🔞 Adult content!
⚠️ Sesuaikan usia kalian untuk membacanya!
CERITA DEWASA!
KONTEN DEWASA!
SESUAIKAN USIA KALIAN!
Bianca merasa jika dirinya benar-benar telah berada di tepi jurang bernama hasrat yang tertutup kabut sehingga tidak terlihat dasarnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hola, apa kabar semua?
Chapter 3
Bianca Geram
"Jadi, Evander memintamu melupakan dendam di masa lalu kalian lalu kalian harus berteman lagi?" tanya Lisa, ibu dari seorang balita yang sedang dirawat di rumah sakit.
"Kumohom jangan menatapku seperti itu," kata Bianca lalu mendengus karena Lisa menatapnya seolah sedang membujuk dan memohon padanya.
"Hanya berteman, Bi. Berteman. Setelah aku bekerja dan posisiku aman, kau bisa memutuskan pertemanan itu dan membalas dendam jika itu mungkin," kata Lisa sembari memotong tangkai mawar kemudian meletakkannya pada gundukan mawar yang belum disusun oleh Bianca.
Balas dendam? Balas dendam seperti apa? Lagi pula menampar Evander di hari pertama mereka bertemu kembali sudah cukup membuat Bianca puas.
"Aku lebih baik menghidupi putramu sampai kau mendapatkan pekerjaan ketimbang harus menjadi teman Evander lagi," kata Bianca cukup serius.
"Kau pikir membesarkan anak hanya memberinya makan, pakaian, dan tempat tinggal? Ada asuransi pendidikan dan asuransi kesehatan yang harus kau bayar, Bi."
Sialan, batin Bianca. Benar juga yang dikatakan Lisa, dirinya tidak berpikir sajauh itu karena kurangnya pengamalan. Meskipun toko bunga kecilnya tidak bisa dibilang sepi pembeli, tetapi uang dari keuntungan yang didapat sedang dipakai untuk pengembangan rumah kaca modern agar dapat menanam bunga sendiri, ia mungkin harus lebih berhemat jika harus membiayai Agusto.
Atau mungkin ai harus mengambil pekerjaan paruh waktu agar dirinya bisa menambah penghasilan, tetapi rasanya mustahil. Toko bunganya akan terbengkalai dan ia tidak bisa mengawasi kebun kacanya setiap saat lagi. Bianca benar-benar dilema untuk itu.
"Aku bisa saja mendapatkan pekerjaan serabutan, tapi kau tahu, 'kan? Tidak seorang pun yang bisa menjaga Agusto selaian kau saat ini. Jadi, aku perlu gaji besar agar aku bisa membayar baby sitter, aku tidak mungkin menitipkannya padamu setiap kali aku bekerja di cafe malam hari, kau juga butuh istirahat, Bi."
"Dengan kata lain kau sangat menginginkan pekerjaan itu?" tanya Bianca kemudian menghela napas berat.
"Tentu saja, itu adalah perusahaan bergengsi dan gajinya sudah pasti cukup untuk menopang kehidupan kami," jawab Lisa sungguh-sungguh lalu wanita itu menangkupkan kedua tangannya di depan wajahnya. "Bi, kumohon. Sekali lagi saja."
Bianca menatap buket 1001 mawar yang dibagi menjadi beberapa buket dan hampir jadi lalu menekan pelipisnya. "Tidak, Lisa. Aku lebih baik menjaga Agusto setiap malam dari pada berteman lagi dengan si brengsek itu. Kau juga harus memikirkan perasaanku. Dia pernah meninggalkanku begitu saja, membuangku seperti aku adalah sampah yang tidak bisa didaur ulang. Ya Tuhan."