Ambisi : Satu

6 0 0
                                    

°•~*~•°

Nama murid laki-laki yang baru masuk ke jenjang SMA itu Allan Deavano Steven Smith. Lebih sering dipanggil Allan. Masih berusia 14 tahun ketika masuk, seperti kebanyakan teman-teman sepantarannya. Namun, jika dibandingkan dengan temannya, dia termasuk ke dalam golongan orang yang punya tinggi badan di atas rata-rata.

Karena baru masuk ke sekolah yang baru, dia tidak mengenal banyak orang. Dia belum bisa akrab dengan teman-teman sekelasnya meski sudah menjabat sebagai ketua kelas. Terlalu pemilih, begitulah kata orang yang berada satu kelas dengannya. Sementara menurut Allan sendiri, dia wajib memilih teman dengan baik agar tidak mengganggu tujuan utamanya.

Apa tujuan utamanya?

Tentu saja, mendapat peringkat satu pararel di angkatannya. Mendengar nama kakak kelasnya yang disebutkan minggu lalu, menjadi motivasi dia untuk kembali mengulang apa yang sudah pernah dia hampir capai sebelumnya. Dan kali ini, dia berniat untuk benar-benar mencapai hal tersebut.

Dia tidak masalah jika demi meraih keinginannya, dia sampai tidak punya waktu bersenang-senang. Toh kesenangannya hanya membaca buku dan menambah ilmu pengetahuan. Dia tidak suka bermain seperti remaja seusianya. Terlalu membuang-buang waktu yang berharga.

Bukan berarti dia tidak punya teman dan kegiatan selain membaca buku. Hanya saja, dia merasa kalau waktunya sangat berharga dan bisa digunakan untuk membuat dirinya lebih pintar lagi dari sebelumnya. Karena itulah dia butuh lingkungan yang mendukung serta hobi mengisi waktu luang dengan belajar.

Satu-satunya kegiatan yang bisa membuat dia berpaling dari buku adalah basket. Jika dia bisa jatuh cinta kedua kalinya, maka cinta keduanya adalah olahraga basket. Dia memang bukan tipe olahragawan profesional. Tapi jika urusannya adalah permainan basket, maka dia akan berubah menjadi orang yang benar-benar berbeda.

Dia selalu ambisius. Pertama, ambisius dalam hal akademik. Kedua, ambisius dalam hal olahraga basket. Mungkin karena sifat itulah juga dia, seperti kebanyakan kutu buku lainnya, Allan memakai kacamata. Sudah menjadi aksesoris wajib.

°•~*~•°

Aku terpaku mendengar penuturan yang panjang dari salah satu adik kelasku itu. Orang yang sulit ditemukan di antara remaja yang lebih suka menikmati masa SMA nya dengan bersenang-senang bersama temannya.

Sebenarnya, aku sudah memperhatikan Allan sejak satu bulan yang lalu, ketika dia menjadi anak baru di SMA tempatku bersekolah saat ini. Sewaktu dia berbaris saja sudah membuat perhatianku teralihkan.

Aku sebenarnya mempunyai tipe tertentu yang membuatku menyukai lawan jenisku. Laki-laki yang bisa dikatakan tinggi, berkacamata, memiliki penampilan seperti anak culun dan jago dalam hal berbahasa inggris. Spesifik bukan? Tentu saja. Beberapa hal lainnya adalah tambahan yang bisa membuatku semakin menyukai seseorang.

" Terus kalau di kelas, dia gimana? " tanyaku.

Adik kelas di hadapanku tampak berpikir beberapa lama. " Ya bukan tipe yang terlalu aktif ngejawab, cuma bisa lah beberapa kali kalau diminta. Dia lebih banyak diem sih. Kalau diajak bicara juga gak mau basa-basi. Sukanya to the point aja. Makanya dia gak punya temen deket sampai sekarang. "

" Ohhhh... "

" Tapi dia sebenernya orang yang peduli kok kak. Peka banget sama keadaan orang di sekitarnya. Jadi walaupun keliatannya tegas, abis itu ngomongnya seperlunya aja, ya tapi teteplah punya rasa peduli sama yang lain, " tambah si adek kelas, yang biasa dipanggil Cia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Draft : AmbitionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang