"Cakep juga dunia fiksi hasil tangan gue," Ucap seorang gadis yang memandang takjub pada dunia novel ciptaannya.
"Asal lo pada tau! kalo bukan karena gue, gak ada yang namanya dunia novel 'Love for Morael' anjir! Lo pada gak bakal hidup kalo bukan k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aletha memarkirkan motornya di kediaman rumahnya. Gadis itu segera melepas helm-nya kemudian berjalan hendak memasuki rumah. Tapi, perhatian Aletha sedikit teralihkan dengan mobil hitam besar yang terparkir juga di halaman rumah. Aletha tersenyum, tentu ia tahu siapa pemilik mobil tersebut.
Amina, ibu tiri Aletha menatap heran kepada putrinya. Ini pertama kalinya ia mau mengajak ibunya makan bersama. Aletha yang asli sangat benci yang namanya makan bersama. Tapi, ini? Aletha tiba-tiba mengajak Amina makan dengannya? Apalagi, senyuman lembut nan tulus milik Aletha yang membuat Amina jadi tertegun.
"Sayang, siapa yang datang?" Atensi Amina dan Aletha beralih pada seorang pria paruh baya yang baru saja menuruni tangga.
Ia adalah Arya, ayah kandung Aletha. "Akhirnya, kamu tiba. Dad bawa banyak makanan enak, s-semuanya terjamin bersih kok." ucap Arya terbata-bata.
Arya menatap teduh putrinya, berbeda dengan Aletha yang malah merubah raut wajahnya menjadi dingin. Bukan sebab jijik dengan ucapan pria di depannya, justru ia jadi teringat dengan perilaku Aletha yang asli. Karena, Aletha yang asli suka sekali mencaci maki makanan yang tiap kali orangtuanya siapkan untuknya. Leona jadi geram lagi kala mengingatnya.
'Persetan dengan yang namanya mendurhakai orangtua,'
Arya yang merasa di tatap lekat itu mencoba mengalihkan ucapannya, "E-eum... Kamu butuh air hangat untuk mandi? Dad bisa siap---"
"Makasih, tapi Aletha gak mau." Balas Aletha dengan antusias.
Arya dan Amina saling melempar pandangan, merasa ada yang aneh dengan putrinya.
"Ayo kita makan bareng, udah lama gak makan bareng kalian. Aku bantu siapin 'ya?" Ujar Aletha sebelum berjalan menuju dapur, meninggalkan banyak tanda tanya pada orangtuanya.
Arya dan Amina tak ingin ambil pusing. Mereka pun segera mengekori Aletha tanpa banyak basa-basi, daripada membuat Aletha marah.
Aletha menyiapkan piring, mangkuk, juga gelas di meja makan. Sementara Arya dan Amina yang masih mencoba mencerna apa yang terjadi langsung segera mengambil alih mangkuk-mangkuk yang Aletha bawa.