13. Diskusi

13 5 1
                                    

DI GWP besok sudah diposting sampai tamat, alhamdulillah bisa ngejar DL buat ikutan challenge genre thriller. Di sini akan di post santai....

Perlu waktu dua hari hingga akhirnya Raja membalas pesan yang dikirim Frans dan mengiakan untuk bertemu. Raja meminta ditemui di sebuah restoran hotel karena katanya dia tengah menginap di hotel setelah seharian meeting di sana.

Berbeda dengan Dewa yang tinggi besar dengan garis wajah keras dan tegas. Potur tubuh Raja proporsional, mencerminkan lelaki tampan ibu kota yang digemari banyak perempuan muda, dengan garis wajah ramah, berkulit putih bersih dan wajah terawat. Gaya berpakaiannya ala pria metroseksual, modis, trendi dan bermerk. Berbeda dengan Dewa yang casual dan manly.

"Ada apa Mas Dewa sampai mengirim pengacara, memang ada pembagian warisan?" kelakarnya dengan tawa setelah berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri.

"Pak Dewa tidak cerita ya maksud keperluan saya bertemu?"

Raja menggeleng.

Sejujurnya Frans bingung memulainya, saat bertemu Marisa dan Diah, Dewa sudah mengabarkan pada mereka maksud kedatangannya, jadi ia tinggal bertanya.

Frans berdehem, setelah menemukan kalimat pembuka yang tepat ia mengutarakan maksud kedatangannya.

Raja nampak terkejut, keningnya berkerut kemudian bertanya,"Apa yang membuat Mas Dewa beranggapan ada kemungkinan Lisa didorong oleh seseorang dari balkon."

"Hanya insting, jika tidak terbukti berarti murni kecelakaan."

"Kalaupun ada bukti sudah hilang bukan? Karena kejadiannya setahun lalu lebih. Tidak ada bukti sidik jari, jejak kaki atau apapun dari orang yang mendorong Lisa, jika memang didorong seseorang."

"Ya," ujar Frans mirip gumanan. Tanpa satupun petunjuk, gelap, yang kadang membuatnya berpikir jangan-jangan penyelidikan ini karena Dewa butuh validasi untuk mengikhlaskan kepergian putrinya.

Terdengar tawa Raja,"Mas Dewa terlalu mengada-ngada. Bukan saya tidak simpati tapi menyelidiki kecurigaan yang sudah lama, tanpa bukti kuat, ingatan orang sudah samar, bisa-bisa salah menangkap orang jika dipaksakan."

"Kami tidak akan memaksakan sebuah bukti," ujar Frans diplomatis.

Raja mulai bercerita,"Malam itu sehabis makan saya ngobrol dengan Mas Dewa, Mas Regi dan Mba Marisa hingga tengah malam. Saya baru naik ke atas saat hendak tidur. Pak Frans bisa mengkonfirmasi ke mereka."

Frans mengangguk,"Saat melihat keadaan Lisa, apa Mas Raja melihat sesuatu yang mencurigakan?"

"Tidak, anak kecil bisa saja kan terjatuh. Sudah ada beberapa kasus anak kecil jatuh dari balkon apartemen."

Masalahnya Lisa 7 tahun dan tembok balkon setinggi 100m, untuk dipanjati saja sulit. Kebanyakan kasus anak jatuh dari balkon apartemen karena balkon hanya dipagari pagar besi yang renggang dan usia anak masih balita, pikir Frans.

"Kalaupun Lisa didorong, hanya satu orang yang mungkin melakukannya, pengasuhnya, iya kan?"

Ya karena Diah satu-satunya orang di malam itu yang tidak memiliki alibi. Tapi apa motifnya? Kalaupun misalnya ada skandal dengan Dewa, harusnya sasarannya Marisa. Tapi rasanya tidak mungkin Diah punya skandal, menurut pengamatan Frans, Diah bukan tipe wanita genit atau penggoda. Frans merasa bisa tahu mana perempuan penggoda mana yang bukan, dari tatapan dan sikap tubuhnya, tapi sulit jika dijelaskan dengan kata-kata.

***

Bisma, Radit dan Frans, duduk mengelilingi sebuah meja, mereka baru saja selesai mendengarkan rekaman hasil wawancara Frans dengan Marisa, Diah, dan Raja.

Frans menatap Radit dan Bisma bergantian, menunggu keduanya berkomentar.

"Tidak ada yang janggal."

"Ya karena cerita mereka tanpa detail." Radit menegakkan punggungnya."Kita butuh detail," katanya mirip sebuah gumanan.

"Misalnya?" tanya Frans dengan kening berkerut. Ia sudah merasa cukup detail bertanya soal kejadian malam itu.

"Siapa yang mengatakan Lisa takut karena melihat hantu?"

"Diah."

"Itu kesimpulan Diah, Lisa sendiri tidak mengatakannya, dia hanya berkata takut. Apa reaksi anak kecil saat melihat hantu? Berteriak atau menjerit. Tapi bisa juga seorang anak diam melihat hantu karena shock tapi biasanya setelahnya menangis. Masalahnya bisa saja yang dilihat Lisa bukan hantu tapi seseorang. Diah berasumsi hantu karena pola pikirnya, di tempat baru, sepi, anak kecil ya hantu."

Akh kenapa ia tidak berpikir sampai kesana, Frans menyesali sikap kurang kritisnya.

"Seseorang yang membuat Lisa takut karena merasa terancam," sela Bisma.

Radit mengangguk.

"Marisa keluar kamar lalu ke kembali ke bawah, siapa yang menjamin dia berkata jujur? Mungkin saja dia tidak langsung turun tapi menunggu Diah keluar lalu kembali ke kamar, karena tidak ada yang melihat dia keluar kamar langsung turun, karena Diah hanya mendengar suara pintu ditutup."Radit memandang Frans dan Bisma bergantian sebelum melanjutkan bicara."Ini hanya dugaan kasar. Atau dugaan kedua, Diah yang melakukannya, mendorong Lisa dari balkon."

"Aku meragukan Diah atau Marisa yang melakukannya," ujar Frans.

"Kenapa?"

"Aku sudah bertemu dan bicara dengan mereka, ya sikap mereka tidak mencurigakan."

Radit tertawa,"Jangan salah Frans, beberapa pelaku kejahatan justru nampak lugu dan manis."

Perkataan Radit membuat Frans tertegun, ia ingat potongan film kriminal yang pernah ditontonnya, ya pelaku kejahatan bisa begitu bersikap manis dan berwajah tanpa dosa.

"Bagaimana menurutmu Bis? Sejauh mana autopsi bisa membantu jika terpaksa dilakukan?" Radit menoleh ke arah Bisma.

"Karena sudah terkubur selama setahun kemungkinan hanya bisa memeriksa cidera di kepalanya. Jika ada retakan, apa memang benturan karena jatuh dari ketinggian atau dipukul."

"Dipukul?" tanya Frans keheranan.
"Ya, bisa sajakan Lisa tidak jatuh tapi seseorang membawanya ke bawah lalu memukul kepalanya dan dibuat seolah-olah jatuh dari balkon," terang Bisma.

Akh tentu saja, pikir Frans. Frans makin menyadari minimnya pengalaman penyelidikan yang ia miliki.

"Dan bisa jadi pelakunya bukan Marisa bukan juga Diah. Bisa juga memang Lisa jatuh dari balkon walaupun itu janggal. Tapi kalaupun dia memang jatuh, kita harusnya bisa menemukan alasan logis kenapa dia jatuh, bukan?" Sambung Radit. "Itulah pentingnya detail Frans. Kita ingat kasus Sarah. Dia lupa satu detail saat di lantai dansa yaitu dua orang menabraknya. Kenapa Sarah merasa itu tidak penting karena di tengah kerumuman – berdesakan, orang biasa bertabrakan tidak sengaja. Fokus ingatan Sarah hanya pada korban yang terjatuh."

"Kita harus ngobrol sekali lagi sama Dewa, Frans. Cerita dia kemarin banyak yang miss, kurang detail."

Tiba-tiba Frans merasa kemampuannya penyelidikannya nol padahal selama ini ia sudah merasa bisa. Jam terbang memang tidak bisa berbohong. Frans merasa beruntung karena dipertemukan dengan Bisma dan Radit yang sudah menangani banyak kasus, ia banyak belajar.

"Jadi kita akan berburu detail Frans," Radit menepuk pundak Frans."Akh andai aku bisa ikut setiap sesi wawancara Frans. Tapi kabari saja kapan kamu akan bertemu sisanya, jika memungkinkan aku ikut."

"Siap Bang."Dewa tidak melibatkan pihak kepolisian dalam penyelidikan kasus ini selain agar tertutup, Dewa juga tidak mau berurusan dengan birokrasinya. Keberadaan Radit dalam kasus ini di luar tugasnya sebagai abdi negara, jadi Radit sebisa mungkin tidak terlihat dalam menangani kasus ini. Dewa lebih suka menyebut keberadaan Radit sebagai konsultan. Radit adalah anggota kepolisian dari unit reserse, dengan latar pendidikan sarjana jurusan forensik.


Hidden EvidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang