"Jalang! Begitu doang basah. Ini langsung pake seragam lo. Mulai hari ini, lo dilarang pake daleman. Termasuk kalau sekolah"Kamila terbelengak menatap Arga. Ini bukan sebuah ide yang bagus. Bagaimana jika payudaranya tercetak lebih jelas? Atau Bagaimana jika roknya yang sangat pendek tiba-tiba terhembus angin sampai tinggi? Lagi, ia baru ingat, hari ini tim voli yang diketuai oleh Arga juga akan bertanding. Kamila sebagai anggota cheerleaders sudah pasti diwajibkan menari sepanjang acara. Kamila tidak bisa membayangkan akan semalu apa dirinya kalau hal seperti itu terjadi.
Gadis berwajah pucat itu lantas mendekat. Memeluk kaki Arga seraya memohon untuk membatalkan ide gila kakaknya.
"Kak Arga, tolong Kak. Jangan hari ini. Gimana nanti kalau Kamila jadi pusat perhatian? Kamila.. Kamila malu, Kamila takut, semua orang akan berpikir buruk ke Kamila"
"Ya, itu memang tujuan gue. Akan seru liat reaksi mereka pas tau murid yang digadang-gadang bakal mengharumkan nama sekolah karena segudang prestasi nya, malah ngerusak reputasi sekolah dengan berpakaian selayaknya jalang diskotik"
"Shhh..." Arga menarik rambut Gadis itu. Sementara Kamila kesakitan mendengar perkataan kakak tirinya. Arga menonyor kepala Kamila. Membuat Kamila terjatuh dan melepaskan pelukan di kaki Arga.
"Betapa menyenangkannya seandainya nyokap lo tau kalau anak perempuannya telah kehilangan harga diri"
"Kak Arga.." Kamila terisak ketika Arga tertawa keras sambil berjalan keluar. Sejauh ini, Arga selalu merealisasikan ucapannya. Entah kedepannya akan menjadi seperti apa nasib Kamila. Kamila tidak ingin menyakiti ibu nya. Kamila hanya ingin mencari jalan pulang.
______
"Link nya udah gue kirim. Sesuai dengan rasa ke-ingintahuan lo kemarin" Arga tersenyum ketika mendengar temannya berbicara.
"Oke, thanks, Bro. Ini ada toko offline nya, kan? Gue mau survei dulu"
"Ada. Beberapa kali gue kesana. Kapan-kapan gue ajak lo, deh. Sekalian bawa peliharaan lo itu. Kenalin ke gue sebagai bayarannya"
"Siap. Nanti setelah main voli kita kumpul di tempat biasa. Gue kenalin hari ini juga. Mumpung dia lagi gue kerjain"
"Oke. Gue tunggu" putus suara itu secara sepihak. Arga terlihat sangat antusias.
Teman yang barusan menelponnya adalah Rafi. Mereka tergabung dalam club voli, pun menjadi akrab ketika akhirnya mereka berada di kelas yang sama. Dua bulan lalu, Arga iseng melihat sebuah folder di laptop Rafi. Di dalamnya banyak sekali hal gelap, seperti foto Gadis telanjang, di ikat sedemikian rupa lalu berbagai peralatan horor. Ada juga yang berlenampilan seperti anjing, memiliki ekor buatan dan seluruh lubangnya disumpal dengan berbagai jenis benda.
Awalnya Arga tidak mengerti, menganggap temannya ini terlalu gila. Namun, setelah dipikir-pikir Arga jadi teringat pada Kamila. Akan begitu menyenangkan melihat Kamila diperlakukan seperti itu. Menjerit tak berdaya, memohon dibawah kakinya sambil kehilangan kodratnya sebagai manusia. Dari sana lah Arga tertarik pada ketidakberdayaan. Ia menemukan cara untuk balas dendam. Selamanya, ia berjanji untuk menganiaya Kamila. Ia akan terus berprilaku brutal.
Sambil menikmati perjalanan, Arga membuka link dari Rafi. Itu adalah toko sex toy terlengkap. Arga melihat-lihat sambil berpikir, apa saja yang akan ia beli untuk kebutuhan Kamila? Cambuk, borgol, penjepit puting, Arga sedikit tertarik pada berbagai pilihan vibrator yang tersedia. Ia tidak sabar untuk menjajalkan pada vegina adik tirinya.
Lalu lintas pagi ini lumayan padat. Arga melirik Kamila sambil membayangkan gadis itu meracau karena vibrator di vaginanya. Sayangnya, tidak ada vibrator disini. Arga hanya akan mengandalkan tangan kirinya untuk menjahili Kamila.
Tangannya mulai meraba rok adiknya yang tanpa mengenakan celana dalam. Perlahan, Arga mengelus selangkangan, lalu menekan tali pramuka yang melintas di vagina Kamila.
Kamila tentu saja terkejut. Ia sedikit menjauhkan diri, namun Arga semakin mengapitnya. Mata Kamila terpejam rapat, tatkala terjadi gesekan antara tali dan jemari Arga di vaginanya.
"K-kak Arga.. ja-jangan, Kak" bisiknya agar tak terdengar supir. Tentu saja Arga tak peduli. Lelaki beralis simetris itu malah mengejek Kamila dengan cara menggerakkan jemarinya semakin cepat. Kamila nyaris meloloskan ringisan.
"Kak,.. Shhnnmm.. berhenti" dapat ia rasa, veginanya mulai basah.
"Gue bosen. Lo desah aja yang keras, nggak usah peduliin Pak Yayan" dengan santainya Arga berkata demikian. Kamila pun melirik spion, dia mendapati seringai dari Pak Yayan yang tak kalah menyeramkan.
"Tenang, aja, Nona Cantik. Saya juga akan menikmati nya, kok. Den Arga mengijinkan" tuturnya tanpa rasa hormat.
Belum sempat mencenrna perkataan Pak Yayan, detik itu juga, Arga memelintir klitoris Kamila. Membuat Gadis itu mengejan kaget. Ia mengerang, merintih sambil memegangi tangan Arga.
"Mmmhh... Kak Arga, sa-sakit.. mpphh..."
"Lo nggak perlu malu. Apalagi takut. Lo udah nggak punya harga diri di depan gue, maka perlahan gue juga akan bikin harga diri lo rusak didepan banyak orang"
"Kak Arga.. Jangan seperti ini, K-kak.. ngghh.. geli.."
"Ka-Kamila tidak kuat.. agrhh!! Mnggh.. ngghh.. To-tolong ber..henth..thii.. ngghhaaa"
Kamila meleburkan tubuhnya kedepan sembari menahan tangan jahil kakaknya. Dalam perasaan hina ini, ia mendengar tawa kedua lelaki itu, mereka terlalu puas. Sedangkan Kamila berusaha mempertahankan harga dirinya sendirian.
Perlakuan ini berlangsung selama perjalanan. Arga sudah mengikat kedua tangannya menggunakan dasi sehingga Kamila kehilangan daya. Gadis itu melemas, apalagi ketika Arga membungkam mulutnya menggunakan celana dalam yang Kamila pakai semalam. Selanjutnya, tubuhnya hanya bisa mengejan kegelian sampai depan gerbang sekolah.
"Ngeehhhm.. mphh.." nafasnya naik turun. "Nih, tissue. Bersihin dulu memek lo" dengan tubuh gemetar, Kamina membersihkan veginanya. Ia merasa jijik, apalagi ketika Pak Yayan menatapnya penuh nafsu.
"Nanti di kelas bersikap biasa aja. Kalau lo nggak pecicilan, lo nggak bakal ketahuan"
"Oh, ya. Hari ini nggak usah ke kamar mandi. Kalo mau kencing di tahan dulu. Semisal udah nggak tahan, langsung ke gudang lama aja. Gue udah siapin botol buat lo kencing. Nggak perlu cebok. Biarin orang lain nyium betapa pesingnya kencing seekor anjing"
Arga melepaskan ikatan satu-persatu. Diamati mimik pucat itu, Kamila tak menanggapi.
"Gue udah siapin hukuman buat anjing yang nggak nurut, ngerti?" tuntasnya langsung diiyakan oleh Kamila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kakak, Berhenti!
Short StorySeorang gadis berusia 17 tahun terpaksa harus menuruti semua perintah kakaknya. Bahkan jika dipaksa menjadi seekor anjing pun, dia tidak berani melawan. rate : 21+, bijak lah memilih bacaan!