Bab 3. Permainan Cemburu

330 54 4
                                    

Kampus hari itu sibuk dengan kegiatan yang lebih ramai dari biasanya. Sebuah acara besar digelar di aula utama dan semua orang berkumpul untuk melihat apa yang dipertunjukkan di sana. Kairo melangkah dengan langkah yang mantap di tengah keramaian, matanya tajam mencari sosok yang selalu ada di pikirannya-Willow.

Sejak percakapan mereka di kafe beberapa hari lalu, Kairo merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Dia mulai berpikir lebih dalam tentang apa yang sebenarnya dia inginkan, bukan hanya dari Willow, tapi dari hidupnya sendiri. Namun, meskipun begitu, ada satu hal yang tidak berubah: keinginannya untuk lebih dekat dengan Willow.

Saat Kairo mendekati aula, dia melihat sekumpulan mahasiswa berkumpul di dekat panggung. Di tengah-tengah mereka, dia melihat Willow, berdiri dengan senyum ramah di wajahnya, sesuatu yang jarang terlihat saat dia bersamanya. Namun, yang lebih menarik perhatian Kairo adalah pria yang berdiri di samping Willow-Sakti, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), seorang pria yang dikenal cerdas, karismatik, dan selalu ramah kepada semua orang.

Kairo merasakan dorongan emosi yang tak biasa muncul di dalam dadanya. Sesuatu yang asing namun sangat kuat-cemburu. Dia melihat bagaimana Willow berbicara dengan Sakti, bagaimana senyum Willow lebih tulus, lebih terbuka. Jauh berbeda dengan senyum tipis yang dia tunjukkan padanya.

Sakti mengangguk dengan antusias saat Willow berbicara, lalu tertawa kecil. Tawa itu terdengar tulus dan nyaman. Kairo memperhatikan dengan cermat bagaimana percakapan mereka mengalir dengan mudah, bagaimana Sakti berdiri sedikit lebih dekat dari yang diperlukan, dan bagaimana Willow tidak menunjukkan tanda-tanda ketidaknyamanan. Sebenarnya, Willow tampak sangat menikmati percakapan itu.

"Hei, Kairo!" panggilan seorang teman memecah konsentrasinya. Kairo menoleh sejenak, menyapa dengan anggukan, tapi pandangannya segera kembali ke arah Willow dan Sakti.

Ada sesuatu yang mengganggu di dalam diri Kairo, sesuatu yang makin membara ketika dia melihat Sakti mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat ke Willow, berbisik sesuatu di telinganya yang membuat Willow tertawa kecil, bahkan mungkin sedikit tersipu.

Kairo merasakan dadanya makin sesak. Ini bukan perasaan yang biasa dia alami. Dia terbiasa menjadi pusat perhatian, menjadi pria yang diinginkan oleh wanita-wanita cantik di kampus. Akan tetapi sekarang, melihat Willow-wanita yang selama ini selalu menolak pesonanya-tersenyum dan tertawa bersama pria lain, membuat Kairo merasa tidak berdaya.

Tanpa berpikir panjang, Kairo melangkah maju, memotong jalan di antara kerumunan dan mendekati pasangan itu. Dia bisa merasakan tatapan beberapa orang di sekitarnya, tetapi dia tidak peduli. Yang ada di kepalanya hanyalah bagaimana menghentikan momen itu-momen di mana Willow terlihat begitu nyaman dengan orang lain.

"Willow," Kairo menyapa dengan nada yang lebih tajam daripada yang dia maksudkan.

Willow menoleh, dan sejenak, ada ekspresi terkejut di wajahnya sebelum dia segera menggantinya dengan senyum yang lebih formal. "Ada apa, Kai?"

Kairo mencoba mengendalikan perasaannya, tetapi emosi yang berkecamuk di dalam dirinya sulit untuk disembunyikan. "Aku cuma mau ngomong bentar. Ada yang penting yang mau aku bahas."

Willow menatapnya, sedikit ragu. "Tapi aku lagi sibuk, Kai. Mungkin nanti-"

"Ini penting, Wil," Kairo memotong, suaranya penuh dengan tekanan yang tidak biasa. Dia melirik sekilas ke arah Sakti, yang kini menatapnya dengan tenang, seolah mengukur siapa Kairo sebenarnya.

Sakti tersenyum kecil, lalu menatap Willow. "Kamu selesain dulu aja, Wil. Kita bisa lanjutin nanti. Kayaknya Kairo punya sesuatu yang benar-benar mendesak."

Willow menatap Sakti dengan sedikit bingung, tetapi akhirnya mengangguk. "Ayo, kita ngomong di sana," ajaknya.

Kairo menahan napas, merasakan sedikit kemenangan, meskipun dia tahu ini bukan cara yang benar. Dia mengikuti Willow ke luar dari aula, melewati kerumunan yang tampaknya memperhatikan setiap gerakan mereka.

Bite Me SoftlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang