Ketika aku menulis surat ini, aku sedang berada di tempat yang sama ketika kedua bola mata kita saling menatap. Telinga kita masih saling mendengar satu sama lain. Dan tempat aku duduk sekarang adalah tempat favorit mu saat berkunjung ke sini bersamaku. Langit biru yang sama, hingga dedaunan yang gugur itu belum sempat terserap oleh tanah.
Aku hanya sendiri saja di tempat ini, namun aku yakin kau terus memperhatikan ku dari kejauhan. Mungkin saja tepat di samping ku. Dengan senyum yang sama seperti saat kita pertama bertemu. Aku juga masih ingat bagaimana wajahmu saat tersenyum ke arah ku dalam pertemuan pertama itu. Kita juga selalu berjanji untuk bertemu di tempat ini setiap hari minggu, namun ku rasa, kini janji itu seolah tidak pernah ada. Karena setiap hari minggu, semenjak aku kehilangan mu, kau tak pernah datang menemuiku di sini.
Kira-kira, ada berapa janji esok yang telah hilang di dunia ini?
Dei, dunia dan segala bentuk kehidupan telah berubah. Meskipun kata orang dewasa "Tidak". Namun aku tetap menganggap dunia ini sangatlah menakjubkan. Karena orang dewasa cenderung menerima dunia ini begitu saja tanpa pernah mau mempertanyakannya. Dunia ini biasa-biasa saja, begitu kata mereka. Akan tetapi aku tak lantas menyalahi mereka, karena mungkin saja mereka, orang dewasa, telah lebih dahulu merasakan kebahagiaan dan kesengsaraan berulang-ulang. Sehingga mereka, sudah terbiasa menjalani kehidupan ini.
Setelah kehilangan mu, aku mulai mengerti bahwa kehidupan yang sering kita bangga-banggakan ini suatu saat akan berakhir. Harapan untuk terus hidup bersama dengan orang yang kita cintai bisa saja berakhir dengan cepat. Bahkan sebelum kita bisa mengutarakan semuanya. Seandainya ada yang abadi di dunia ini, niscaya ia tidak akan pernah kuat menjalaninya. Bahkan mencoba untuk terus mengakhirinya.
Dei, mengapa kau harus mengakhiri semuanya? Mengapa kau akhiri kehidupan ini? Tidak bisakah kau bertahan sedikit saja? Aku tak pantas menanyakan semua itu padamu. Maaf aku telah ingkar padamu hari itu, pada hari dimana kau kehilangan semangat untuk hidup. Aku tidak bisa memahami mu pada waktu itu, aku tak menyangka di balik senyum mu, ada sebuah kerahasiaan yang tak pernah bisa kau ceritakan.
Kepergianmu sehari sebelum janji pertemuan itu membawaku pada dimensi rindu yang sampai kapanpun tak akan pernah bisa berakhir. Di sinilah aku sekarang, di dalam sebuah petualangan mengarungi sebuah dimensi penuh misteri bernama dunia. Namun aku tak ingin membuat banyak cerita di sini, sebab kehidupan akan segera berakhir, dan tak ada yang peduli dengan keberadaan itu setelah semua manusia telah kembali.
Aku terus merasa heran bahwa aku ini ada, hidup di dunia. Aku terlempar ke dunia ini tanpa pernah bisa menentukan bahwa aku ingin dilahirkan atau tidak. Selepas datang dan menjelajahi kehidupan, akhirnya aku mulai dipertemukan denganmu. Menjalin cerita yang sebenarnya tak banyak ku harapkan dalam hidup ini. Menjelajahi seisi kota sampai ke sudutnya yang belum pernah sama sekali kita lihat sebelumnya. Memandang langit sore yang selalu kita tunggu kedatangannya dari tempat biasa kita mengakhiri hari. Lalu, pada akhirnya kita sama-sama hilang ditelan malam. Sejak saat itu, kau tidak pernah kembali lagi, sumpah yang kita ucap untuk selalu bersama sampai kematian datang pada salah satu di antara kita. Namun, kematian datang begitu cepat, kau pun mengalah tanpa bisa melawannya sebentar.
Kau pernah mengatakan kepadaku bahwa, apa bila kau pergi lebih dahulu dari padaku, aku tak boleh terlalu sedih. Bahkan kau tak mengizinkank untuk menangis di atas pusara mu. Katamu, aku harus bisa melanjutkan hidup seperti sebelum aku mengenalmu. Akan tetapi, mungkin kali ini aku akan melanggar perkataanmu, dan aku tetap akan menunggumu sampai kapanpun ku bisa. Aku masih saja bersedih dan menangis sampai hari ini. Aku sungguh merindukan mu. Meski aku tahu kau tak akan pernah kembali dan menemuiku, tapi tetap saja, itu adalah kemauan ku sendiri untuk terus menunggumu, di sini, di tempat biasa.
Terkadang, mengapa aku tak begitu menyukai takdir yang telah diberikan padaku adalah, mengapa di kehidupan yang cuma sekali ini, aku tak bisa terus hidup bersamamu?! Melihat senja di usia tua bersama mu, sampai pada akhirnya kita tersenyum bahagia menyambut kematian bersama. Dan itu lebih baik daripada tidak pernah dilahirkan ke dunia. Pada saatnya nanti, aku akan mengatakan bahwa, aku benar-benar mencintaimu. Karena bisa jadi, janji hari minggu itu, mungkin tak pernah ada.
Aku akan mencari dirimu di antara pepohonan surga, dan mengatakan rasa penyesalanku karena membiarkan mu pergi. Tak peduli seberapa jauh, tak peduli seberapa lama aku akan berjalan menuju itu, akan tetap ku lakukan. Maka, tunggulah aku di kehidupan indah itu. Kita akan bersama-sama lagi. Janji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat dan Langit
FantasyIni adalah kumpulan surat yang ditulis oleh seorang laki-laki kepada kekasihnya yang telah tiada. Betapa ia sangat merindukan sosok perempuan yang tidak pernah bisa ia temui lagi itu. Surat-surat itu berisi pengalaman sang laki-laki dalam menjalani...