[1] Sebagai Anjing

2.5K 19 0
                                    

Kamila berjalan menggunakan kedua lutut dan sikunya. Ia hanya mengenakan pakaian dalam dan juga sesuatu yang besar menyumpal mulutnya. Akibat benda di itu, Kamila tidak bisa menahan air liurnya. Dia sangat merasa terhina. Sudah seperti anjing peliharaan.

Saat ini, remaja berambut sebahu itu berada di depan pintu kamar Arga. Ia mengetuk pintu itu menggunakan kepala lalu menggonggong seraya menunjukan keberadaannya. Tak lama, Arga keluar. Pria manis itu menampar mulut Kamila dengan kekuatan penuh.

"Berisik. Ganggu aja. Ngapain kesini?"

Kamila menunduk takut. Ia menantikan arga membuka ikutan di mulutnya.

"Bicara!"

"Uhk.. makasih, Kak. Itu.. Kamila pengin buang air kecil. Kamila udah nggak tahan.." Kamila hampir menangis. Jika itu manusia normal, merek akan pergi ke kamar mandi lalu menyelesaikan urusannya. Namun, Kamila tidak bisa. Arga selalu menuntutnya merelakan mebebasannya. Arga mengatur hidupnya, bahkan sampai kencing saja harus mendapat persetujuan Arga.

"Oh, masuk" Dinginnya.

Arga menyumpal kembali mulut Kamila. Ia menarik corral panjang yang mengengkang leher Kamila. Dia membawanya ke kamar mandi, lalu melepaskan celana dalam secara perlahan.

"Udah berapa jam nahan kencing? Sampe banyak gini?" Ia memperhatikan anjingnya yang tetap dalam posisi merangkak. Urine Kamila itu turun membasahi paha beserta ikatan-ikatannya.

"Lain kali ga usah di tahan. Kena ginjal baru tau rasa!" Arga mengambil jet shower lalu menyemprotkannya pada kemaluan Kamila.

Ini sakit. Vaginanya terasa sangat pegal. Belum lagi kaki Arga yang maju untuk menyentuh vaginanya secara kasar. Kamila tak bisa melakukan apapun. Ia hanya menggeliat sambil sesekali menghindari kakaknya.

"Mmnhh.. hahkheet.. hhawk" ia mengadu sakit. Namun, Arga tak peduli. Ia lantas memainkan vegina Kamila dengan memasukkan jempol kaki kedalam sana.

"Hadiah buat malam ini" arga menatapnya jijik. Ia terus memainkannya selama lima menit. Sedangkan Kamila sudah dibuat frustasi atas tusukan-tusukan yang tak dapat di hindari. Tubuhnya pun jatuh, ia meronta sampai menangis.

"Besok, habis mandi langsung ke kamar gue. Gue mau pasang ikatan di badan lo. Biar lo jadi perhatian pas di sekolah"

"Hhwak... mhh.. ngehenghii.. " Kamila tak begitu mendengar suara kakaknya. Ia sudah sangat kedinginan. Belum lagi rasa tak enak di vaginanya. Kamila benci situasi ini.

"Ohya. Jangan lupa, nggak usah pake celana dalam ya besok"

Arga menyeringai. Ia sudah puas menginjak dan menusuk vegina adiknya. Sekali lagi, tubuh anjing betina itu ia guyur sampai bau pesingnya hilang. Barulah dia menarik corral pengengkang itu dan mengantarnya ke kamar Kamila. Tidak lupa ia melepas semua ikutan agar adiknya itu bisa membenahi diri sendiri.

"Jalang!" Serunya sembari melangkah pergi

Kamila segera berpakaian. Ia memeluk dirinya sendiri, sakit hati ketika mengingat segala perlakuan yang ia terima selama tiga bulan terakhir. Jika saja waktu itu ia menolak ajarkan ayah untuk tinggal di rumah besar ini, mungkin Kamila akan lebih bahagia bersama ibunya. Lagi-lagi ia menangis sendirian. Ia sangat merindukan ibunya.

"Capek! Malu!"

"Capek! Malu!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kakak, Berhenti! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang