Bell sekolah berbunyi, semua siswa-siswi berlarian keluar dari sekolah untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Jia membereskan bukunya dengan senyuman yang mengembang diwajahnya, lantas jessa dan Johan mendekat sambil mengamati raut wajah Jia.
"Kau kenapa?" Jia sedikit melompat karena terkejut dengan suara jessa terdengar jelas di telinganya. Jia menoleh kebelakang dengan kikuk, terlihat jessa dan Johan memasang wajah penasarannya kepada Jia.
"Aku? Aku kenapa?" Tanyanya balik.
Jessa menghela nafasnya, "kau kenapa tersenyum?".
"Apa aku tidak boleh tersenyum?".
"Aku tidak mengatakan kau tidak boleh tersenyum, aku hanya bertanya. Barangkali ada yang membuat mu bahagia disaat jam pulang seperti ini".
"Apa kau libur les?" Kali ini Johan bersuara.
Jia menggelengkan kepalanya, "lalu? Apa yang membuatmu seperti ini?" Tanya Johan lagi.
Jia terlihat bingung untuk menjawab pertanyaan Johan, ia mengulum bibirnya. Pandangannya menunduk, matanya melirik kesana-kemari.
"Ti-tidak ada, aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti!" Jia langsung menggendong tas ranselnya. Ia berlari pergi sambil melambaikan tangannya serta tersenyum singkat kepada Johan dan jessa yang tengah mematung ditempat.
Langkah kaki Jia menuju ke arah rumah, ia ingin berganti pakaian dahulu dan ada hal lain yang ingin dia kerjakan. Selama diperjalanan, Jia terus tersenyum. Sungguh ia tidak bisa menahan senyumannya karena hari ini ia akan pergi bersama pria yang dia sukai selama bertahun-tahun itu.
Jia langsung berlarian ke kamarnya, menaruh tasnya dan langsung duduk di meja belajarnya. Ia buka buku hariannya itu dan mulai menuliskan kejadian kemarin.
"17 Desember 2006,
Kemarin sore aku kecelakaan kecil dan itu membuat luka di lutut ku. Tapi saat aku ingin menangis karena kecerobohan ku, jovian datang menolong ku. Ia juga terluka karena aku, supir bus itu memukul wajahnya. Aku merasa kesal tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Yang membuatku lebih kesal adalah wajahnya selalu lebam, siapa yang membuat wajahnya seperti itu? Jovian sudah beberapa kali lebam, itu membuat ku sangat khawatir. Tapi episode terbaiknya adalah dia mengobati luka ku dan hari ini dia mengajakku pergi hari ini. Cukup sampai disini, akan ku ceritakan saat aku kembali nanti".
Jia menutup bukunya dan langsung mengganti pakaiannya, ia memakai baju merah muda dan rok yang senada dengan bajunya. Agar lebih indah ia memakai sepatu berwarna putih, rambutnya ia gerai. Jia melihat dirinya di cermin, dan tersenyum. Kemudian keluar dari rumah dan berlarian kelapangan, ia takut jovian telah lama menunggunya.
Saat sampai di pekarangan lapangan, Jia melihat jovian yang tengah duduk di bawah pohon rindang. Matanya terpejam dengan tangannya yang menopang tubuhnya, Jia menyelipkan sebelah rambutnya dan berjalan pelan kearah jovian. Lalu, ia menepuk pelan bahu jovian.
"Oh? Kau sudah datang?" Jovian menoleh ke arah Jia yang tersenyum kearahnya.
"Maaf jika kau menungguku lama".
Jovian tersenyum dan berdiri, "Tidak apa-apa, aku baru sadar kau berganti pakaian".
"Cantik" satu kata yang dilontarkan jovian membuat Jia terdiam menahan rasa salah tingkahnya. Jia hanya tersenyum malu-malu, tangannya kembali menyelipkan sebelah rambutnya.
"Ayo, kita pergi. Kita mau kemana dulu?" Jia menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana kalau menonton bioskop? Apa kau sudah pernah?" Lagi-lagi Jia menggelengkan kepalanya. Jovian melotot terkejut dengan jawaban Jia, "jadi selama ini kau hidup untuk apa?".
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINTYA (2007) [ON GOING!]
Teen FictionJia jenica adalah anak kecil yang mencintai seseorang dari usia 6 tahun, ia memendam rasa itu sendiri. pria yang dia kagumi tidak peka terhadap dirinya selama bertahun-tahun. Berawal dari menolong Jia jatuh saat belajar bersepeda di lapangan, sehing...