunyi, hanya ditemani oleh bayangan-bayangan yang menyelimuti kegelapan.

Pria itu membawa bayi malang itu ketempat dimana para yakuza berkumpul, bau alkohol yang menyengat dan suara gesekan pedang sangat tidak asing bagi mereka. Ia membawa bayi itu ke ruangan pribadinya, meletakkan bayi itu diatas futon yang hangat dan menyalakan perapian.

Diambilnya handuk kecil dan mengangkat pria kecil itu dengan kasih sayang, ia membersihkan noda dan kotoran yang ada ditubuhnya dengan hati hati.

"Mata mu sangatlah indah bagaikan bintang, nak. Saya akan merawatmu hingga diri mu menjadi orang yang kelak menjadi petarung hebat dengan prinsip bijaknya." Ia merenung sejenak, dan menarik nafas, mengelus pipi anak itu dengan lembut.

"Rihito hoshino, selamat datang nak.. saya senang mendapati kehadiranmu disini." . . .

Tahun pun berlalu begitu cepat, kini bayi kecil itu sudah beranjak menjadi salah satu anggota terkemuka dalam klan itu.

Siang menjelang sore, pemandangan kastil markas begitu indah dengan dihiasinya pohon blossom dan kabut tipis. Rihito menikmati waktunya dengan cara bersantai diatas tumpukan jerami dibelakang markas bersama temannya, Taka.

Taka adalah asisten Rihito yang sangat bersemangat dan bodoh. Dengan kebodohannya itu Taka bisa menghibur dan menjaga Rihito selalu.

"Rihito-san, apakah kamu pernah berfikiran untuk membunuhku?" Tanyanya dengan tiba tiba, ia melirik Rihito dengan tatapan lucu dan sedikit ngeselin.

"Yah aku selalu berfikiran membunuhmu ketika kamu melakukan hal konyol didalam misi." Ucap Rihito dengan nada cetus tapi sedikit bermain main.

"Oh ayolah... kamu selalu membahas itu lagi, itu kan aku ga sengaja juga." Jawab Taka "Ya tapi kamu bisa saja membunuh kita berdua, bodoh." Balas Rihito dengan sinis, ia beranjak dari baringnya dan melompat turun dari gerobak itu.

Blood DropTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang