"Ibu, Luna pergi sekolah dulu ya? Ibu baik-baik di rumah." Ujar Luna memeluk tubuh rapuh sang ibu.
Ibu Luna [ Lia ] adalah seseorang yang menjadi korban dari kekerasan rumah tangga, yang di lakukan oleh ayahnya sendiri, tak jarang kalau Luna juga sering kena imbasnya.
Bahkan luka bakar di tangan kiri nya menjadi saksi bagaimana kejamnya ayah Luna. Sakit, sakit sekali jika harus mengingat nya kembali.
Hidup di kota Bandung sendirian tanpa ada kerabat sedikit membuat Luna dan ibunya kesulitan, namun tuhan selalu melindungi mereka berdua.
"Luna, inhaler kamu ketinggalan." Kata Lia berlari menuju teras rumah.
Jujur saja, sebenernya perempuan yang terlihat bahagia ini memiliki hidup yang sengsara. Sungguh pandai ia menyembunyikan lukanya.
"Makasih bu." Luna bergegas memasukkan inhaler tersebut kedalam tas ranselnya.
----
Saat ini Luna sedang menunggu bus datang, sambil sesekali melihat jam tangannya agar tidak terlambat.
"Luna?" Seorang laki-laki menunjuk kearah Luna, seakan dia kenal.
Luna menolehkan kepalanya, melihat siapa yang memanggil namanya itu. Ternyata laki-laki itu adalah Lingga.
Teman satu tim nya waktu ikut olimpiade Nasional dulu, "Lingga?" Ucap Luna sedikit terbata.
"Lama tidak jumpa. kamu tinggal di Bandung, atau lagi berkunjung aja?" Tanya Lingga memulai topik pembicaraan.
"Sekarang aku tinggal disini, aku juga pindah sekolah ke SMAN 03."
"Sekolah aku. Kenapa bisa pindah btw?"
"Kalau aku ceritain kayaknya sampai jam sembilan malam belum selesai-selesai." Sahut Luna tertawa, yang di ikuti oleh gelak tawa Lingga.
Tak lama dari itu. Bus pun tiba, seketika suasana menjadi hening, karena Luna sedang duduk, namun Lingga berdiri di depan nya.
"Aku tidak tau mau memulai topik pembicaraan apa lagi." Gumam Luna memejamkan matanya.
Karena jarak tempuh dari halte bus dan sekolah mereka itu tidak terlalu jauh, jadi mereka terbilang cepat sampai. Karena bus yang desak-desakan, Luna sesak nafas, bahkan untuk berjalan pun seakan tidak kuat.
"Lun, Lun?" Panggil Lingga menggerak-gerakkan tubuh Luna yang kian melemas.
Dengan sigap Lingga menggotong tubuh ringan Luna menuju ruangan kesehatan.
Bu Henny selaku kepala UKS mengatakan kalau asma Luna kambuh lagi, karena ia tidak bisa bernafas bebas di dalam bus. Namun selama inhaler nya ada, maka Luna akan baik-baik saja."Maafin aku ya Ngga. jadi ngerepotin kamu, harus gendong aku, padahal aku berat." Kelu Luna tersenyum hangat.
"Lun, pulang sekolah nanti sama aku aja ya? Tadi sebenarnya aku mau ngajakin kamu berangkat bareng, tapi ada sedikit kecelakaan, jadinya aku berangkat pake bus."
"Kenapa kamu tidak bilang, kalau kamu itu punya asma?" Lanjut Lingga, yang hanya di balas senyuman dari Luna."Gak mau, ntar makin ngerepotin kamu, harus antar aku pulang dulu. Aku punya asma atau enggak, tidak penting juga." Luna masih saja tersenyum seperti tidak terjadi apapun itu.
"Aku mau nyari ruangan guru dulu ya, kamu tidak perlu ikut." Pesan Luna berjalan menjauh dari ruangan kesehatan.
"Kenapa gue kebanyakan ngoceh di depan Luna, jujur gue khawatir karena dia punya penyakit asma." Gumam Lingga menutup seluruh wajahnya dengan seluruh jari yang ia miliki.
----
"Selamat pagi anak-anak kelas sebelas tiga, sekarang kalian punya teman baru, pindahan dari Kalimantan. Ayo Dena," Salam Bu Putri sambil menarik pelan sebelah tangan Luna.
"Perkenalkan nama saya Denalluna Nirmala, bisa di panggil Luna. Semoga kita semua bisa berteman." Sapa Luna menunduk kan sedikit kepalanya.
"Dena, kamu duduk di samping Lingga ya." Lontar Bu Putri, yang di balas anggukan kepala dan senyuman dari Luna.
"Kenapa kamu bisa pindah ke Bandung?" Tanya seorang wanita berambut pendek menatap penasaran dengan asal usul Luna.
"Ari. Lo terlalu kepo, lo gak liat kalau dia risih?" Celetuk Lingga menatap kasar Ari.
"Gue tau kenapa lo pindah ke Bandung, pasti karena ayah lo kan?" Tutur laki-laki di depan nya sambil tersenyum tipis.
Luna yang mendengar itupun hanya mematung sekejap, lalu tertawa kecil seakan ucapan itu salah.
28 Agust 2024
01.21
KAMU SEDANG MEMBACA
Lluna & Lingga.
Teen Fiction"Bandung itu ternyata indah ya, kak." Celetuk Luna tersenyum manis. "Bandung memang indah Lun, tapi ada kalanya kota ini tidak terlihat indah lagi." Lingga melirik kearah spion motornya yang memperlihatkan wajah cantik Luna. -------- Namanya Denallu...